Malu!

142 26 0
                                    

"Udah dong An, berhenti nangisnya,"

"Gue ngga bilang siapa-siapa kok,"

"Gue harus gimana?" ucap Saga berusaha menenangkan Anna yang menangis karena malu. Iya, Anna tembus dan Saga mengetahuinya, Saga tidak berniat mengejek Anna, tapi dasarnya wanita memang sensitif terhadap hal semacam itu jadilah Anna menangis.

"Gue malu Ga," kata Anna sambil mengusap air matanya.

"Ngga ada yang tau An, cuma gue,"

"Itu namanya ada, lo tau,"

"Tapi gue diem An," jelas Saga meyakinkan Anna. Saga melepas hoodienya lalu melingkarkan ke pinggang Anna. Perasaan Anna campur aduk. Ia ingin menolak karena malu, tetapi tidak ada pilihan lain.

"Pakai dulu ya?" kata Saga lembut sambil menatap mata Anna. Anna mengangguk, "Maaf ya Ga, jadi kotor gara-gara gue," kata Anna yang tidak enak pada Saga.

"Gapapa,"

"Ayo pulang, gue anterin," ucap Saga lalu menarik tangan Anna.

"Eh, ngga usah repot-repot Ga. Gue bisa pesen ojol," jawab Anna menolak. Saga diam tidak memperdulikan penolakan Anna, tetap menarik tangan Anna menuju parkiran. Niskala yang baru saja keluar kelas karena ada koordinasi dengan wali kelasnya mengenai pertunjukan saat kemah tidak sengaja melihat Anna yang ditarik oleh Saga, terlihat raut wajah Anna sepertinya tidak senang, segera Niskala menghampiri mereka berdua.

Niskala mencekal tangan Saga yang memegangi tangan Anna. Langkah Saga terhenti, Ia menoleh melihat tangannya yang dicekal seseorang dari belakang.

"Lepasin tangannya," ujar Niskala pada Saga.

"Punya hak apa lo?" jawab Saga bertanya balik.

Anna yang merasakan hawa-hawa tidak enak segera membuka suara, "Lepasin tangan Saga Kal," ucap Anna pada Niskala. Niskala mengernyitkan dahinya, raut wajah dan perkataan Anna sangat berbeda. Anna tau Niskala pasti bingung, "Saga nolongin gue, lepasin tangannya," setelah Anna mengatakan itu barulah Niskala melepaskan tangannya dari Saga. Niskala memperhatikan Anna, ada hoodie di pinggangnya. Pikiran Niskala tertuju pada satu hal.

"Pulang sama gue ya An, gue anterin,"

"Dia pulang sama gue," jawab Saga setelah mendengar perkataan Niskala. Memang Niskala tidak tau diri, sudah jelas-jelas Anna bersama Saga, masih saja Ia menawari tumpangan.

Anna merasa tidak nyaman, diperebutkan dua laki-laki bukan tujuannya. Saat ini yang terpenting adalah Ia cepat sampai rumah, rasa malunya sudah tidak tertahankan.

"Gue pulang sama Saga Kal. Dia udah nolongin gue," jelas Anna pada Niskala. Niskala mengangguk paham, Ia membiarkan Anna pulang dengan Saga karena memang dari awal mereka sudah bersama.

Ini kedua kalinya Anna dibonceng Saga, jadi Ia tidak perlu memberitahu letak rumahnya karena sebelumnya Saga sudah pernah mengantarnya pulang.

Lagi-lagi, sesampainya di rumah Anna mendengar kedua orang tuanya bertengkar.

"Kamu dan anakmu itu sama aja, ngga tau diuntung!" terdengar teriakan papah Anna yang selanjutnya diikuti suara pecahan beling.

"Sejak awal kamu yang bermasalah!" jawab mamah Anna dengan suara yang tidak kalah keras.

"Itu salah paham, aku dan dia cuma rekan kerja,"

"Pelukan juga kerja mas?"

"Setidaknya aku ngga selingkuh sampai punya anak!"

Sungguh Anna sangat malu pada Saga, tidak seharusnya Saga mendengar pertengkaran orang tuanya, tidak seharusnya Saga tau cerita hidup Anna.

Anna yang malu hanya menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Saga. Saga yang paham dengan situasi ini menawari Anna, "Gue pulang An, tapi kalo lo mau pergi lo bisa ganti dulu, gue tungguin di depan," Anna menatap Saga dengan mata yang berkaca-kaca, "Tungguin bentar Ga, gue ikut lo," ucap Anna lalu segera masuk ke dalam rumahnya untuk berganti pakaian.

"Kamu udah pulang An?" tanya mamah Anna tiba-tiba berbicara lembut dan menghampiri Anna.

"Kenapa berhenti? Lanjutin aja berantemnya, pecahin semua barang di rumah," kata Anna menatap kedua orang tuanya.

"Dasar!" ucap papah Anna lalu melayangkan tangannya hendak menampar Anna.

"Apa? Mau nampar lagi? Nih tampar, tampar sampai papah puas!" tantang Anna membuat papahnya mengurungkan niatnya.

•••

Hiks hiks

Terdengar suara tangisan Anna yang belum berhenti sejak tadi, Anna menjadi sangat cengeng hari ini, mungkin karena siklus menstruasinya yang membuat hormonnya berubah menjadi lebih moodyan.

Saga membawa Anna ke taman komplek. Di sana sangat tenang karena hari masih siang, jadi belum terlalu ramai dengan orang-orang yang biasanya bersantai sore di taman.

"Saga?" Saga menoleh saat Anna memanggilnya.

"Tolong jangan bilang ke orang-orang apa yang udah lo denger tadi," pinta Anna ke Saga.

"Gue ngga sejahat itu buat umbar aib orang," jawab Saga membuat Anna sedikit tenang.

"Makasih ya Ga," ucap Anna berterimakasih dan diangguki Saga. "Gue tau gue ngga berhak minta lo buat cerita, tapi sebagai temen gue siap dengerin cerita lo kapanpun itu, kalo lo udah siap buat cerita bisa bilang ke gue, jangan ngerasa sendirian, okay?" kata Saga membuat Anna terharu. Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah diucapkan Saga. Saga dikenal cuek dan irit bicara, tapi dibalik sikapnya yang dingin ada sisi hangat yang tidak orang-orang ketahui.

"Lo kasihan ya sama gue?" tanya Anna yang takut jika Saga melakukan itu hanya karena kasihan. Anna tidak suka dikasihani.

"Gue tulus," jawab Saga membuat Anna memicingkan matanya mencari kebohongan di mata Saga. Saga menyentil jidat Anna karena gemas, bisa-bisanya gadis di depannya ini sudah ditolong tapi berpikir yang tidak-tidak ke dirinya.

"Aduh!" kata Anna sambil mengusap jidatnya yang disentil Saga.

"Eh Ga, lo ngga dicariin nyokap bokap, lo?" tanya Anna yang tiba-tiba takut jika Saga dicari orang tuanya. Karena memang Saga daritadi belum pulang, atasan seragamnya Ia lepas karena menggunakan kaos hitam polos dan bawahannya masih memakai celana abu-abu OSIS.

"Gue udah bilang ke nyokap," jawab Saga dan Anna bertanya lagi, "bokap?"

"Bokap gue..," jawab Saga membuat Anna membelalakkan matanya kaget.

•••

5 Maret 2022
Halo, terimakasih yaa sudah mampir di sini
Jangan lupa vote-nya <3

Can We Go Back?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang