Hujan dan Kacau (17)

1.8K 74 11
                                    

Hujan rintik mengguyur langit di pagi hari, merdunya suara air hujan turun berdenting di atas atap rumah juga suhu yang menurun beberapa tingkat membuat siapapun malas bangkit dari tempat tidur. Semakin memanjakan diri dengan selimut, bantal dan guling

Seperti halnya seorang Elzan Nathan Rama Arkana— sang Ketua OSIS SMA Puspa Taruna yang masih terlelap dan nyaman dengan bunga tidurnya. Alarm sudah bunyi bahkan hampir sepuluh kali setiap lima menit namun tetap tidak bisa membangunkan Elzan, mungkin suaranya kalah besar dengan suara air hujan yang turun

Hingga pada akhirnya Elzan bangun dari tidurnya karena selimut yang dipaksa lepas dari tubuh yang hanya menggunakan boxer tanpa atasan juga gorden dan pintu balkon kamar yang dibuka lebar oleh Diandra sang Ibunda

Bahu Elzan bergidik karena hawa dingin yang menusuk tubuh polosnya lalu sedikit meregangkat semua otot-otot di badannya kemudian bergumam dengan suara serak khas orang bangun tidur tanpa membuka sedikitpun kelopak matanya

"Dingin bun" dengan segera Elzan membalik tubuhnya menjadi tengkurap

"Hey, hey. Bangun sayang, udah siang. Nanti kamu terlambat, udah setengah tujuh, Elzan" suara Diandra terdengar jelas di telinga Elzan serta tangan Diandra yang terus mencoba menepuk-nepuk bahu telanjang Elzan

Elzan memang terbiasa tidur tanpa baju atau kaos, hanya berbalut selimut saja itupun jarang dipakai bahkan suhu air conditioner di kamarnya pun bisa mencapai tujuh belas derajat.

"Aku gak mau sekolah bun, hujan" jawab Elzan

"Nggak, nggak. Pokonya kamu sekolah. Sebentar lagi lulus kamu, masa iya mau absen terus?"

"Nggak bun, baru kali ini"

"Ayo, ayo bangun"

"Aku pilek bun"

"Elzan?"

Elzan membalikan tubuhnya terlentang seperti semula mencoba duduk dan menyenderkan badannya di kepala kasur, menggosok pelan kedua matanya. Diandra menghentikan tangan Elzan yang terus menggosok-gosok matanya

"Tuh kan merah matanya, nanti iritasi lagi kalau digosok terus gak baik itu. Udah ah ayo mandi sana, nanti kamu berangkat bawa mobil ya Zan? Hujan kaya gini bunda yakin gak akan cepat reda" jelas Diandra

Bukannya langsung pergi ke kamar mandi, Elzan malah memeluk Diandra yang sedari tadi duduk di sampingnya. Diandra tersenyum mengusap rambut anak lelaki tersayangnya itu lalu menangkup wajah Elzan

"Elzan ayo ah buka matanya, nanti bunda colok yeuh matanya. Buruan sana mandi! Diitung sampe tiga kalau kamu gak pergi juga ke kamar mandi bunda gebot ya?!" Ancaman Diandra berhasil membuat Elzan langsung pergi ke kamar mandi tanpa berpikir panjang lagi

Diandra terkekeh melihat anak semata wayangnya yang ketakutan jika dirinya sudah bilang gebot— atau berarti dipukul dalam bahasa Sunda

Diandra lalu membereskan tempat tidur Elzan yang tidak begitu berantakan dan menyiapkan baju seragam Elzan yang dibiarkan menggantung di tiang penyangga samping lemari pakaian Elzan

Lima belas menit kemudian Elzan keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya memakai baju seragamnya lalu turun ke bawah untuk sarapan bersama bunda dan ayah

"Zan? Tangkap nih!" Titah Randu— ayah Elzan yang melempar sebuah kunci mobil pada anak semata wayangnya itu, dengan sigap Elzan menangkap kunci mobil tersebut

"Pasti macet"

"Nggaklah, kan hujan. Biasanya kalau hujan, jalanan itu luang. Kamu juga bawa mobilnya hati-hati"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Ketos My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang