Chapter 2 [Bi inah]

128 18 1
                                    


• Happy reading •

Setiba nya Ara pulang sekolah langsung saja ia di sambut bi inah. Pembantu dirumah keluarga Lyn. No! stop sebut bi inah sebagai (pembantu). coret dan garis bawahi karna Memang Ara tak setuju dengan sebutan (pembantu). melainkan "yang membantu dirumah".
itu lebih enak dan pantas untuk di dengar.

"Sore non, pulang agak telat sekarang?. Bibi buatin minuman ya nak Sarah?" Kata bi inah lembut.

"Eh jangan bi, Ara gapapa ko. Bibi santai santai aja. Pasti tadi kerjaan nya bibi banyak banget kan?" Kata ara pada bi inah tak kalah lembut sambil melepaskan sepatunya. Bi inah yang dari halaman depan langsung menyapa Ara yang baru datang selepas pulang sekolah.

Sebutan bibi bukanlah bermaksud (bibi dalam pembantu) melainkan panggilan (bibi) karena usianya lebih tua dari mama. Sebenarnya Ara sudah beberapa kali meminta agar bi inah di panggil ibu saja. Namun bi inah menolak. Tak enak katanya. Masa dirinya di samakan dengan sebutan majikannya? Padahal bukan kesitulah maksud ara, namun teman teman nya yang main kerumah kadang salah sangka dan menyebutnya pembantu, ara tak suka itu. Baginya, bi inah adalah ibu kedua setelah mama nya.

terkadang orang tua ara sibuk bekerja dan pulang selalu larut. Esoknya, mereka pagi pagi sekali sudah berangkat. Dan hanya bisa berkumpul bersama di hari minggu. Itupun masih di sibukkan dengan kegiatan papa nya di ruang kerja pribadi nya saat malam hari.

Jadilah bi inah yang kadang menemani ara. Tempat ara berbagi cerita cerita menyenangkan. Jarang ara menceritakan cerita cerita sedih. Katanya, Membuat wanita paruh baya itu tersyenyum di balik keriputnya juga sudah membuat ara senang nan bahagia. Oh iya sampai dimana tadi?

"Yaudah nak sarah kalo mau apa apa bilang sama bibi aja ya." Kata bi inah dengan suara lembutnya.

"Siap bos!" Sambung ara sambil posisi hormat dengan tangan kanan yang menempel di ujung alis kanannya. Bi inah terkekeh melihat tingkah lucu ara. Ada ada saja.

"Ara ke kamar ya bi."

"Siap nak bos!" Kata bi inah sembari mengekeh pelan. Tak lupa bi inah menunjukan dua jempol tangannya.

•••

Ara mulai merebahkan dirinya di atas kasur besar miliknya. Masih di baluti dengan seragam sekolah putih kotak kotaknya. Memikirkan kemanakah kevin yang tadi tak masuk sekolah karena di paksa tak masuk oleh ayahnya? Sungguh tak masuk akal.

Ara mulai merogoh kantong mengambil benda gepeng sejuta umat di dalam kantong rok seragam sekolahnya. Siapa tau saja kevin mengirimi nya pesan tadi.

Dan benar saja. Kevin 10 menit yang lalu mengirimi ara beberapa pesan.

"Ngechat jam segini? Baru aja?" Batin ara.

From: kevin
"Udah pulang sekolah?"
"Tadi gimana sekolahnya?"
"Aku gamasuk."
"Eh tadi masuk sih. Tapi disuruh pulang. "
"Gangerti tuh kenapa tadi disuruh suruh pulang katanya dirumah ada yang sakit dan aku harus banget pulang."
"Taunya tadi nyampe rumah, mobil papa aku yang sakit. Aku disuruh beresin dulu soalnya papa gabisa berangkat ke kantor kalo mobil nya rusak. "
"Udah gitu pihak sekolah nge-iya in aja aku boleh pulang dan ga sekolah. Gangerti."
"Taugasih ra, papa aku ke sekolah nyamperin naik gojek."
"Dan itu pertama kalinya papa naik ojol."

Terdapat 9 pesan masuk dari kevin. Baru saja. Baru 10menit yang lalu. Langsung saja ara membuka chat tersebut dengan jantungnnya berdegup tak karuan. Bagaimana kalau kevin membuat masalah dan ayahnya marah besar? Lalu ia di pindahkan sekolah ke luar negri? Oh no itu terlalu mainstream banget.

ARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang