Chapter 8 [My Love kevin❣️]

42 6 0
                                    

•Happy Reading•

"Masa di abisin." Kata ara kesal. Jus miliknya dengan enak nya di seruput kevin sampai habis.  Padahal memang sih awal nya jus itu punya kevin, tapi kan yang pastinya kevin beli dua jus yang satu nya juga udah bisa di tebak itu buat ara.

Kevin masih dengan mata terpejam kembali memeluk ara yang terduduk di sampingnya sambil terkekeh karena ucapan ara yang ia dengar barusan. Sudah bisa di tebak pasti ara sedang di landa kesal yang se kesal kesalnya. Memang benar, ara memasang wajah malas dengan ekspresi datar. Ia mendorong tubuh kevin dengan pelan namun terlepas juga dari pelukan kevin.

"Ngapain sih." Kata ara ketus lalu bangkit dari sofa. Sebenarnya rasa kesalnya sudah mereda seperkian detik itu juga. Baru pertama kali ini lah ia bisa melihat wajah tampan kevin saat terlelap. Namun malam ini ara sedang ingin memasang wajah kesal agar kevin menyesalkan perbuatannya tadi. Menyeruput habis jus yang sudah jelas menjadi favoritnya ara.

"Kemana?" Tanya kevin saat tubuh ara sudah tak lagi di sampingnya. Ia masih dengan keadaan setengah sadar. Mata nya masih mengerjab ngerjab beberapa kali dan berhenti melihat wajah ara yang sudah dikatakan tampang sebal.

Ara tak menjawab perkataan kevin. Ia meninggalkan kevin kembali menuju kamar nya di atas. Sedangkan kevin mengernyit bingung menatap punggung ara yang kian menghilang ditutupi tembok putih. Di detik selanjutnya ia menyadari kesalahannya. Tapi tak mungkin juga hanya karena minuman itu ia seruput habis, ara bisa ngambek sampai begini. Tapi bisa juga ara kesal karena perbuatan kevin tadi. Kevin pusing di buatnya. Bagaimana kalau sampai pagi nanti ara malah cuek ke kevin. Astaga kevin mengacak rambutnya kesal dan menghempaskan tubuhnya meringkuk di sofa.

Ara yang sedaritadi berada di kamarnya, sudah selesai mengambil selimut dan bantal berwarna putih dari lemari. Saat ini pasti kevin berfikir kalau sekarang ara sedang marah dengannya.
Lagi pula tak apa bila kevin tidur di sofa, ara juga mengambilkan selimut agar kevin tak kedinginan dengan udara yang kian terus menjadi dingin. Lagi pula tidak mungkin mereka tidur dengan ruangan yang sama. Oh no!.

Ara meraih gagang pintu sambil tangannya menangkup selimut dan bantal di atasnya. Wajahnya kini telah tertutup sempurna. Hingga saat berjalan dan membuka pintu ia harus memiringkan kepala ke nanan dan ke kiri agar dapat melihat jalan. Pintu telah terbuka dan langsung saja ara melewatinya, ia kembali menutup pintu kamarnya namun menggunakan kakinya. Setelah itu berjalan menuruni tangga dengan hati hati.

Langkah kaki kecilnya pun terdengar saat ara sudah menuruni semua anak tangga. Kevin mendengar langkah kaki itu kemudian bangkit mendongak sedikit kebelakang memastikan siapa yang berjalan ke arahnya. Tak bisa dilihat jelas siapa gadis yang sedang berjalan dengan setengah badannya tertutup oleh selimut dan bantal. Namun sandal rumahan berwarna biru cerah yang dipakainya sudah bisa ditebak kalau itu benar ara.

Kevin merangkak di atas karpet berbulu lalu setelah sampai didekat ara, ia langsung memeluk selimut, bantal, dan sudah pastinya juga ada tubuh ara. Ara dibuat kaget olehnya. Ia pikir hantu atau apalah itu. Yang ia tau saat ini kevin tengah kembali tertidur pulas di atas sofa. Baru saja ia ingin menyelimuti kevin dengan selimut yang ia bawa. Namun ternyata kevin bangun dan melakukan hal seperti ini.

"Ahh! Kevin aku gabisa nafas!" Kata ara setelah kepalanya menyelinap keluar dari sela sela antara bantal dan selimut. Ia dibuat hampir kehabisan nafas karna kevin memeluknya terlalu erat.

"Hahaha. Kenapa? Mau dikasih nafas buatan?" Kata kevin sembari memberikan senyuman kebanggaanya.

"Gak! Kasih aja ke popo!" Kata ara ketus. Ia masih memasang wajah pura pura nya tadi. Malam malam begini malah jahil.

'Lah ko malah popo'

"Dih males. Mending kasih ke cewek ku." Jawab kevin melangkahkan kaki menyamai ara yang langsung duduk di sofa dengan memegang bantal. Kevin memegangi selimut yang ara langsung lemparkan ke tubuh kevin. Kevin malah terkekeh, menyengir dan akhirnya tertawa pelan sehabis usil mengerjai pacarnya malam ini.

"Aku mau keluar sebentar." Kevin memulai topik pembicaraan.

Mau kemana ia malam malam begini. Lagipula portal komplek juga pasti sudah di tutup satpam. Sekarang sudah jam 11 malam, kalau hanya alasan lapar lalu ia ingin membeli makanan malam malam begini sepertinya tidak mungkin. Portal di tutup dan sudah pasti kevin tak bisa memakai mobil nya keluar dari komplek. Kalau jalan, jarak dari rumah ara ke arah depan kompek yang ramai, bisa dibilang cukup jauh.

Ara menoleh ke arah kevin dengan bingung. Yang pasti sudah terbaca di wajah ara kalau ia tak setuju kevin keluar malam malam begini. Kalau lapar, apa susahnya bilang sama ara biar ara buatkan makanan di dapur. Atau ada keperluan lain sampai ia harus keluar jam segini? Apakah keperluan ini terlalu mendesak kevin di jam segini? Kalau iya terlalu mendesak, jam berapakah kevin akan kembali? Siapa yang berfikir kevin akan baik baik saja di luar sana nantinya? Beribu ribu pertanyaan terlintaskan di otak sang gadis itu. Tepatnya menuju kekhawatiran. Ia menatap mata kevin dengan tak setuju. Lalu menggeleng.

"Nggak." Jawab ara dengan gelengan kepalanya.

"Sebentar aja ra." Lanjut kevin lagi.

Ara masih tak setuju. Ia malah semakin mengelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Tidak hentinya ia melarang kevin untuk keluar malam ini.

"Nggak vin!" Ucap ara sedikit menekan kan kata 'nggak!' Ngapain jugasih malam malam begini harus keluar. Kalau ya ada perlu, kenapa ngga besok pagi aja? Kenapa harus jam segini? Ini kan jam jam nya orang istirahat.

Kevin tertawa pelan menyaksikan wajah kekesalan ara sedari tadi. Lalu beberapa detik kemudian ia berhenti dan memeluk tubuh mungil gadis itu dengan lembut.

"Iya gajadi. Kamu yang minta." Kata kevin lembut. Ia hanya mengerjai ara dengan berpura pura ingin keluar malam. Ia kehabisan ide bagaimana caranya agar ara tak marah lagi. Namun cara ini lah yang ia kira pas untuk mengerjai ara untuk yang kedua kalinya.

"Mendingan jagain pacarku disini ." Lanjutnya lagi dengan suara lembutnya. Kevin mengeratkan pelukannya. Ara dibuat nyaman berada di pelukan dada bidang kevin. Di detik itu juga ara tersenyum di balik pelukannya.

"Nih bantal." Ara menyodorkan bantal putih yang ia pegang sedaritadi ke kevin.

"Tidur, jangan main handphone!" Ara menekan sedikit kata katanya.

Loh ko jadi bawel ckckck.

"Oke bu bos." Jawab kevin dengan senyum merekah.

"Peluk lagi bentar sini." Kevin merenggangkan kedua tangannya. Memberi kode agar ara  berada di pelukannya kembali.

"Gakmau." Ketus ara, peluk peluk mulu. Bisa remuk nih badan.

"Kalo kamu haus, minum aja ambil di dapur, kalo kamu laper, makan juga. Makanannya di atas meja ada ko. Kalo mau ke kamar mandi, nanti kamu dari sini lurus aja ke depan trus belok ke kanan. Kalo.."

"Kalo aku kangen kamu?" Tanya kevin setelah memotong ucapan ara.

"Peluk aja tuh bantal!" Jawab ara dengan kesal. Ya ampun kevin ini ga ada habis habisnya.

Kevin hanya tertawa menyaksikan wajah ara yang kesal. Ara melangkah meninggalkan kevin di ruang tamu. Ia tak mau bicara lagi malam ini. Kalau di lanjutkan nanti malah mereka berdua bangun kesiangan dan malah terlambat ke sekolah.

"Kalo aku kangen kamu nanti aku ke kamarmu loh ra." Kevin sedikit berteriak saat ara sudah menjauh dari kevin. Disaat itu kevin juga terkekeh lalu kembali meringkuk di sofa di selimuti oleh selimut pemberian ara.


Gais kalian puas ga sih bacanya?
Soalnya otak gue ngestuck lagi:(
Vote deh ⭐️

-Andin-

ARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang