"Rey, kita akan pergi makan malam."
Sebuah suara mengejutkan indera pendengaranku. Aku mengangkat kepalaku dari layar ponsel, tengah seru memainkan karakter-karakter perang beradu dalam sebuah permainan ponsel biasa. Kuletakkan ponselku sembarang di atas tempat tidur, menarik napas sebentar dan beranjak menuju kamar mandi untuk mandi tanpa suara. Derap langkah kaki perlahan-lahan memudar seiring berjalannya kakakku menuju kamarnya di sebelah.
Aku mengguyur tubuhku dengan air hangat, membayangkan sebentar lagi mungkin karakter gameku akan mencapai level master dan aku akan mendapatkannya dengan mudah dalam sepuluh menit kalau saja kakak laki-lakiku tidak menyuruhku bersiap untuk makan malam. Ibuku mungkin akan marah dan mengetuk pintu kamarku keras jika aku masih bermalasan di tempat tidur sambil bermain game—bukannya segera bersiap.
Setelah mengeringkan tubuhku dengan handuk bersih, aku mengambil asal kaus lengan panjang dan celana jeans kemudian mencari letak kacamata minus dua setengah di atas meja kaca. Aku memandang pantulan diriku di cermin sebentar, merapikan rambut legam yang helaian-helaian lemasnya berantakan sehabis keramas kemudian mengambil ponsel serta dompet dan bergegas keluar.
Aku menuruni anak tangga dengan malas. Ibuku sudah siap lengkap dengan ayahku. "Kak William mana?" tanyaku spontan ketika aku tidak dapat menemukan sosok kakakku. Biasanya ia yang akan menyetir, tidak adanya dia mungkin ayahku akan menyuruhku menyetir.
"Menjemput seseorang," kata ibuku tertahan, "nanti kau lihat saja sendiri."
Aku menghela napas cuek, kakakku bukan tipe seseorang yang tiap saat bergonta-ganti pasangan. Dia pernah punya pacar—cukup lama, aku tidak pernah terlalu memperhatikannya dan gadis itu sering bertandang ke rumah jika sempat dan kakakku sering pergi bersamanya. Kemudian gadis itu menghilang begitu saja entah sejak kapan dan sekarang kakakku mungkin akan mengajak gadis itu lagi—entahlah.
Aku menaiki mobil ayahku—dia yang menyetir—dan mobil kami bergerak menuju sebuah restoran seafood yang terletak agak jauh dari kompleks perumahan kami. Butuh kurang lebih setengah jam penuh keheningan (aku yang diam sementara ibu dan ayahku sibuk bercanda dan berceloteh di bangku depan) sebelum kami benar-benar memarkirkan mobil kami di halaman depan restoran bertingkat dua itu. Dan mobil kakakku sudah terparkir rapi tepat di sebelah mobil ayahku.
Kami melangkah masuk ke dalam restoran dan langsung disambut ramah oleh dua pelayan berpakaian rapih. Kurasa ini bukan restoran sembarangan, mengingat interiornya yang tertata apik dengan meja-meja bundar bertaplak putih dan kursi kayu dengan bantalan berwarna senada mengelilinginya. Dindingnya pun kurasa terbuat dari kayu kasar dengan lukisan-lukisan bertema laut ditempel berselang-selingan dengan jendela-jendela kaca besar bulat pada salah satu sisi dinding yang menghadap taman belakang. Oke, kurasa aku menyukai tempat ini.
Diluar semuanya itu, pertama kali indra penglihatanku menangkap sosok seorang gadis cantik berambut pirang dalam balutan gaun berwarna legam yang kontras dengan kulitnya yang putih. Di tengah hiruk-pikuk restoran yang ramai dengan orang-orang berlalu-lalang, sosoknya yang sedang tertawa membuatku menatapnya lekat. Seolah waktu di sekitar kami berhenti, orang-orang bergerak dengan lambat dan aku mulai membayangkan semanis apa suara tawa gadis berambut pirang itu.
Sesaat matanya bertemu dengan mataku membuatku menelan ludah. Baru kali ini aku melihat sepasang safir yang begitu meneduhkan. Gadis itu masih saja menyunggingkan seulas senyum tipis yang semakin lama semakin kusukai. Aku berusaha menyembunyikan wajahku yang memerah karenanya, mataku berusaha mencari sosok ibu dan ayahku yang berjalan jauh di depan.
Dan kedua orangtuaku berhenti di sebuah meja dan menarik bangku di dekat kakakku. Napasku tercekat di tenggorokan ketika aku melihat gadis berambut pirang itu duduk di sebelah kakakku, menatapnya mesra dan kakakku mengenalkannya ke kedua orangtuaku. Orangtuaku terlihat sangat senang dengan kehadiran gadis itu, terlihat dari wajah mereka yang berubah semakin cerah. Perlu kauketahui, orangtuaku bukan tipe orang yang terlalu neko-neko ketika kami dua anak lelakinya punya pasangan. Termasuk kakakku juga bukan tipe orang yang akan berhubungan diam-diam dengan seorang gadis.
![](https://img.wattpad.com/cover/191739121-288-k122997.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars in a Jar
Short Story[Sebuah Arsip] Apakah kamu tahu, kalau bintang punya ceritanya masing-masing?