Tersenyum manis, melangkah dengan berani ke depan panggung.
Sebuah gitar akustik berpelitur cantik terkalung pada leher dan punggungmu. Kau menyibakkan rambut cokelat keemasanmu singkat, sebelum duduk di bangku dengan stand khusus untuk partitur musik yang akan kau mainkan secara solo. Kau melempar senyummu yang khas dengan lesung pipi bulat menghiasi kedua pipimu, membuat penonton bertepuk tangan menyambutmu.
Hal yang sudah biasa kau lakukan sebagai bintang tamu yang digemari banyak orang. Sebagai artis pendatang baru yang tak pernah suka disorot publik, Roxanne Andrews.
Tapi tahukah kau, bahwa semua hal kecil yang kaulakukan itu dapat membuat orang ini berdebar kencang? Orang ini hanya mampu melihatmu dari belakang, karena dia yang paling sibuk dibelakang panggung, memastikan penampilanmu hari ini berjalan lancar.
Kau mengenalnya juga, sebagai teman sekelasmu yang mungkin tak pernah kauketahui keberadaannya. Adalah wajib di sekolah kalian kalau setiap dari murid harus-setidaknya-mengetahui nama anggota kelas kalian. Karena itulah kau mengenalnya, dan dia mengenalmu.
Perkenalan singkat yang berlangsung hanya beberapa menit di tahun pertama kalian sudah benar-benar meninggalkan bekas manis di hatinya.
Memetik gitar, mengalunkan nada lembut yang mampu menghipnotis semua orang.
Kautahuu Roxanne? Saat nada pertamamu di hari yang terik ini dilantunkan, dia menghentikan pekerjaannya sejenak. Menatap lekat punggungmu dibalik balutan gaun sederhana dan rambut yang tertata rapi seadanya. Menikmati beberapa nada demi nada yang menjadi lagu kesukaannya, Romance de Amour. Menenangkan setiap hati yang mendengarnya, membasuh setiap jiwa dan raga.
Bagai oase berair jernih di tengah gurun. Dia tersentak ketika managermu memanggil, membuatnya harus berhenti memandangimu dan kembali ke pekerjaannya. Seperti dihempas kembali, bangun dari mimpi. Tapi telinganya tak lepas dari nada-nada indah yang kau lantunkan.
Dia membayangkan seperti apa rasanya, jika kau hanya memainkan lagu itu hanya untuknya. Disertai suara merdu yang juga menjadi daya tarikmu. Tapi kali ini tidak. Romance de Amour. Deretan nada tanpa kata, kosong tapi bermakna. Dia hanya memberikan seulas senyum tipis untukmu dibalik panggung.
Semua orang bertanya padanya, kenapa sejak tadi ia tersenyum sendiri. Dan dia tidak menjawab, membuat tanda tanya semakin besar. Tapi dia tidak peduli. Baginya adalah anugerah bisa mendengarmu.
Kau adalah anugerah terindah buatnya. Apa dia juga anugerah buatmu, Roxanne?
Romance de Amour. Perasaan yang menggelitik hatinya.
Berdiri tegap, kembali menyunggingkan senyum terbaikmu. Tepukan penonton bergema untukmu.
Sudah selesai. Lagumu pada hari itu sudah selesai, tepuk tangan meriah yang ditujukan padamu masih mengiringmu sampai ke belakang panggung.
Disaat itulah matamu bertatapan mata dengannya. Dia memandangmu seolah kau adalah Aphrodite, sang dewi kecantikan yang menampakkan diri untuknya. Dia memberikan senyumnya untukmu dengan berani.
Indah, sungguh amatlah indah. Roxanne si Cantik, kau sangat indah di matanya. Matanya seolah tak lepas memandangmu dalam-dalam, mengorek sanubarinya, si pemuda biasa. Menyebabkan detakan jantung dinamis yang kian bertambah cepat. Terutama saat kau berjalan pelan melewatinya.
Harum, aroma tubuhmu menguar ketika kau melampauinya. Dia masih saja memberimu senyuman terbaiknya, senyuman yang seolah tak pernah lepas menghiasi wajah putihnya.
Tapi apa yang kita lihat sekarang, kau tidak membalas senyumannya.
Dan itu tidak memutus harapannya. Hal sekecil itu tentu tidak membuatnya sakit hati.
Menenteng gitar, meraba dinding mencari suara managermu di seberang sana.
Ya, kau memang buta. Mata kelabumu tak pernah melihat apa-apa semenjak kecil. Karena itulah kau tak pernah melihatnya, tak pernah memandangnya, tak pernah menyadari kehadirannya.
Pedih bukan?
Asal kau tahu, hal itu tidak membuatmu menjadi buruk rupa. Meski ia harus menguapkan rasa pedih, menyumbat isak tangis. Tenang saja Roxanne, karena di matanya kau tetaplah sempurna.
Roxanne si sempurna.
Dia tidak memedulikan kekuranganmu, kautahu?
Putih, seputih kertas baru. Tulus, seperti kasih seorang Ibu.
Dia mencintaimu.
Apakah kau mencintainya juga, Roxanne?
- - -
Pernah dipublikasikan di fictionpress
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars in a Jar
Short Story[Sebuah Arsip] Apakah kamu tahu, kalau bintang punya ceritanya masing-masing?