Aku disini kok
Kau saja yang nggak pernah menyadari
Aku selalu berdiri disini, disebelahmu
Tapi semua yang kau katakan untukku hanya "Aku merindukanmu, Shin. Sangat merindukanmu."
Kau itu... menyebalkan ya?
Duh, astaga...
Kenapa air mata ini keluar lagi sih
Kau kan cowok, Shin!
Aku berusaha menguatkan diriku sendiri, tapi air mata ini malah tetap turun
Oh, baiklah,
Kau nggak menyebalkan, kok
Aku tahu kok, kenapa kau selalu mengabaikanku tiga tahun belakangan ini
Karena kau... nggak bisa melihatku
Yeah, karena tiga tahun yang lalu
Aku sudah meniggal
Bahkan sebelum aku sempat mengutarakan perasaanku yang sebenarnya
Aku menyukaimu, Ellora
***
London, 04-06-2011
"Shin! Apa kabarmu? Sudah tiga tahun ya kita nggak bertemu. Disini keadaanku baik. Bulan depan aku sudah bisa masuk kuliah. Waah, aku—jujur—sangat senang. Aku diterima di jurusan psikologi, jalur beasiswa! Hebat kan!" Seorang gadis berambut cokelat muda sepunggung yang diikat kuda berdiri di depan sebuah makam yang tampak tua. Rumput-rumput liar memenuhi tanah yang berada didepan batu nisan yang tulisannya sudah agak memudar, "Disini terbaring dengan tenang, Shin Rotelle 20-10-2008"
Ellora? Waah, kau datang lagi rupanya. Kapan sih kau bisa berhenti mengunjungi makam bodoh ini? Membuatku semakin sedih saja.
"Shin, apa kabarmu disana? Kau merindukanku nggak? Aku punya berita buruk, kami sekeluarga bakal pindah setelah aku lulus SMA nanti. Jarak dari rumah baru kami lebih dekat dari kampus. Jadi... kurasa kita nggak bisa bertetangga lagi."
Yeah, tentu aku merindukanmu. Kau akan pindah rumah? Begitu ya... Nggak apa-apa kok Ellora. Aku kan, akan terus disini... Yeah,disebelahmu.
"Ellora! Kau sudah selesai?" Sebuah suara berteriak dari belakang Ellora. Gadis itu menoleh, mendapati kakaknya tengah berdiri di depan sebuah mobil sambil melambai ke gadis itu.
"Tunggu sebentar, Kak!" Gadis itu tersenyum singkat pada kakaknya sebelum melanjutkan berbicara pada batu nisan itu. "Shin, kayaknya aku harus pergi sekarang, deh. Kak Mike sudah memanggil. Aku duluan ya, semoga harimu menyenangkan disana. Sampai nanti!" Dia tersenyum manis sebelum meninggalkan makam itu."Aishiteru yo, Shin."
Aku menunduk ketika Ellora bilang dia akan segera pulang-terlebih aku tahu kalau dia sebentar lagi bakal pindah ke rumah baru. Tapi aku terpaksa mengangkat kepala ini lagi ketika suatu kata terucap dari bibir gadis mungil itu.
"Aishiteru yo, Shin."
Aishiteru...?
Ellora menyukaiku?
Sejak kapan?
Mataku menangkap punggung Ellora yang semakin menjauh. Aku bukannya mengikutinya, tapi hanya diam mematung di tempat. Padahal semenjak dulu dia nggak kelihatan menyukaiku. Ellora begitu tomboi, kuat, tegas dan hampir semua teman-teman kami takut padanya.
Yah, sejak kecil sekali kami berdua sudah bersahabat sih. Dan itu membuatku semakin lama semakin suka padanya.
Tapi aku ini terlalu penakut. Menyatakan perasaan saja nggak berani. Aku bisa disebut satu-satunya orang yang nggak takut pada gadis tomboi seperti Ellora. Jelas saja, kan aku temannya. Tapi untuk perasaan kayak begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars in a Jar
Short Story[Sebuah Arsip] Apakah kamu tahu, kalau bintang punya ceritanya masing-masing?