(3) Malam Pertama yang Panjang

165 4 6
                                    

Bagian 2

Sampai pada suatu momen aku melihat si jin ini mulai mendekati seorang perempuan yang berada tak jauh dari lokasiku berdiri. Mengapa dia mendekatinya? Jangan-jangan, dia ingin mengganggu perempuan itu?
“Sialan! Kau tidak boleh mengganggunya!”

Aku bereaksi. Aku segera melompat ke arah jin itu dan sukses menendangnya. Dia tertawa!
“Akhirnya, kau tak bisa menyembunyikan kemampuanmu melihatku, anak muda! Hahaha!!”

Aku sudah tak sabar untuk memukulnya lagi. Namun, aku teringat sesuatu. Aku pun segera mengambil langkah untuk berlari secepat mungkin. Usahaku ternyata berhasil, karena si jin itu benar-benar mengejarku.

Aman! Dia tak lagi mengganggu perempuan itu. Sepertinya, jin itu sangat terobsesi denganku. Mungkin karena aku adalah orang baru. Apalagi aku bisa melihatnya. Hm.., padahal aku merasa tidak sengaja. Pertemuanku murni karena aku hanya ingin makan. Namun, tentunya aku tak bisa membiarkan diriku tak melihat apa yang sebenarnya ada di warung itu.

Meski begitu, kalaupun aku melihatnya, aku juga tidak akan mengganggunya. Karena pergi dan tidak ikut campur urusan mereka adalah yang terbaik. Toh, tujuanku ke kota ini, bukan untuk ‘membersihkan’ kota ini. Aku hanya ingin...

Srettt!!!
Kakiku terhenti di depan sebuah tempat. Tempat yang memang sengaja kucari, dan kurasa ini tempat yang tepat. Karena, di sini sepertinya tidak akan ada orang yang melihat aksiku nanti dengan Jin Ludah. Aku ingin menyelesaikan masalahku dengan jin tersebut. Tentunya secara baik-baik. Aku berharap dapat menjelaskan apa yang kupikirkan tadi –saat berlari. Semoga saja dia bisa memahami apa yang kusampaikan.

“Ho! Ternyata kau di sini! Apa kau sudah lelah berlari? Hahaha... dasar manusia lemah!”
Aku melihat dia segera berancang-ancang untuk menyerangku.
“Tunggu!”
“Aku ingin menjelaskan.” Aku berusaha menahan pertarungan ini. Bagaimanapun aku tidak ingin berurusan dengan jin di kota ini. Aku baru saja tiba di kota ini dan juga baru saja melewati pertarungan yang melelahkan dengan berandalan di kota ini. Tentunya aku tidak ingin mati konyol. Apalagi, ini masih di hari pertamaku ada di kota. Sungguh malang kisahku, jika ini benar-benar terjadi.

“Waktuku tidak banyak, anak muda! Aku pun tak ingin mendengarkan perkataanmu. Kau hanya berusaha menenangkan tapi bisa saja kau akan menghancurkan bisnisku dengan manusia. Kau berbahaya! Jadi, tak ada waktu banyak untukmu bernafas di sini. Kau harus kulenyapkan!”

Jin itu segera melompat menyerangku, aku tak bisa menahannya. Ini berbahaya. Dia sangat agresif. Seperti yang kubayangkan sebelumnya, bahwa jin kota memang seperti ini. Aku harus waspada. Lebih tepatnya, aku harus meladeninya. Apa boleh buat?

Sudah kepalang tanggung, aku bertemu dengan salah satu jin di sini dan juga memang aku sudah mengantisipasi jika pertarungan ini tak terelakkan. Maka dari itu, aku memikirkan untuk mencari tempat seperti ini. Jauh dari keramaian masyarakat dan sekaligus dapat memberikan pelajaran kepada jin ini.

Pertarunganku cukup alot, bahkan lebih sulit dibandingkan pertarunganku dengan berandalan kota tadi. Tenaga jin ini lebih besar dibandingkan 5-7 orang yang menyerang sekaligus. Ini tidak bagus dan aku harus segera mengakhiri pertarungan ini. Aku harus lebih agresif agar dapat segera menaklukannya.

DUESSSHH!!!

*-*
"The next part was uploaded! Please, swipe up! Thanks!" ;)


Tulungagung, 15-25 Juni 2019.

Hati Baja (Original Story by Agustian Noor in Ciayo Comics)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang