Eps. 10

81 8 3
                                    

Eunha sedikit terkejut saat mama nya itu tengah memakai baju pembantu. Eunha menatap sekilas wanita paruh baya itu, ya siapa lagi jika bukan yang ia benci sekarang. Lalu ia menatap mama nya tak percaya dan menghampiri mama nya.

Eunha menepis tangan bodygoard itu agar menjauh dari mama nya. Namun bodygoard itu hanya melototi Eunha dan tetap tak mau melepas cengkraman kuat itu.

Eunha pun menendang kaki kekar bodygoard itu. Membuat bodygoard itu sangat marah, hampir saja ia memukul Eunha namun wanita paruh baya itu menghentikan aksi bodygoard agar tak menyakiti Eunha. Yang tak lain adalah ibu kandung Eunha.

"Untuk apa menghentikannya?! Jika kau sangat kejam dengan anakmu sendiri. Lalu untuk apa menghentikan bodygoard besar ini memukulku ha?!" bentak Eunha dengan amarahnya yang memuncak sekarang.

"Iya.. Karna kau anak kandungku. Aku tak peduli jika itu mama mu, tapi itu hampir saja mengenai anak kandungku." sahut wanita paruh baya itu, dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Mama ganti bajumu."
Ucap Eunha sembari menggenggam erat tangan mamanya. Dan melirik bodygoard di samping mamanya itu, untuk segera melepas cengkraman nya. Bodygoard itupun melepas kannya.

Eunha pun menarik mama nya untuk keluar rumah. Namun jalan yang Eunha lewati di halangi oleh dua bodygoard lainnya dari wanita paruh baya yang Eunha benci itu.

"Minggir!"
Bentak Eunha frustasi.

"Tetap di sana! Dan jangan bergerak!"
Bentak kembali wanita paruh baya itu kepada Eunha dan mamanya.

Namun Eunha tak mendengarkan perintah itu. Dan berusaha mendorong bodygoard di depannya ini untuk minggir. Mama Eunha hanya bisa menunduk malu dan takut.

Saat Eunha mengeratkan genggamannya untuk mama nya, tiba-tiba mamanya malah melepas paksa genggaman itu. Membuat epresi Eunha berubah sesaat setelah fajah amarahnya tadi memuncak.

Eunha melihat tangan nya dan sekilas melihat tangan mamanya yang begetar setelah melepas genggaman Eunha.

Eunha menatap mamanya bingung dan tak percaya. Mama Eunha menatap Eunha dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya sekarang.

"Anak bodoh! Jangan menjadi anakku jika kau sangat bodoh!" bentak mamanya itu dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya. Eunha hanya bisa terpaku tak percaya dan bingung dengan ucapan mamanya.

"Aku ini penjahat! Penjahat yang sudah membunuh ayah mu! Kenapa kau bertingkah baik kepada ku, yang bahkan tidak melahirkanmu!" Bentak mama Eunha seraya mengepal kuat tangannya. Seakan-akan apa yang ia katakan barusan sangat terpaksa.

"Aku tak perduli dengan hal itu. Yang ku tau kau sudah membesarkanku. Bahkan kau tidak pernah memukulku jika aku melakukan kenakalan, walau mungkin kau tidak melahirkanku. Bagiku kau adalah mama kandungku." ucap Eunha dengan tegas.

Eunha pun menarik kembali mama nya dan mengerat kan genggamannya. Tapi lagi-lagi genggaman itu di lepas paksa. Membuat Eunha terpaku lagi merasakan tangannya itu sudah tak menyentuh tangan hangat mamanya.

"Tetap di rumah ini menjadi anakku, Atau menjadi rumor sebagai anak dari mama yang sudah bangkrut."

Mata Eunha beralih menatap wanita paruh baya yang sekarang tengah mengancamnya. Sial, ini malah membuat Eunha tersenyum miring. Membuat wanita paruh baya itu bingung dengan epresi dari Eunha.

"Menjadi seorang anak dari mama yang bangkrut."
Ucap Eunha santai dan masih dengan senyum sinis nya.

Eunha pun menarik kembali tangan mamanya itu. Dan sekarang genggaman itu tak dilepas seperti tadi, mungkin mama nya percaya dengan ucapan Eunha. Dan sekarang mama nya tersenyum bangga kepada Eunha.

"Tunggu."

Langkah Eunha dan mamanya terhenti saat wanita paruh baya itu menghentikan mereka.

Wanita paruh baya itupun menghampiri mama Eunha sembari tersenyum sinis menatapnya. Eunha menatap wanita paruh baya itu geram.

"Formulis perusahaan akan berada di tangan ku, kalian tidak akan meninggalkan rumah ini, tapi kau Eunha kau tetap akan menjadi anak yang bangkrut jika kau tinggal dengan mama tirimu ini, aku melakukan ini bukan untuk mama tiri mu ini, tapi ini untuk mu. Aku hanya tidak tega jika nanti aku melihat kau tidur di pinggir jalan."
Ucap tegas wanita paruh baya itu sembari menatap mama Eunha geram.

Wanita paruh baya itupun meninggalkan rumah itu dengan formulir perusahaan yang dia bawa, dengan Eunha yang terpaku geram menatap wanita paruh baya itu yang sudah menjauh mengeluari rumahnya dengan bodygoard² yang mengawalli wanita paruh baya itu.

Saat wanita paruh baya itu hendak menaiki mobil miliknya. Dengan bodygoard yang sudah membukakan pintu mobil untuknya. Ia melihat seorang lelaki memakai pakaian hitam tengah mengintai di rumah itu, namun itu hanya sekilas. Pikirnya mungkin itu hanya perasaannya.

Ia pun tak memikirkannya dan segera memasuki mobilnya untuk pergi meninggalkan rumah itu.

***

Jungkook pov

Aku segera mengeluari rumah Eunha dan menatap mobil yang sudah pergi menjauh.

"Ah, Untung wanita kasar itu tidak melihatku, pot yang sangat membantu."

Aouthor pov

Ucap jungkook sembari menepuk-nepuk pot di sebelahnya sekarang dengan senyum nakal di wajahnya, itu karna pot ini telah menyelamatkannya dari wanita kasar yang Jungkook ucapkan tadi. Yang tak lain wanita paruh baya yang hampir melihatnya tadi.

Jungkook pun segera mengeluari rumah Eunha dengan melewati jalan pintas rahasia. Agar Eunha tidak melihatnya, jika dia keluar melewati gerbang itu bisa bahaya.

***

Di kampus..

Saat Eunha tengah santai melewati koridor di kampus. Eunha mendengar ocehan-ocehan yang hampir ia dengar ada yang mengucapkan namanya sembari menatapnya sinis.

Eunha menoleh memperhatikan murid² di sekitarnya sekarang. Eunha menatap mereka bingung, namun Eunha tidak perduli mungkin ini hanya perasaannya saja yang aneh.

Saat Eunha melajukan langkahnya santai. Langkahnya terhenti saat melihat wanita yang Eunha tidak sukai ini tengah berdiri di hadapannya. Wanita itu tak salah lagi adalah Jung Jiyoon.

"Eumm maaf Eunha ikutlah denganku sekarang."

Ajak Jiyoon dan segera meraih tangan Eunha. Eunha menatap nya bingung dengan langkah kakinya yang terbata-bata karna di tarik tiba-tiba oleh wanita di depan Eunha sekarang.

Mereka pun berhenti di taman dekat kampus, Eunha berhenti mendadak dengan bingung saat Jiyoon menghentikan langkahnya.

Jiyoon pun meng hadap ke arah Eunha, dan meng hela nafasnya lembut. Jiyoon segera membuka tas miliknya dan mengeluarkan sebuah handpone miliknya. Eunha terus memperhatikan wanita di depannya ini bingung.

"Apa ini benar?"

Tanya Jiyoon sembari memberikan handpone nya ke Eunha. Eunha pun menerimanya masih dengan muka bingungnya.

Seketika Eunha membulatkan matanya saat ia melihat sebuah berita tak ia sukai tergambar di handpone milik Jiyoon. Eunha pun kembali menatap Jiyoon sesaat setelah menatap handpone milik Jiyoon tak percaya.

"Itu.. Adalah nyonya Bae Jin. Teman dari ibu ku."
Ucap Jiyoon sembari menatap Eunha yang sekarang mengepal kuat tangannya geram.

"Ibu kandung? Ck."
Lirih Eunha sembari berdecik kesal dan tersenyum miring di sudut bibirnya.

"Ada apa Eunha?"

Tanpa menjawab ucapan Jiyoon Eunha sudah berlalu pergi begitu saja meninggalkan Jiyoon yang terpaku bingung melihat wanita yang menjauh darinya sekarang.










TBC

❮ Princess ❯Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang