#seven

358 72 16
                                    

Selang beberapa menit saat pak Jeno membawa Lisa keruangannya, kini gadis itu harus kembali kekelas seorang diri. Ia tidak bisa meninggalkan pelajaran hanya karena kasus yg tengah menimpanya

Baru selangkah kakinya memasuki ruangan itu, desas-desus mencibir dengan namanya sudah merambat keseluruh isi ruangan. Pandangan seolah menatap remeh padanya, bisa dilihat tanpa harus menatap orang-orang itu.

Entah kenapa saat ini Lisa merasa begitu lemah, tidak ada satupun dari sekian banyak siswa dikelasnya yg seperti berpihak padanya

Alih-alih mencoba mengabaikan tatapan remeh dari sebagian teman kelas, Lisa tidak bisa lagi menahan air matanya untuk tidak keluar. Satu per satu bulir bening itu telah sukses membuat kedua sisi pipi Lisa basah.
Harapannya mendapat kehidupan disekolah kini hilang begitu saja.

Entah kenapa hari ini Lisa hanya ingin cepat pulang dan menjauh dari teman sekelasnya. Tapi itu hanya keinginan Lisa saja. Berhubung masih melewati jam istirahat pertama Lisa harus bisa bersabar menahan sakitnya dikucilkan untuk beberapa jam kedepan.

Bukan hanya Lisa, Lelaki yg duduk dibelakngnya pun seperti ikut masuk merasakan kepedihan Lisa. Jadi please jangan merasa sendiri Lisa

***

-Jika memang harus berakhir maka aku akan menerimanaya-

Hanya pikiran itu saja yg terus muncul memenuhi kepala Lisa. Langkah yg kian lunglai itupun terasa berat saat tubuhnya sudah sampai tepat didepan rumah sepetak kecil itu

Mau masuk tapi ia takut orang tuanya bertanya, kenapa Lisa selemas ini? Tidak biasanya!

Tapi jika tidak masuk justru ibunya akan melemparinya pertanyaan yg lebih banyak.

Apa yg harus Lisa lakukan sekarang, bahkan untuk menginjakkan lantai rumahnya saja sudah terasa sakit. Belum lagi ia harus memberikan surat panggilan orang tua pada ibunya! Tindakan ingin bunuh diri seketika muncul memenuhi otaknya. Tapi itu tidak akan terjadi. Lisa masih ingin hidup dan mewujudkan impiannya. Ia tidak ingin meninggalkan ayah dan ibunya

Perlahan kakinya mulai melangkah masuk dan mendekati sang ibu yg sibuk membereskan lipatan pakaian tanpa menyadari keberadaannya

Kertas putih itupun tidak lagi memiliki bentuk lipatan rapih. Lisa sudah meremas kertas itu beberapa kali sembari menyalahkan dirinya sendiri. Ia frustrasi hanya karena kesalahan yg bahkan tidak dilakukannya.

Kenapa begitu banyak orang yg membencinya?

"Bu?... Lagi sibuk ya?" sapa Lisa merangkul dan bersender pada pundak lemah sang ibu. Mencoba bersikap tegar tapi ia tidak bisa

Satu senyuman melayang kearah Lisa. Ibunya begitu menanti kepulangan Lisa dari sekolah

"Nggak kok sayang! Ini juga bentar lagi selesai kok" Ucap ibu sembari melanjutkan kegiatannya yg hampir selesai.

Lisa terpatung disana, tiba tiba ia melepas rangkulannya dari sang ibu. Gadis itu menunduk dalam, susah payah ia mencoba menahan tangisannya. Tapi nihil! Sekuat apa Lisa bisa menahan kepedihan yg begitu pilu itu? Untuk menahan agar isakannya tidak keluar saja sudah membuat seluruh tubuh Lisa bergetar

"Lisa! Kamu kenapa nak, kenapa menangis?" Pekik ibu panik ketika mendapi Lisa sudah berlinang dengan air matanya "Cerita sama ibu kalau ada masalah sayang, ibu nggak mau anak ibu nangis begini!" Diselanya air mata Lisa agar tidak jatuh disana tapi malah ia yg harus menangis. Ia sepertinya bisa merasakan apa yg sedang dirasakan Lisa saat ini walau tidak tau apa masalahnya

Sudah entah berapa kali Lisa harus menahan tangisannya hingga harus menggigit bibir bawanya sampai memerah sebelum akhirnya menjawab pertanyaan sang ibu

How Far I'll Go - TaeliceWhere stories live. Discover now