#five

489 79 4
                                    

Suasana riuh dari tengah lapangan terlihat begitu menyenangkan. Beberapa siswa baru tengah menampilkan hasil kreasi yg mereka buat dari origami dan tali sekreatif mungkin. Pertunjukan demi pertunjukan disajikan mengalahkan waktu yg kian berlalu. Sudah mulai sore dan acara orientasi hari kedua akan segera berakhir. Tapi....

Jimmy dan kawan-kawan tidak melihat Vi dikerumunan. Terakhir kali lelaki itu berpamitan pada mereka untuk membeli sesuatu dikantin adalah pukul 1 dan sekarang sudah pukul 3 sore, itu artinya Vi sudah tidak berada dilapangan selama 3 jam lamanya. Kemana lelaki itu??

"Liat Vi gak Rose??" Tanya Jimmy sedikit keras agar Rose dapat mendengarnya akibat penguat suara yg berasal dari depan lapangan.

"Gak liat tuh! Emang tadi dia bilang mau kemana?" Balik Rose bertanya. Jimmy menaikkan kedua pundaknya sembari mata yg mengelilingi lapangan

"Katanya mau beli kekantin, tapi kok lama banget ya! Apa dia kesasar??" Jimmy menatap kearah Rose penuh harap, ia sangat menyayangkan tindakannya apabila benar Vi tersesat.

"Kenapa, kenapa??" Tanya Jeka mendekatkan tubuhnya diantara Rose dan Jimmy

"Vi! dia gak keliatan dari tadi" Ucap Jimmy sedikit terdengar cemas. Melihat kedua temannya yg sepertinya sedang panik, Jeka mengajak mereka untuk mengikuti sarannya

"Kita cari aja yuk? Dia orang baru disini, takutnya nanti dia kenapa-kenapa lagi" Tawar Jeka pada kedua temannya. Dan kemudian meraka bergegas dengan cepat menuju kantin, tempat yg menjadi tujuan Vi tadi.

Sesampainya dikantin, mereka bertiga tidak melihat siapapun disana terkecuali ibu penjual, tatapan penuh tanya pun kian mengisi raut wajah mereka. Bergerak mendekat pada tempat si ibu penjual dan berniat untuk bertanya, mungkin cukup tepat.

"Bu, liat ada anak cowok gak beli disini jam satu lewat??" Ucap Rose dengan cepat ketika langkah mereka berhenti tepat didepan ibu kantin tersebut.

"Banyak atuh neng cowok beli dimari!  Ibu mah mana tau cowok yg neng maksud" Jawaban jujur dari ibu itu seketika membuat Jimmy menepuk kepala Rose pelan.

"Apaan sih, kok malah pukul jidat gue?" Rose bertindak ingin membalasnya tapi Jeka lebih cepat untuk melerai

"Udah kali! Gausah pake kekerasan!" Lanjut Jeka sedikit cemberut. Ia bahkan tidak menatap kearah Rose dan Jimmy "..Em, cowok yg kami maksud itu ciri-cirinya, badannya tinggi, putih, terus wajahnya itu kaya bukan indonesia tulen gitu bu!" Lanjut Jeka memberikan kisi-kisi supaya ibu kantin dapat memberikan jawabannya

Tapi kali ini Jeka malah dapat pukulan oleh Jimmy tepat di keningnya, juga sepertinya pukulan itu terlihat cukup kuat

"Yg ada itu cewek atau cowok tulen, bukan indonesia tulen! Udah besar tapi otak kok kecil" Jimmy terlihat cerewet saat ini, ia bahkan melayangkan dua kali pukulan kecil lagi pada lengan Jeka

"Ya terserah gue dong! Dari pada lo! Udah besar tapi bisanya cuma komen doang!" Lanjut Jeka membalas umpatan pada Jimmy

Rose hanya bisa memutar bola matanya bosan, kedua pria itu ternyata masih sangat kekanak-kanakan. Labil akut!

"Udah udah!! Gue ga perduli sama ukuran otak dan pikiran kalian! Vi adalah tujuan utamanya!" Sarkas Rose melerai kedua lelaki labil itu dan menaruh keduanya agar saling berjauhan satu sama lain. "Ada gak bu cowok yg ciri-cirinya kaya yg teman saya bilang tadi??" lanjut Rose

Terlihat ibu itu seperti sedang mengingat-ingat dan setelahnya ia menjentikkan jarinya dan kemudian ia mengeluarkan suara dengan girang

"Ada neng! Mukanya kaya orang amerika gitu, tapi ibu liat kayanya ada banyak yg mukanya blasteran jadi ibu gak ngerti yg neng maksud....!" Rose menghela napasnya berat. Benar sekali apa yg dikatakan ibu kantin ini. Disekolahnya bukan hanya Vi yg memiliki darah blasteran, jadi sulit untuk menemukannya

How Far I'll Go - TaeliceWhere stories live. Discover now