MDP 12

113 37 27
                                    

.
.
.
.
.
Di California dengan suhu udara tiga puluh lima derajat pada siang hari,  Sanjana mendapatkan kamar tidur lebih kecil dari kamarnya di Kullu. Dua ranjang untuk ia dan Munni, kamar mandi di dalam ruangan yang sempit, sebuah almari dan meja rias minimalis agaknya harus membuatnya merasa berpuas diri. Barang-barang keperluan syuting seperti perhiasan juga baju-baju khusus tergeletak di lantai karena saking banyaknya hingga tak memiliki tempat membuatnya lebih ingin menghabiskan waktu di balkon bersama semilir angin musim panas.

Bersyukur ia bisa menerima keadaan, karena ayah dan ibunya seperti telah sepakat untuk membuat masa mudanya tidak dihabiskan hanya untuk bersandiwara di depan kamera, ia telah menyetujui untuk mengambil kelas liburan via internet untuk mengejar ketertinggalan pengetahuannya. Nilai semesternya benar-benar buruk, dan ia cukup tahu diri untuk tidak menolak gagasan dari ibunya tersebut.

Sanjana telah selesai dengan acara belajarnya dan mempelajari skenario yang akan ia lakoni bersamaan  dengannya yang menyadari sesuatu yang tumbuh di wajahnya. "Kenapa harus ada jerawat yang muncul di saat-saat seperti ini?" Mengambil tempat di meja rias, tangannya secepat kilat membuka kotak kosmetik mencari-cari cream penghilang jerawat.

Menjelang matahari terbenam, ia masih saja belum ingin keluar. Waktunya untuk tampil adalah ketika matahari terbenam, memerankan sosok gadis dewasa--adik pemeran utama--yang sedikit nakal. Pakaiannya nanti adalah rok mini di atas lutut dengan riasan sexy rambut acak-acakan.

Sanjana memikirkan kenapa akhir-akhir ini dirinya tidak selera melakukan apapun. Pekerjaan yang telah diidam-idamkannya bahkan tak membuatnya bisa menikmati segalanya dengan cukup baik. Satu persatu alasan yang membuatnya menerima pekerjaan ini telah ia gali, selain bisa tampil di layar besar membuatnya jadi terkenal juga karena seseorang yang membuatnya sangat tertarik.

Rudra Mehta nyatanya tidak semenarik yang ia bayangkan.

Dari suara jalan kaki sandal rumahan yang begitu keras, Sanjana tahu sebentar lagi Munni akan sampai di kamar. Sayangnya, ia masih nyaman rebahan di ranjang sambil memerhatikan kipas angin berputar di langit-langit kamar.

"Pengaruh Jet Lag bisa berpengaruh sampai berhari-hari, ya?"

Merasa bosan atas ketidaknyamanan posisi, Sanjana beralih tengkurap sampai wajahnya terbenam pada bantal. Sesaat hanya kepalanya yang bereaksi menggeleng. Memberi petunjuk pada Munni bila kawan baiknya ini telah berubah menjadi anak rumahan. "Apa kau merindukan orang tuamu?"

Gelengan kepala kembali diberikan oleh Sanjana. Munni mengobrak-abrik lemari pakaian mencari rok mini untuk Sanjana kenakan. "Seharusnya kau keluar mencari angin segar. Seharian ini aku melihat bagaimana Rudra Mehta dalam perannya kali ini. Kurasa, pemuda itu bisa melakukan dengan sangat mudah, penuh pesona juga berpengaruh sudah menjadi bagian dari kesehariannya."

Sepintas, Munni merasa aneh. Gadis itu masih tidak bereaksi apapun saat ia menceritakan tentang pria yang dikiranya sedang disukai oleh Sanjana. "Apa kau sebenarnya sedang patah hati karena mendapat peran sebagai adik dari Rudra Mehta dan bukannya sebagai kekasihnya? Sejak kapan kau memainkan perasaan pada aktingmu?"

"Oh, Munni!" Secara mengejutkan Sanjana melempar bantal tidurnya ke segala arah. Lalu cemberut untuk selanjutnya mengerang keras. "Kenapa aku jadi seperti ini?"

Munni yang menyaksikan itu tak pernah menyangka akan ledakan emosi yang dikeluarkan jauh lebih mengerikan. Ini kali pertama dalam pertemanan mereka ia melihat Sanjana seperti sedang menjalani hidup tanpa ada tujuan. "Kalau kau bertanya padaku aku bertanya pada siapa?" teriaknya, meskipun merinding saat mendapat delikan tajam dari Sanjana.

"Aku tidak ingin makan, tidak ingin mandi, tidak ingin menyisir rambut, tidak ingin sikat gigi tapi aku tidak menstruasi."

"Apa masalahnya sekarang?" Munni mendekati Sanjana setelah meletakkan rok mini di ranjangnya, mendudukkan diri di ranjang gadis itu lalu menyentuh dahi Sanjana seraya menilai begitu serius. "Kau juga tidak sedang demam, gejala seperti ini sepertinya baru aku ketahui."

Mera Dil Premee ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang