Kritik dan sarannya masih ditunggu terus ya😍
Yang komen next, titip, jejak, kurang panjang, didenda sejuta (mayan bisa buat Depe rumah😆)
Aku menahan napas untuk sesaat. Berdoa, memohon agar yang muncul di balik kemudi itu bukan Randu. Namun, tampaknya itu muskil.
Lelaki berambut ikal dengan badan tegap itu melangkah cepat. Semakin mendekat aku dapat melihat dengan jelas rahangnya mengeras. Apakah ini semua gara-gara aku?
Wajahku terasa kebas. Entah mengapa aku merasa takut.
"Grey ... kamu nggak apa-apa?" tanya lelaki berwajah oriental itu penasaran. Mungkin ia heran melihat perubahan ekspresi wajahku.
Aku tak menjawab, tapi terus melihat ke arah Randu yang menatapku tajam. Rastra ia membalikkan badannya.
"Ayo pulang!" Tanpa basa-basi Randu mencengkeram lengan dan menarikku dengan kasar.
"Nggak!" Aku mengelak. Berusaha melepaskan cengkeraman Randu.
"Eh, apa-apaan ini? Jangan kasar pada wanita!" Rastra berusaha mencegah.
"Diam! Jangan ikut campur! Saya suaminya!" cetus Randu dengan nada tinggi.
Bibir lelaki berwajah oriental itu mendadak terkatup rapat. Ia hanya memandangku iba, tanpa berbuat apa-apa. Randu menggunakan statusnya untuk membungkam pembelaan Rastra.
Aku tak ingin membuat keributan di cafe ini. Apalagi Rastra, bagaimana pun ia tak ada sangkut pautnya dengan masalah ini. Jadi, aku pikir akan lebih baik mengalah, mengikuti keinginan Randu. Demi Rastra. Aku tak ingin dia kenapa-kenapa.
"Ayo pulang!" Randu menarik tanganku kasar. Aku mengikutinya, menyempatkan diri menoleh dan mengangguk oada Rastra, untuk menegaskan bahwa aku baik-baik saja.
Sampai di mobil, Randu membukakan pintu jok belakang. Ingin kubertanya mengapa. Namun semua kata itu hanya mampu aku tahan di mulut, karena ternyata ada gadis itu, Vanessa.
Darahku mendidih, bahkan, saat ini aku telah menjadi selir di saat berstatus seorang ratu. Menjadi yang kedua padahal aku yang pertama. Sial! Lihat pembalasanku.
Aku menarik napas berat.
'Santai Grey ... santai. Jangan rendahkan dirimu dengan bersikap sama seperti para manusia tengik yang ada di depan. Kamu harus main cantik.' Aku mensugesti diri agar kepala tetap dingin.
"Mau kemana ini? Fitting baju pengantin?" Aku membuka suara saat tahu sedan ini tidak melaju pada jalan yang menuju arah rumahku. Dua manusia sialan di jok depan masih tak ada yang bicara. Hening.
"Mau diantar ke rumah?" tanya Randu pada wanitanya.
"Nggak, aku ada janji sama teman." Vanessa menjawab cepat.
"Laki-laki atau perempuan?" tanya Randu menyelidik. Ish ... sok perhatian, dia tidak memedulikan perasaanku.
"Kamu bisa lihat sendiri." Vanessa tersenyum tipis. Aku bisa lihat ada rasa gembira yang terpancar dari sorot mata sayunya.
Sebenarnya aku tidak ada masalah dengan wanita ini. Dia cantik dan juga keibuan. Namun, karena dia sudah mengusik hidupku, jadi tidak berlebihan bukan kalau aku tak nyaman akan keberadaannya. Atau lebih tepatnya aku benci dia!
"Setelah pertigaan ini ada bakery. Aku mau turun di sana." Wanita berambut lurus itu memberi intruksi lelakinya.
Sedan warna gold itu memasuki sebuah bakery. Di samping bakery itu ada beberapa kursi khusus pelanggan yang hendak menikmati roti langsung di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Perawan (OPEN PO)
RomanceKekisruhan rumah tangga Randu dan Grey ini bermula pada saat malam pertama. Setelah mereguk kenikmatan dunia, justru Sang suami bermuram durja. Ia muntab, karena tahu sang istri tidak memiliki tanda kegadisan yang umum dimiliki oleh seorang perawan...