Sarada tersenyum senang mendapati cup ramen yang Ia sisakan untuk Ibunya sudah habis. Segera saja Ia memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Mama, ohayou."
"Eh? Anak Mama sudah bangun. Ohayou Sarada-chan. Ayo makan dulu sarapannya."
"Papa doko?"
Sakura yang tengah menyiapkan sarapan mendadak menghentikan kegiatannya. "Etto, Papa tadi mengatakan ada rapat penting, jadi Papa sudah pergi duluan."
"Tidak sarapan?"
"Papa sudah sarapan duluan, sayang. Ayo, Sarada-chan makan dulu."
"Hum."
—
Sasuke memandang cerahnya langit dan indahnya pemandangan gedung dari jendela kantornya, tetapi pemandangan itu tidak bisa menghilangkan wajah dinginnya.
Hinata menatap jengkel Sasuke.
"Sasuke-kun! Kau mengabaikanku!"
"Hn."
Entahlah, Ia tidak bisa menghilangkan pikiran tentang Sakura dengan lelaki misterius kemarin. Rasanya sangat menyakitkan.
Belum lagi penolakan Sakura saat Ia menyentuhnya, membuatnya tanpa sadar mengempalkan tangannya.
"Cih."
"Sasuke-kun~~"
"Teme!"
Mendengar suara yang Ia kenali, sontak Hinata melepaskan pegangannya pada Sasuke.
"Eh? Hime? Kenapa bisa disini?"
"Hn. Dia sekretarisku, Dobe. Jelas dia disini."
"Ck. Aku kan bertanya pada istriku ttebayo!"
"Hn."
"Hime, bisa tinggalkan aku dengan Teme?"
"Hai, Naruto-kun."
"Kau tau, kaka-"
"Aku sibuk."
"Hei! Aku ingin menyampaikan, kakak iparmu sudah datang dari rantau!"
"Siapa?"
"Kakaknya, Sakura! Kau belum pernah bertemu dengannya bukan? Ini kesempatanmu ttebayo!"
"Hn."
"Cih. Bolehkah aku bertemu dengan Sakura-chan, Teme? Aku rindu dia."
"Tidak."
"Cih, sombong!"
"Hn."
Drrrtt drttt
"Moshi-moshi, ah! Niichan! Bisa! Tentu saja bisa. Baik aku kesana sekarang."
"Teme aku pergi dulu bertemu dengan kakaknya Sakura-chan. Kau mau ikut tidak?"
"Aku sibuk. Lain kali saja."
"Baiklah, sampai jumpa ttebayo!"
Hinata memasuki ruangan Sasuke lalu duduk diatas pangkuan Sasuke. "Aku rindu, hm~"
Sasuke menyeringai, lalu mencium Hinata.
—
"Wow, Niichan! Ogenki?"
"Hm, Naruto. Aku baik, kau bagaimana?"
"Genki dattebayo!"
"Hm."
"Kenapa kau baru kembali, eh? Kau melewatkan pernikahan, Sakura!"
"Iya aku tahu. Aku sudah menemuinya kemarin."
"Eh? Sudah bertemu?"
"Iya. Dan anehnya, Ia Nyonya Uchiha tetapi bagaimana bisa Sakura kekurangan uang untuk membeli sepatu Sarada?"
"He? Kekurangan uang?"
"Iya. Kemarin aku berniat menghadiahkan Sarada sebuah sepatu baru. Aku melihat seseorang di kasir, dia seperti menghitung ulang uang dan meminta maaf pada kasir. Aku tidak tega, jadi aku menyerobot antrian dan berniat membayar belanjaan. Aku cukup terkejut Ia adalah Sakura."
Naruto terdiam mendengar penjelasan yang di katakan Sasori. Setahunya, Sasuke selalu menyisihkan uang setiap bulannya dan Ia juga mengeluh mengatakan pengeluaran bulanannya bertambah.
"Ah, Sasuke sempat bercerita padaku bahwa pengeluaran setiap bulannya menaik, mungkin Sakura dan Sasuke sudah berdiskusi dan tanpa sadar uang bulanan Sakura sudah mulai sedikit dan Ia enggan meminta uang lagi pada Sasuke."
"Hm, mungkin saja. Aku berdoa pernikahan adikku baik-baik saja." Ucap Sasori dengan nada yang memperlihatkan keraguan yang sangat kentara.
"Tentu saja ttebayo!" Naruto tidak bodoh untuk mengenali keraguan yang ada pada diri Sasori, dan entah kenapa Naruto juga merasakan hal yang sama dengan Sasori.
"Hm."
—
"Kue anda laku sangat keras, Nyonya."
"Wah, benarkah? Baguslah kalau begitu."
"Kue anda sangat enak, banyak yang memborong. Ini hasil penjualannya."
"Maafkan aku, Tenten-san. Aku pasti merepotkan penjualanmu."
"Hei. Tidak kok! Justru adanya kue buatan anda, kedaiku jadi ramai! Aku ingin Nyonya kerja disini, bagaimana?"
"Maaf, Tenten-san. Aku tidak bisa bekerja disini, aku-"
"Hai hai, wakatta! Daijoubu dayo."
Sakura tersenyum lalu mengambil kerangan tempat Ia menaruh kue yang Ia jual.
"Em Nyonya, apakah anda adalah-"
"Mama!"
"Sarada-chan! Sudah pulang?"
"Hum! Aku lapar, Mama. Ie kaette mo ii?"
"Ii yo. Etto, Tenten-san kalau begitu kami pamit dulu ya. Arigatou gozaimasu."
"Hai. Kiwotsukete ne!"
"Hm, dia wanita yang sangat cantik. Tetapi, entah kenapa aku merasakan Ia sedang sedih dan sengsara." Gumam Tenten.
"Sumimasen! Kocchi desu." Seorang pelanggan melambaikan tangannya pada Tenten, dan sontak Tenten menghentikan lamunannya.
"Ah, Hai. Omachi kudasai."
—
Notes :
*Papa doko? : Papa dimana?
*Ogenki, umumnya di tanya "ogenki desuka" namun dengan orang yang sudah akrab dengan kita, kita bisa hilangkan kata desuka. Tetapi mengucapkan kata ogenki dengan nada tinggi yang menyatakan kita bertanya. Ogenki desuka : Apa kabar?
*Hai, Hai wakatta. Daijoubu dayo : Iya, Iya mengerti. Tidak apa-apa kok.
*Ie kaette mo ii? : Boleh pulang kerumah ?
*Ii yo : boleh.
*Kiwotsukete ne : hati-hati di jalan
*Sumimasen, kocchi desu : Permisi, disini tolong. (Kalimat ini di ucapkan pelanggan ketika memanggil waiter/waitress saat ingin memesan makanan atau minuman.)
*Hai, omachi kudasai. : Baik, mohon tunggu sebentar. (Omachi adalah bentuk sopan dari kata 'chotto matte')Jangan lupa vote dan komen.
ありがとうございます!つづく
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura, Do I Still Have Another Chance?✔️
RomantikBagaimana perasaanmu saat lelaki yang dulunya sangat mencintaimu mendadak berubah karena datangnya seseorang? Ikatan menikah belum tentu benar-benar mengikat seseorang dengan seseorang lainnya. Karena seseorang bisa saja menghancurkan ikatan itu kar...