Chapter 12 - Our Feelings

10.7K 478 28
                                    

Masih jelas di dalam pikirannya bagaimana Mamanya menangis kemarin malam sembari mengelus sebuah album. Saat Sakura bangun lebih awal untuk ke pasar, Ia diam-diam masuk ke dalam kamar Sakura dan membuka album yang di lihat oleh Mamanya.

Album itu berisi semua kenangan tentang Sasuke dan Sakura. Bahkan ada foto saat mereka berdua masih kecil. Foto tersebut tanpa sadar membuat Sarada menyunggingkan senyumnya.

Selama ini mungkin Mamanya masih mencintai Papanya, tetapi karena Bibi Hinata membuat Mamanya mengalah. Jadi, Mama menjauh bukan karena benci Papanya? Banyak pertanyaan yang ingin Ia tanyakan, tetapi Ia terlalu takut untuk menyakiti perasaan Sakura kalau Ia bertanya.

"Sarada? Sarada?"

"Hei, SARADA!"

Sarada terkejut mendengar teriakan lalu menatap tajam ke arah sumber suara.

"Ck! Bisakah kau memanggilku tidak dengan berteriak, Choucho?!"

"Kau sendiri tidak menjawab ketika Boruto memanggil!"

"Eh?" Sarada menoleh dan mendapati Boruto terkekeh.

"Kau memikirkan apa?"

"Uun, nai da."

"Oh. Pembohong."

"Apa kau bilang?"

"Boruto bilang kau pembohong Sarada."

Sarada mendengus sedangkan Boruto dan Choucho hanya terkekeh.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Sarada masih mengemasi barang-barangnya.

"Ayo pulang bersama, kita mampir ke kedai ichiran ramen dulu. Makan siang."

Sarada menoleh lalu mengangguk.
"Um Boruto, kau-"

"Aku tahu kau akan bertanya soal perasaanku tentang orang tuaku bukan?"

Sarada menunduk. "Itulah alasan kenapa aku mengajakmu pulang berdama dan mampir untuk makan. Kita bisa bicarakan berdua."

"Jadi?"

"Kemarin, aku berkata pada Mama kalau aku benci Papa. Tetapi, saat mendengar itu wajah Mama menjadi terkejut dan bahkan Mama menyuruhku tidur. Aku diam-diam mengikutinya ke kamar dan melihat Ia menangis dengan sebuah album di pangkuannya."

"Kau benci Papamu?"

Sarada mengangguk. "Itu artinya kau benci Kaasanku juga?"

Sarada menoleh lalu terdiam. "Kau membenci Papamu karena Kaasanku bukan?"

"Jika di katakan aku benci Kaasan, mungkin iya. Kaasan bahkan pernah meninggalkanku di dalam apartemen tanpa telepon dan makanan. Saat itu aku sangat lapar, tetapi aku tidak tahu harus apa.

Aku juga merasa sakit melihat Tousan yang selalu bekerja siang malam bahkan hingga tidak tertidur. Dan disaat yang sama, aku melihat Papamu dan Kaasanku keluar dari sebuah hotel. Aku hanya berpikir itu sebuah kerjasama karena Papamu adalah teman Tousan. Tetapi, aku baru menyadari saat Tousan menjadi seorang pemabuk. Kau tau alasan kenapa aku dan Tousan pergi ke luar negeri?"

Sarada menggeleng.

"Itu karena Tousan menjadi seorang pemabuk, Ojiisan membawa Tousan dan aku ke Amerika. Tetapi, aku tinggal bersama Obaachan dan Tousan tinggal sendiri. Pernah Obaachan mengajakku mengunjungi Tousan dan saat itu aku melihat Tousan dalam keadaan berantakan Ia bahkan merancau nama Kaasan. Tousan masih mencintai Kaasan. Dan aku sudah memaafkan Kaasan."

"Aku mengerti kau benci Papamu, tetapi Ia tetap Papamu, Sarada. Bahkan Mamamu sendiri masih mencintainya, apa kau akan menjadi jahat dengan membenci Papa kandungmu sendiri?"

Sakura, Do I Still Have Another Chance?✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang