Sasori berlari tergesa-gesa di lorong rumah sakit. Dari jauh Ia melihat seorang gadis kecil tengah menangis yang di peluk oleh seorang wanita.
"Bibi."
Mikoto dan Sarada menoleh melihat seseorang memanggil Mikoto.
"Sasori, kapan datang?"
"Baru-baru ini, Bibi. Sakura, bagaimana keadaannya?"
Mikoto menggeleng. "Bibi minta maaf tidak menjaga Sakura dan Sarada seperti yang kau minta, Bibi-"
"Sudahlah, Bibi. Ini bukan salah Bibi, berhenti menyalahkan diri Bibi sendiri."
"Ojichan, dare desuka?"
Sasori tersenyum mendengar pertanyaan Sarada. "Aku pamanmu, Sarada-chan." Ucapnya sembari mengelus rambut Sarada.
"Ojichan?"
Sasori tersenyum.
"Ojichan, Mama akan baik-baik saja kan?"
"Tentu sayang, Mamamu sangat kuat. Dia pasti baik-baik saja."
Sarada memeluk Sasori, Sasori membalas pelukan Sarada.
—
Mikoto menatap Sakura dengan pandangan menyesal. Setelah beberapa jam Sakura tidak sadarkan diri, sekarang Ia sudah sadar tetapi enggan menatap semua orang. Ia hanya menatap kosong ke arah jendela. Tidak ada binar cahaya di mata Sakura. Sakura seperti mati tetapi masih bernapas.
"Nak?"
"...."
Hati Mikoto makin tercubit mendengar jerit tangis Sarada di luar yang sedang di bujuk Sasori.
Mikoto mendekati Sakura lalu memeluk Sakura. Ia tahu Sakura menangis, tetapi Sakura menangis dalam diam dan tanpa isakan membuat hati Mikoto benar-benar teriris.
"Nak? Jangan menangis ya."
Mikoto mengusap airmata Sakura, rasa sesak tidak berhenti menyelimuti Mikoto melihat hancurnya menantu kesayangannya.
"Mama!"
Sarada menghambur ke pelukan Sakura dengan masih terisak.
"Kenapa sayang? Daijoubu datte."
Mikoto mendongak mendengar Sakura menghibur Sarada. Ia tersenyum miris lalu keluar ruangan, membiarkan moment Ibu dan Anak tersebut.
"Sasori, Bibi benar-benar minta maaf."
"Tidak apa-apa, Bibi. Ini memang takdir dari Kami-sama."
Mikoto tidak habis pikir, bagaimana bisa mereka satu keluarga selalu menganggap semuanya baik-baik saja? Padahal Mikoto yakin, jauh di lubuk hati mereka, mereka tengah menangis.
"Kau tahu? Tidak ada seorang Ibu yang baik-baik saja ketika Ia kehilangan janinnya. Rasanya sangat menyakitkan."
Sasori mendongak. Mikoto tersenyum.
"Aku pernah mengalami hal yang sama dengan Sakura-chan. Saat itu, aku tengah hamil kakak Itachi. Harusnya Itachi mempunyai kakak, hanya saja aku keguguran."
Sasori menunduk memandang lantai. Mikoto mengelus surai merah Sasori.
"Sasori, tidak semua hal yang menyakitkan bisa kau katakan baik-baik saja. Kau bisa mengapresiasikan rasa sakitmu, jangan pendam itu. Memendam hanya menambah rasa sakit."
"Bibi, aku ingin Sakura bercerai dengan Sasuke."
Mikoto tersenyum lalu mengangguk. "Aku rasa itu memang hal yang terbaik, Nak. Aku tidak bisa melihat Sakura-chan makin tersiksa. Aku akan membicarakannya dengan Ayah dan suamiku."
Mikoto memeluk Sasori, dan Ia bisa merasakan airmata jatuh diatas bahunya.
"Aku jadi merindukan Kaasan, Bibi."
"Anggap saja aku Kaasan-mu, Sasori."
"Arigatou Bibi."
—
Sasuke pulang dari kerja dan mendapati rumahnya gelap gulita. Ia menyalakan lampu dan melihat sekeliling. Tampak sepi. Sasuke menghela nafas.
Sudah satu minggu sejak Ia pulang kerumah dan rumahnya tampak sepi. Ia khawatir tetapi gengsi mengalahkan rasa khawatirnya.
Drrtt drrrt
Sebuah pesan masuk terlihat pada notifikasi ponsel Sasuke. Ia membuka pesan tersebut.
Hinata
Sasuke-kun, aku rindu.Setelah membaca, Sasuke menghapus pesan tersebut tanpa membalasnya. Aneh memang, biasanya Ia sangat senang mendapati wanita berambut violet itu mengiriminya pesan tetapi hari ini Ia enggan membalas pesan tersebut.
Dipikirannya sekarang terisi oleh Sakura. Ia mengacak surai ravennya, mencoba mengalahkan egonya Sasuke mencoba menghubungi ponsel Sakura.
Sasuke mendesah kecewa mendapati tidak seorangpun menjawab teleponnya.
Drrt drtt
'Kaasan'
Melihat nama yang tertera di ponselnya, Sasuke langsung menjawab telepon tersebut.
"Kaasan-"
"Datang ke mansion Uchiha besok."
"Untuk apa-"
Tut tut
Belum selesai Sasuke bicara, Ibunya sudah memutuskan telepon. Sasuke merasa ada hal yang akan terjadi dan memikirkan itu membuat dada Sasuke nyeri.
"Aku harap ini tidak ada hubungannya dengan Sakura."
—
Jangan lupa vote dan komennya ya. Komen kalian membangkitkan jiwa mengetikku😂❤️
Disini aku gak isi notes ya, karena beberapa bahasa Jepang disini artinya sudah ada di chapter sebelumnya.Nanti kalau ada kosa kata bahasa Jepang baru lagi, aku buatkan notes lagi❤️
"Tidak semua hal yang menyakitkan bisa kau katakan baik-baik saja. Kau bisa mengapresiasikan rasa sakitmu, jangan pendam itu. Memendam hanya menambah rasa sakit."
ありがとうございます!
つづく~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura, Do I Still Have Another Chance?✔️
RomanceBagaimana perasaanmu saat lelaki yang dulunya sangat mencintaimu mendadak berubah karena datangnya seseorang? Ikatan menikah belum tentu benar-benar mengikat seseorang dengan seseorang lainnya. Karena seseorang bisa saja menghancurkan ikatan itu kar...