"Mama membuat kue?"
"Hum? Iya sayang, Sara-chan mau?"
"Boleh?"
Sakura terkekeh pelan. "Tentu sayang, kenapa tidak boleh hm?"
Sarada memekik girang lalu mengambil satu potong kue kering Sakura.
"Dou?"
"Oishii!"
Sakura terkekeh lalu melanjutkan membuat adonan lagi.
"Mama, Sarada tadi saat ulangan dapat nilai A loh!" Ucap girang Sarada.
"Oh iya? Pintarnya anak Mama." Jawab Sakura sembari mencium hidung mungil Sarada yang membuat gadis kecil itu tersipu.
"Mama kenapa membuat kue?"
"Mama ingin menjualnya, Sayang. Tadi Mama tanpa sengaja membawa ke kedai di depan sekolahmu. Ternyata pemilik kedainya menyukainya, dia meminta Mama membuat lagi."
"Wahh! Buat yang lebih, Mama. Bisa aku jual di kantin sekolah."
"Wah, boleh. Nanti uang kuenya bisa Sara-chan ambil untuk uang jajan."
Sarada menggeleng membuat Sakura mengernyit bingung. "Doushite?"
"Sara ingin membantu Mama." Ucap Sarada dengan senyuman manisnya yang membuat kedua matanya melengkung. Sakura tidak bisa menahan sudut bibirnya untuk ikut tersenyum melihat putri cantiknya.
—
Sudah seminggu lebih Sakura rutin membawa kue buatannya ke kedai di depan sekolah Sarada. Dan seminggu itu pula Ia merasa puas dengan penghasilan yang Ia dapatkan. Sakura menyisihkan beberapa uang untuk dimasukkan ke dalam celengan, dan beberapa akan Ia gunakan untuk membeli hadiah ulang tahun Sarada.
Sakura tampak tersenyum menatap uang yang ada di genggamannya. Langsung saja Ia melesatkan diri menuju mall terdekat.
Ia melihat sekeliling dan tersenyum menatap sepasang sepatu sekolah yang sangat cantik. Tanpa menunggu, Sakura mengambil sepatu itu dan menyerahkan ke kasir.
Saat di kasir ternyata uang yang Sakura bawa kurang untuk sepatunya. Ia tersenyum pedih menatap sepatu cantik itu.
"Nyonya, apakah anda jadi mengambil ini? Anda menghalangi pelanggan yang lain." Ucapan ketus yang terlontar dari bibir kasir cantik di hadapan Sakura.
Sakura tersenyum miris kemudian menggeleng.
"Sekalian hitung dengan belanjaanku."
Sakura menoleh dan menutup mulutnya terkejut melihat seseorang membayar sepatunya.
Orang tersebut tersenyum kemudian menyerahkan beberapa lembar uang pada kasir tersebut.
"Oh iya, nona. Tolong jaga sikap anda kepada pelanggan, atau aku bisa meminta Nyonya Uchiha di hadapanku ini memecatmu."
Kasir tadi tersentak saat mengetahui Sakura adalah Nyonya Uchiha. Kemudian menundukkan kepalanya malu.
"Saku-"
"Kau berhutang penjelasan padaku!"
"Aish. Wakatta, wakatta. Ayo, kita ke sebuah kedai kopi dulu sembari mengobrol."
—
"Hmm? Jadi?"
Sasori menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sembari menelan ludahnya.
"Errr, Saki apa kabar? Kau tidak rindu aku, eh?"
"Aku baik, rindu? Hmm. Tentu aku rindu kau, Nii-chan!"
"Haha, sini peluk aku dulu."
"Moh, kau bau!"
"Tidak Saki! Aku tidak bau!"
"Iya!"
"Yasudah kalau begitu aku yang peluk!"
"Hei!" Kekeh Sakura sembari membalas pelukan Sasori.
Mereka bercanda tawa tanpa menyadari sepasang mata onyx menatap mereka dengan tatapan benci dari dalam mobil.
"Ne, kau lihat Sasuke-kun? Istrimu ternyata diam-diam menyelingkuhimu di belakangmu. Bagaimana perasaanmu?"
Rahang Sasuke mengeras mendengar ucapan dari Hinata. Hinata menyeringai.
Sasuke memutar balik mobilnya dan menjauhi tempat tersebut.—
"Tadaima."
"Darimana saja kau, jalang?"
Sakura tersentak mendengar desisan dari belakang. Sontak saja Ia menyembunyikan Sarada di balik tubuhnya.
"Ku tanya, KAU DARIMANA JALANG?!"
Sakura menutup matanya mendengar bentakan dan hinaan Sasuke. Sarada yang mengerti situasi berlari menuju kamarnya.
"A..aku dari-"
"Dari bersenang-senang dengan selingkuhanmu, kan?"
"Aku tidak-"
"BOHONG! AKU MELIHATNYA SENDIRI JALANG!"
Sakura tidak dapat menahan airmatanya. "Sasuke-kun, kau mabuk! Ayo, aku ambilkan air han-"
Sasuke menarik pergelangan tangan Sakura dan menyeretnya menuju kamar. Sasuke melempar tubuh Sakura ke atas ranjang.
"Tubuhmu ini sudah di jamah berapa pria, hah? Aku melihat kau memiliki uang yang banyak. Kau pasti habis di bayar mereka kan?"
PLAAKK
Sakura menampar Sasuke. Sasuke tertawa kemudian menampar balik Sakura. Lalu menjambak Sakura.
"Jalang ini sudah berani melawanku rupanya. Kau harus di hukum, jalang!"
—
Sasuke memegang kepalanya yang terasa sangat pening lalu menoleh ke arah ranjangnya dan melihat Sakura tertidur disana. Ia merasa geram dengan teganya Ia menendang Sakura hingga Sakura terjatuh dari ranjang.
"Pergi kau dari kamarku! Dasar jalang menjijikkan!"
Sakura gemetar dengan cepat Ia mengambil pakaiannya yang beberapa sobek. Lalu menoleh ke arah jam. Jam 12 malam, itu artinya Sarada belum makan.
Ia keluar kamar dengan cepat lalu masuk ke dalam kamarnya, mengganti pakaian dan memasuki kamar Sarada.
Sakura tersenyum miris melihat satu cup ramen instant di atas meja Sarada, dengan sumpit yang masih ada di dalam cup tersebut. Ia mendekati cup ramen itu dan melihat secarik kertas di bawah cup tersebut.
Mama, Sarada menyisakan ramen untuk Mama. Mama lapar kan? Mama harus makan ini, Sarada mau ramen ini habis. Jadi, jangan buang dulu cupnya, biar Sarada lihat dulu isinya apakah habis atau tidak.
-Sarada.
Sakura terisak membaca catatan yang di buat oleh putrinya itu. Ia memakan ramen tersebut dengan sedikit isakan.
Setelah habis, Sakura menaruh kembali cup itu di atas meja Sarada lalu berjalan menuju ranjang Sarada."Apapun yang terjadi, Mama akan melindungi Sarada sampai Mama menghembuskan nafas terakhir Mama."
Sakura memberi ciuman di pipi Sarada, membenarkan letak selimut Sarada lalu keluar dari kamar Sarada.
Tanpa Sakura sadari putri kecilnya menitikkan airmata setelah mendengar ucapan Mamanya.
—
Tolong vote dan commentnya ya! Arigatou❤️
Notes :
*dou : gimana?
*oishii : enak.
*doushite : kenapa?
![](https://img.wattpad.com/cover/189572766-288-k411561.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura, Do I Still Have Another Chance?✔️
RomanceBagaimana perasaanmu saat lelaki yang dulunya sangat mencintaimu mendadak berubah karena datangnya seseorang? Ikatan menikah belum tentu benar-benar mengikat seseorang dengan seseorang lainnya. Karena seseorang bisa saja menghancurkan ikatan itu kar...