Chapter 2 - Rough

8.2K 574 11
                                    

Sasuke memijit kepalanya yang terasa sangat pening. Ia menatap sekelilingnya dan sedikit mengernyit. Ia berjalan menuju kamar mandi dan menautkan alisnya melihat bath up kamar mandinya berisi air dan beberapa busa dari sabun.

Tanpa menunggu lama, Sasuke melepaskan pakaiannya dan mencoba memasuki bath up tersebut. Airnya tidak hangat lagi, mungkin karena sudah terlalu lama tetapi Ia tidak memusingkan hal itu.

Setelah selesai berendam, Sasuke mendapati setelan kerjanya yang sudah tersusun rapi di atas tempat tidur. Sasuke menggeram kesal. Ia membuka lemari kasar dan mengambil setelan kerja yang baru.

"SAKURA!"

Sakura terkejut mendengar teriakan Sasuke. Dengan cepat Sakura mengelap tangannya yang berisi adonan lalu berjalan menuju lantai atas. Disana, Ia melihat Sasuke berdiri di depan pintu kamarnya dengan setelan kerja yang bukan Sakura siapkan.

"Ne, Sasuke-kun ada ap-"

PLAKK

"Sudah berapa kali ku katakan untuk tidak masuk ke ruanganku! Hah!!"

"M..maaf, Sa..suke-kun. Tadi, kau mabuk jadi aku..aku..."

Sasuke mencengkram pipi Sakura sembari mendesis di hadapannya. "Ini terakhir kalinya kau memasuki kamarku. Jika kau masuk lagi, aku pastikan kau mendapatkan hukumanmu!"

Sasuke meninggalkan Sakura begitu saja. Sakura menggigit bibirnya sembari menyamarkan isakan yang ingin sekali Ia keluarkan.


Sakura tersenyum puas melihat hasil kue kering yang Ia buat. Sakura perlahan-lahan memasukkan kue itu ke dalam dua buah toples. Ia akan mencoba menjualnya di kedai makan depan sekolah Sarada. Semoga saja kue ini bisa laku dengan cepat. Karena sekarang sudah jam makan siang, Sakura memasukkan kue yang akan di jualnya ke dalam tas kain. Ia membawa tas kain yang berisi kue lalu tas kain lainnya, tas yang berisi bento untuk Sasuke.

Sakura menaiki bus ke arah kantor Sasuke. Setelah sampai, Sakura memasuki kantor suaminya.

Melihat istri direktur datang tak segan-segan para karyawan menunduk saat Sakura lewat. Sakura hanya menggelengkan kepalanya sopan dan berkata tidak perlu sampai menunduk. Ia tersenyum pada semua karyawan yang di balas ramah pula oleh para karyawan.

"Selamat siang, Nyonya Uchiha. Wah anda terlihat semakin cantik."

"Astaga, terimakasih atas pujianmu Karin-san, kau juga sangat cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga, terimakasih atas pujianmu Karin-san, kau juga sangat cantik. Apa Sasuke-kun ada di dalam?"

"Haha, Nyonya Uchiha tidak perlu memuji saya begitu. Iya Nyonya, Tuan Uchiha dengan Nona Hyuuga sedang membahas tentang bisnis di dalam."

"Apa aku menganggu jika masuk?"

"Tentu tidak Nyonya, anda kan istrinya."

"Ah, baiklah Karin-san. Arigatou."

"Douitashimashite, Nyonya Uchiha."

Sakura tersenyum sembari melihat tas kain yang berisi bento lalu membuka pintu ruangan Sasuke.

Shock. Itu adalah kata pertama yang Sakura bisa deskripsikan dari pemandangan yang Ia lihat sekarang.

Sasuke, suaminya tengah mencumbu seorang wanita berambut violet di atas meja kerjanya. Sasuke tersentak melihat Sakura di depan pintu. Tetapi dengan cepat Ia menyembunyikannya.

"Hn. Kenapa kemari?" Tanya Sasuke mendekati Sakura sembari memperbaiki pakaiannya yang berantakan. Sedangkan wanita Hyuuga itu masih diatas meja dengan posisi membelakangi pintu.

"Maaf menganggu. Aku ingin membawakan bento ini, agar-"

Prakk

Sasuke tak segan-segan membuang bento Sakura di hadapannya. Sasuke menyeringai.

"Bentomu jatuh. Kau makan saja sendiri!"

Sakura mengulum senyumnya, kemudian berjongkok dan memasukkan nasi beserta lauk yang berantakan di lantai ke dalam kotak bento.

"Maaf mengotori ruanganmu, Sasuke-kun."

"Cih."

"Aku akan membuang bentonya di luar saja. Permisi."

Sakura tersenyum pedih di depan gedung perusahaan suaminya. Bento yang Ia buat dengan sebaik mungkin di buang di hadapannya sendiri. Padahal Sakura sendiri belum makan seharian ini. Jika Sasuke tidak mau makan harusnya katakan, Sakura bisa memakannya. Menghela nafas, Sakura membuang isi dari bento tersebut kemudian memasukkan kotak bento ke dalam tas kain tadi.

Ia melihat jam dan berjalan ke halte untuk menunggu bus.

Sakura berhenti tepat di  kedai makanan di depan sekolah Sarada.

"Permisi,"

"Iya, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?" Tanya seorang gadis cantik bercepol dua.

"Ah, iya. Aku ingin bertanya, apakah aku bisa menjual kue keringku disini? Ah, kau bisa mencobanya terlebih dahulu untuk rasa dan-"

Gadis bercepol dua itu tersenyum paham kemudian mengajak Sakura untuk masuk ke dalam kedai.

"Apa aku boleh makan satu?"

"Tentu saja!" Jawab Sakura antusias.

Tenten, gadis cantik bercepol dua itu membuka toples kue Sakura dan mencoba memakannya. Raut wajah Tenten berubah menjadi cerah setelah memakan kue buatan Sakura.

"Oh. Astaga, Nyonya! Ini enak sekali! Aku sangat ingin menjual kue ini disini. Berapa harga satu potongnya?"

"Kau bisa menjualnya 20¥ saja."

"Astaga! Terlalu murah, Nyonya!"

"Aku tidak mau menjual mahal, nanti tidak ada yang membelinya haha,"

"Tidak tidak. Hum, bagaimana kalau kita jual 100¥?"

"Itu mahal. 50¥ saja kalau begitu."

"Tapi kan-"

"Daijoubu desuyo."

Tenten menghela nafas kemudian mengangguk tanda setuju. "Ah ngomong-ngomong, Nyonya. Aku belum tahu namamu. Siapa namamu?"

"Ah benar, maaf. Namaku Uchiha Sakura."

"Baiklah, Nyonya Uchiha-"

"Sakura saja."

"Baik, Nyonya Sakura. Aku akan jual kuenya disini ya. Besok bawa lagi!"

"Hai, wakatta." Ucap Sakura dengan senyumnya. "Baik, aku rasa aku harus pamit karena anak-anak sekolah sudah mulai bubar. Aku takut anakku menunggu lama."

"Baik, Nyonya!"

—**—

To be continued
つづく~

Note :
20¥ itu setara dengan harga IDR 2,000
100¥ setara dengan IDR 13,000
50¥ setara dengan IDR 6,000

Sakura, Do I Still Have Another Chance?✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang