76

71 2 4
                                    

"leo, kamu ikut om soobin ya?" gua megang bahu dia sambil jongkok, nyium wangi tubuhnya yang gaakan cuma cium lagi

"gamau bunda"

huh? bunda? sejak kapan dia berubah kayak gitu...

setiap ada yang bilang bunda pasti aja hati gua kayak langsung tertekan gitu, menurut gua 'bunda' itu sebutan paling lembut buat manggil

"ya? leo harus nurut ya?" gua megangin pipi halus nya, beralih ngusap rambut hitamnya

"nanti..b-bunda bakal terus nengok leo sama woojae di rumah om soobin ya? kan ada tante yoona yang jagain kalian berdua juga, malah lebih baik dari bunda"

"tapi bunda baik.." tangan kecil nya melebar tanda mau meluk, gua meluk dia erat banget

"maafin bunda sama ayah ya? hm? leo maafin kan?" kepala gua tenggelam di bahu kecil leo

dia cuma anak kecil yang luar biasa menurut gua, dia udah bertahan sampe sekarang. semoga dia ga terlalu hanyut sama latar belakang dia, gua sayang dia.

"leo cuma mau sama bunda, bunda yoona bukan bundanya leo. Bundanya Leo bunda ura" Gua jadi beralih ngangkat tubuh mungilnya diatas pangkuan gua.

Dan sekarang gua gatau mau bilang apa lagi, kata kata penenang buat leo seakan abis di otak gua.

"Bunda, ayahnya leo kemana?"

Gua neguk saliva gua kasar "y-ya? Emm..mungkin nanti? Kalau udah waktunya. Ya?" Gua ngelus surai legam Leo.

"Janji?"

Leo ngangkat jari kelingking mungilnya "Janji" gua menautkan jari kelingking gua.

Gua ngelap air mata yang terisisa di ujung mata. "Leo, Bunda keluar dulu sebentar ya? Leo jagain woojae, ya ? Bunda gaakan lama. Tungguin 10 menit, Leo bisa kan?"

"Siap Bunda!"

Gua nyambar mantel tebal gua yang dari tadi ada di sofa, pake syal sampai menutupi mulutn. Gua keluar dari apartmen itu segera, lari ke lift dan segera ke lobby.

Angin dingin mendominasi tubuh gua saat gua keluar dari gedung apartmen. Hari ini emang ga bersalju, tapi anginnya serasa nusuk sampai ke tulang dan tangannya yang tidak dibalut dengan sarung tangan sebentar lagi mungkin akan membeku.

Gua menghela napas panjang, jalan di trotoar sambil berusaha menikmati suhu dingin. Helaian rambutnya berterbangan tertiup oleh angin dingin.

"Leo dimana?"

Gua yang asalnya natap sepatu gua sambil jalan mendongkak kearah depan. Pria tinggi dengan turtleneck putih dengan mantel panjang hitam dan syal merah marunnya.

Gua mundur selangkah.

"Aku tanya, Leo dimana?"

"Gaperlu tau, bukan urusanmu" Hwang Hyunjin, ia jalan mendekat. Mereka terpaut jarak 1 meter.

"Gaperlu tau? Kamu mau ngasih hak asuh ke Anh Soobin? Ibu bajingan yang hanya akan melakukan itu"

Gua mengepalkan tangan gua kuat kuat didalam saku mantel, "Hnng..? Aku bajingan tapi bukan seperti kau, meninggalakan lalu..menyalahkan 1 sisi  seolah disini aku yang salah, bukan begitu?"

"Berikan hak asuhnya padaku" Hyena menggeleng lalu menatap jalanan di sebelahnya.

"Orang seperti kau tidak bisa dipercaya" hardik gua.

"Hm..aku akan menceraikan kau, lalu menikahi seseorang, membawa hak asuh Leo dan Woojae. Lalu? Disitu kau yang akan terlihat menjadi orang yang bersalah" Hyunjin narik syal gua, memotong jarak diantara kita.

"Sialan"

"Oh? Aku menang? Kita tunggu surat perceraian keluar berarti"

"Tidak bisa" bela gua kembali.

Hyunjin memiringkan wajahnya "Tidak bisakah kita kembali seperti awal?" Tanya gua.

"Boleh, lalu kau akan merasakan siapa aku. Dengan kuku dan jari jari ini, merobek kulit halus milikmu" Hyunjin memainkan jarinya diatas muka gua, dengan gerakan pelan.

"Anak anakku akan malu memilik ibu sepertimu, jadi....jangan harap"

Plak!

Pipi gua memanas, tambah panas karena diterpa angin. Pukulan terkeras selama ini, ujung bibir gua terlihat tergores dan berdarah.

"Pria mana yang berani menampar seorang perempuan?"

"Ada, aku" Hyunjin menarik pelan tangan beku gua, ditempatkan diatas dadanya "Bisa merasakan? Jiwa ini telah rusak dan mati...dan kau masih akan berharap?"

Gua memejamkan mata gua lalu memeluk perutnya "Bisa rasakan? Jantung ini? Bukan milikku, bukankah kau nyaman? Karena jantung ini terpaut darah yang sama dengamu" Air mata gua lolos begitu aja. Nggak bakal nyangka bakal bilang ini sekarang.

Setelah ini akan end

🎉 Kamu telah selesai membaca 𝙩𝙝𝙞𝙧𝙙 𝙚𝙮𝙚𝙨; Hwang Hyunjin-revisi 🎉
𝙩𝙝𝙞𝙧𝙙 𝙚𝙮𝙚𝙨; Hwang Hyunjin-revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang