Tepat di bawah naungan langit berwarna oranye itu, Kim Sejeong terduduk pada rerumputan hijau pinggiran Sungai Han. Gadis yang jarang sekali keluar rumah sejak pindah tempat tinggal tersebut menatap kosong pemandangan seberang sungai hadapannya.
"Apakah ini wajar jika membentak seseorang yang tidak sengaja melakukan kesalahan bahkan ketika orang itu tidak mengetahui penyebab kecelakaan yang tidak serius seperti itu?"
Sejeong menengok ke arah kirinya. Di mana terdapat sesosok laki-laki berpundak lebar yang belum pernah dia lihat di mana-mana.
Wahai lelaki berparas tampan bak pangeran berkuda putih, siapa gerangan engkau berani duduk di samping Sejeong tanpa izin sampai mengungkapkan masalah yang dihadapi Sejeong ke alam dunia dengan nada bicaramu yang sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah?
"Kenapa manusia dan arwah harus hidup berdampingan, sih?!" Sejeong berteriak dan dia pun tidak mengerti kenapa dia sudah meraih kerah pakaian lelaki di sebelahnya, "Ini tidak adil karena makhluk sepertimu bisa membaca isi hati dan pikiran manusia!"
Yang dibentak merasa kaget oleh sentakan yang diterima. Pria yang memakai setelan putih itu berkedip polos di depan Sejeong.
"A-anu..." Ketika laki-laki itu mencoba berbicara, Sejeong yang sudah lama berkaca-kaca menumpahkan air matanya,
"Ini terlalu dekat! Dan kumohon jangan menangis!" seru si tampan yang wajahnya bersemu merah melanjutkan perkataan, membuat Sejeong melepas cengkraman dan beralih dengan memukuli area sekitar dada kanannya.
"Dasar lelaki brengsek!"
Dia, si pemuda tinggi, berdiri dari posisi duduknya. Menghindari pukulan bertubi-tubi dari si gadis gila.
"Anu, aku tidak bermaksud membuatmu meledak-ledak. Karena kurasa kita tak saling mengenal dan tidak akan pernah bertemu lagi, lebih baik kau ceritakan saja masalahmu padaku, agar uhm... kau merasa baikan?"
Menatap ragu pada yang mengajak berbincang, Sejeong menundukkan kepala. Mencoba membuat tangisannya reda.
"Kenapa aku harus mengatakan masalahku ketika kau tahu semua tentang apa yang terjadi padaku?"
"Uhm.. Aku hanya... i-ingin membantumu untuk ceria kembali?"
Penjelasan penuh keraguan itu, membuat Sejeong mendongak. Mengakibatkan pemuda itu mundur perlahan dan membuat senyuman yang diikuti pergerakan tangan melukis diudara menjiplak bentuk mulut yang tercipta.
"Make you smile?" lanjutnya dengan alis yang menukik karena mencoba berbahasa Inggris padahal tidak jago. Jadi, dia tidak tahu apakah kalimatnya benar atau salah diucapkan.
Sejeong menghela nafas dan kembali menunduk, "Aku merusak termos milik ibuku dengan cara menyimpan air dingin di dalamnya. Makanya aku dimarahi."
Mendengar Sejeong mulai yang bercerita, dia yang berdiri langsung duduk lagi di samping perempuan yang sedang sedih itu. Mencoba memikirkan kalimat penyemangat apa yang pantas diucapkan.
"Jadi, kau tidak tahu bahwa tindakanmu itu adalah hal yang salah, bukan? Tidak apa-apa. Kau hanya perlu meminta maaf pada ibumu." Penuturan ini membuat Sejeong menggigit bibir bawahnya kuat. Takut pada sosok sang ibu yang tidak mau menerima permintaan maaf.
"Kau tahu? Masalah yang kau hadapi atas kecerobohan itu, tidak separah yang pernah aku perbuat. Aku membuat adikku berbaring di rumah sakit setelah memberinya sayur bayam yang dihangatkan."
Kini, Sejeong lebih terkejut. Sosok hantu di hadapannya, benar-benar membuktikan bahwa dirinya, Kim Sejeong, bukanlah orang paling bodoh di dunia yang tidak tahu pada hal sepele. Dan meski terdengar jahat, Sejeong rasa dia berhasil sedikit terhibur?
"Bagaimana aku harus memanggilmu?" tanya si gadis Kim tiba-tiba. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan topik pembicaraan.
Namun arwah itu tetap memutuskan untuk merespon, "Seperti nama sungai ini, kau bisa memanggilkuㅡ"
"Tuan Han, terima kasih. Kau betul-betul membantuku untuk meredakan kesedihanku." potong Sejeong cepat.
Sosok hantu tampan itu tersenyum, "Karena sekarang kau sudah tahu akan kesalahan yang telah kau perbuat, jangan mencoba untuk mengulanginya lagi. Juga, karena kamu adalah perempuan, ada baiknya kau pelajari tentang hal-hal kecil seperti tadi. Jangan lagi menyimpan air dingin di dalam termos, juga jangan menghangatkan bayam atau jamur seperti aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Han River [Seungwoo x Sejeong]
FanfictionSungai yang selalu menangis bersamaku, mengingatkanku akan sosokmu yang selalu tiba-tiba mucul di sampingku. Walau begitu, aku menyukainya. Kau, Han Seungwoo. Sang hantu yang selalu datang padaku dan menenangkanku, aku mencintaimu.