"Han Seungwoo-ssi, bagaimana kalau malam ini kita tidur bersama?"
Kim Sejeong, gadis yang sedang duduk di tempat tidurnya dengan sebagian kaki yang sengaja ditekuk dan tertutup selimut menelepon kekasihnya, Han Seungwoo. Ponsel dia tempelkan di telinga kiri.
Mata Sejeong berkaca-kaca. Pandangannya kosong menatap ke tembok dingin rumahnya.
Di sisi lain, Seungwoo mengambil nafas hingga dadanya terasa sakit. Lagi, Sejeong memintanya untuk tidur bersama. Sungguh, Seungwoo bosan mendengarnya.
Benar-benar deh. Seungwoo tidak percaya bahwa sekarang dia menjalin hubungan dengan gadis semurahan Sejeong. Gadis menyedihkan yang belum sampai seminggu ditemui dan masih asing dengannya.
Namun, yang menyebalkan dari semua ini adalah Seungwoo tak bisa mengatakan Sejeong adalah gadis yang gila. Karena yang lebih gila adalah dirinya yang menyatakan cinta tanpa dasar.
"Sejeong-ah, sampai kapan? Sampai kapan kau akan memintaku untuk tidur bersamamu?" tanya Seungwoo.
"Sampai kau mau melakukannya denganku." jawab Sejeong.
"Huft... Kim Sejeong-"
"Ah, yang benar saja! Tidak bisakah kau merasa peka?! Aku hanya ingin tidur dengan nyenyak seperti biasanya! Han Seungwoo-ssi, apa kau dengar suara suara di rumahku? Orang tuaku bertengkar! Bagaimana aku bisa tidur sekarang?! Hosh.. Hosh..." Sejeong menjeda kalimatnya. Perasaan yang dialami membuatnya lelah, "A-aku... Aku hanya ingin seseorang memelukku sampai terlelap. Aku ingin tidur dengan nyenyak."
Emosi Sejeong melonjak. Dan ya, Seungwoo dengar itu. Percakapan antara ayah-ibu Sejeong yang bertengkar dan sudah melaju kepada titik akhir. Ayah Sejeong yang ingin cerai dilaksanakan secepatnya karena menganggap sosok ibu di keluarga tidak becus mengurus keluarga.
Soal kehamilan kakak Sejeong. Yang telah tidur dengan bekas kekasih Sejeong. Mengakibatkan sosok tulang punggung keluarga merasa sangat malu. Memiliki anak seperti kakak Sejeong.
"Bukankah yang kau inginkan adalah tidur agar tidak mendengar pertengkaran kedua orang tuamu? Kim Sejeong, aku telah mengatakan padamu kalau bagi sebagian orang, kehamilan di luar nikah adalah aib. Aku ini laki-laki Sejeong-ah. Maka jujur, ketika kau memintaku untuk tidur bersamamu, aku tidak bisa mengendalikan hormonku dengan baik. Namun, aku masih peduli padamu. Aku sama sekali tidak ingin merusakmu. Cukup dengan ayahmu kecewa pada kakakmu. Jangan buat beliau membencimu juga."
Mendengar apa kata Seungwoo, Sejeong menarik cairan yang keluar dari hidungnya hingga di rongga terasa perih. Tapi pandangannya tetap kosong. Tak merasa terhibur sama sekali oleh ucapan Seungwoo. Karena tak ada yang dapat diubah. Kedua orang tuanya tidak akan bisa tetap bersatu.
"Kau memang brengsek, Han Seungwoo. Sekarang aku tidak lagi bisa memintamu atau siapapun untuk tidur bersamaku." ujar Sejeong, "Kali ini, bagaimana caraku agar bisa terlelap?"
"Bagaimana jika aku menyanyi lagu pengantar tidur untukmu? Mulai sekarang, jika kau ingin tidur, dibanding mengajakku tidur bersamamu, lebih baik meminta aku menyanyi untukmu, Kim Sejeong. Karena jika kau memintaku untuk tidur denganmu, kau malah akan tidak bisa tidur untuk selamanya."
Entahlah. Sejeong juga tidak tahu harus menganggap yang terakhir itu candaan atau ancaman. Saat ini bukan hal yang tepat untuk menerima sinyal pada hal-hal yang tidak begitu penting.
"Aku mengerti. Kalau begitu, bernyanyilah hingga aku tak sadarkan diri."
Lantas Seungwoo menyanyikan Nina bobo dengan suara merdunya. Kemudian Sejeong terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Han River [Seungwoo x Sejeong]
FanfictionSungai yang selalu menangis bersamaku, mengingatkanku akan sosokmu yang selalu tiba-tiba mucul di sampingku. Walau begitu, aku menyukainya. Kau, Han Seungwoo. Sang hantu yang selalu datang padaku dan menenangkanku, aku mencintaimu.