Keringat mengucur dari pelipis Seungwoo. Susah payah saliva bergerak di tenggorokan dengan jakun menonjol.
"Kalau begitu, Seungwoo-ya, apa alasanmu menyukai anakku?"
"Aku... "
Di saat seperti ini Seungwoo menggantung kalimatnya. Berpikir meski pada kenyataannya itu tak terlalu penting dilakukan bagi orang-orang yang tidak mau menjalin hubungan serius. Tapi tetap saja. Tidak boleh keluar kata-kata tak sopan pada ibundanya Sejeong.
Huft... Lagipula, situasi tidak akan sesulit ini kalau saja wanita tua itu memergoki Seungwoo sedang melakukan hal yang tidak pantas bersama anaknya. Sehingga kini Sejeong harus menutup lehernya dengan syal.
Ya, siapa juga yang menyangka kalau wanita yang melahirkan Sejeong akan kebetulan lewat di tempat Seungwoo menyentuh Sejeong dengan bibirnya?
Perlahan, Seungwoo melirik Sejeong dan wanita yang melahirkan kekasihnya tersebut takut-takut bergantian. Kemudian, rasa percaya diri muncul setelah tak sengaja bertatap mata dengan pengantin pria pemilik pesta yang beberapa saat lalu sudah selesai mengucapkan ikrar.
"Aku jatuh cinta pada Sejeong dalam tiga pertemuan tak terencana. Itu saja." jelas Seungwoo kemudian tersenyum canggung.
Heol, apanya yang jatuh cinta pada tiga pertemuan tak terencana?
Seungwoo hanya menjalankan apa yang ada pada isi pikirannya. Bahwa dia harus memacari Sejeong. Begitu saja.
Karena sesungguhnya, Seungwoo sama sekali tidak tahu alasannya menjalin hubungan dengan Sejeong.
Berkedip beberapa kali. Wanita yang baru saja memiliki menantu untuk pertama kali merasa tidak yakin dengan apa yang didengarnya.
"Maksudmu, kau menyatakan cintamu pada adik iparku karena berpikir kau berjodoh dengannya? Betapa kunonya dirimu." cela Baekhyun kepada Seungwoo.
Jujur, sebenarnya kalau boleh memilih, Baekhyun ingin menikah dengan Sejeong saja. Karena pria ini masih mencintainya. Soal tidur bersama Kim Taeyeon sangat mempelai wanita hanyalah kesalahan ketika mabuk.
Maka, kentara sekali kalau Baekhyun itu sangat membenci Seungwoo.
"Ini cerita cintaku dengan Seungwoo Oppa. Kau tak berhak untuk ikut campur, Byun Baekhyun-ssi." galak Sejeong. Membuat Baekhyun mengulum bibirnya.
Dan oppa? Seungwoo diam-diam kaget saat Sejeong memanggilnya begitu. Baekhyun juga sama terkejutnya. Sejeong jarang sekali memanggil seseorang seperti itu.
Sedangkan orang tua dari Baekhyun sendiri menahan malu atas sikap anak mereka. Pertama, karena membuat rangkaian ikatan janji suci karena keterpaksaan. Kedua, karena mengurusi hidup adik dari menantu mereka.
"Padahal aku ini hanya menyampaikan rasa peduliku padamu, Sejeong-ah. Aku tidak ingin kau berhubungan dengan lelaki brengsek. Kau tahu? Kau kan masih muda Sejeong-ah. Masih banyak hari yang harus kau lalui dengan bahagia."
Berani mengatai kalau Seungwoo brengsek? Ya, Baekhyun tahu soal cerita cupang dari ibu mertuanya.
"Aku sudah sering berpacaran dengan lelaki brengsek, Baekhyun-ssi." Sejeong menyindir Baekhyun dengan kata-katanya, "Juga, aku bahagia dengan Seungwoo oppa-ku. Maka tidak usah pedulikan kehidupan yang aku jalani."
Oppa-ku? Oppa-ku.. Oppa-ku...
Terus terngiang di kepala Baekhyun.
"Kalau begitu, bagaimana pekerjaanmu Seungwoo? " tanya mama Sejeong lagi. Abai pada pertengkaran si bungsu dan menantu.
"Aku paruh waktu di satu toko roti kecil pinggir Sungai Han." sahut Seungwoo cepat. Sambil mengusap pundaknya untuk menghilangkan rasa canggung.
Mama Sejeong lebih tekejut. Kekasih anaknya ini terlalu jujur atau terlalu polos, beliau tak tahu. Setidaknya, di depan calon mertua, tidak bisakah anak muda tersebut sedikit berbohong? Bilang dirinya bekerja sebagai pilot misalkan?
Seseorang itu perlu menyombongkan keistimewaan diri di depan calon mertua agar dapat restu melanjutkan hubungan.
Oke. Mungkin bagi Seungwoo berbohong begitu terlalu beresiko pada pengharapan yang nyata. Juga, Seungwoo itu tidak benar-benar ingin serius dengan Sejeong. Maka, hal ini tidak masalah.
"Kalau orang tuamu? Apa pekerjaan mereka?"
Kali ini Seungwoo melamun lagi. Agak lama.
"Aku tidak tau apa pekerjaan mereka pada kehidupan yang baru. Tak ada yang memberitahuku."
Menganga kembali. Apa itu tadi sebuah candaan? Dalam keadaan serius seperti ini?
Sejeong terkejut dengan ucapan Seungwoo. Di saat seperti ini, gadis itu memeluk sebagian badan sang ibu. Memberi kode agar berhenti menanyai Seungwoo.
Karena mungkin, jika mengobrol lebih jauh, akan lebih menyakiti hati.
Oke. Mungkin itu tidak akan berhasil membuat mama Sejeong berhenti mengoceh kalau saja seseorang tak datang untuk memberi ucapan pada dua pasang keluarga.
"Samchon, Imo-deul, annyeong haseyo. Baekhyun-ssi, Taeyeon-ssi tto anyeong haseyo. Sejeong annyeong. Geurigo... Han Seungwoo..? A-annyeong...?"
Wanita yang datang itu membungkuk sedikit memberi salam pada yang lebih tua. Menyapa orang orang di sekitarnya. Dengan senyuman dan hampir luntur melihat orang terakhir yang masuk ke indera penglihatan.
"Wah~ Kwon Eunbi si kembang desa!" Wanita yang berstatus sebagai ibu dari Baekhyun memeluk tamu itu, "Kami merasa terhormat atas kehadiranmu."
"Ah, bibi ini kenapa sih? Kembang desa apanya? Aku sudah punya dua anak. Ada kandidat-kandidat kuat baru untuk menjadi perempuan tercantik di daerah ini."
Lepas dari pelukan. Eunbi tersenyum getir pada kedua orang tua Baekhyun.
Kembang desa?
Walau jabatan Eunbi dihentikan dari daerah, rasanya, bagi Seungwoo, Eunbi itu akan tetap menjadi bunga tercantik di hatinya.
Walau bunga tersebut diciptakan untuk orang lain, walau pada hati Seungwoo sudah ditanam benih baru, akar-akar dari bunga yang cantik masih tersisa, masih berkesempatan untuk tumbuh meski peluang mendekati nol.
"Oh, benar juga. Di mana si kembar, Eunbi-ya?" tanya Taeyeon.
"Bersama ayah mereka. Mereka akan menyusul ke sini."
Mengangguk beberapa kali. Taeyeon dapat mengerti.
Yang tidak dapat mengerti kondisi ini hanyalah Seungwoo. Bagaimana bisa, Kwon Eunbi tersenyum dengan lebar? Menyombong kalau dia bahagia di depan seseorang yang pernah dicampakkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Han River [Seungwoo x Sejeong]
FanfictionSungai yang selalu menangis bersamaku, mengingatkanku akan sosokmu yang selalu tiba-tiba mucul di sampingku. Walau begitu, aku menyukainya. Kau, Han Seungwoo. Sang hantu yang selalu datang padaku dan menenangkanku, aku mencintaimu.