Batas toleransi alkohol

84 22 0
                                    

Tuang soju dalam botol ke gelas kecil, lantas teguk airnya. Biarkan sengatan-sengatan kecil bermain di hidung dan tenggorokan. Ulangi lagi. Tuang cairan soju sampai gelas penuh. Biarkan lagi cairan itu mengalir di tenggorokan.

Ya, begitulah cara minum soju yang baik dan benar.

Sejeong tak tahu seberapa cepat Seungwoo menghabiskan tiga botol soju yang dijual oleh pedagang food truck keliling dengan tergesa. Seperti orang kesetanan, Seungwoo acuh pada sekitar dan bergerak layaknya orang gila. Padahal Seungwoo sudah mengingatkan Sejeong untuk menghentikannya di setengah botol saja.

Keduanya tidak bisa pergi ke tempat yang lebih mahal karena Sejeong harus menunjukan kartu tanda penduduk. Tidak seperti di sini.

"hyung, kau pernah bilang padaku. Ketika aku kehilangan satu kebahagiaan, Tuhan akan mengganti dengan hal yang lebih berharga seribu kali lipat. Layaknya aku yang kehilangan kekasihku, juga ayahku yang meninggalkan aku dan keluargaku.

"Semua terjadi karena Tuhan menakdirkan dan akan memberi apa yang terbaik untukku. Kau juga, hyung. Han Seungwoo, tak sepantasnya kau melihat masa lalu karena masa lalu takkan bisa berubah.

"Ya, kuakui ibuku sosok yang menyebalkan. Tapi aku menyanginya. Maka, kau bersikap seperti ini, sangat menyinggung aku.

"Hei, Han Seungwoo... Orang tuamu pergi ke alam lain bukan untuk membuatmu terpuruk. Melainkan menjadikanmu sebagai sosok yang kuat untuk hari yang akan datang."

Seungwoo menyeringai. Benar. Dirinya pernah mengatakan untuk tidak memikirkan masa lalu dan hanya berorientasi pada masa depan saja pada gadis di depannya. Dia mengatakan bahwa masa lalu takkan bisa diubah. Tapi esok hari, tergantung kita yang akan menulis cerita yang seperti apa.

Oke, hati Seungwoo menghangat sehangat tenggorokannya yang dilalui oleh minuman keras. Terhibur dengan ucapan Sejeong. Meski pada awalnya kata kata itu berasal darinya. Sedikit menghapus cat di hati dari rasa sakit.

Walau begitu, walau begitu... Itu malah membuat Seungwoo makin kesal juga.

"Kim Sejeong, apakah kau tahu hal yang paling aku benci di dunia ini?"

Seungwoo bertanya seraya menunjuk nunjuk Sejeong dengan telunjuk tangan kanannya. Saat matanya sedikit terpejam dengan pipi merona merah akibat mabuk, "Itu adalah kau Sejeong-ah...  Hal yang paling kubenci di dunia ini adalah kau. Kenapa aku harus bertemu denganmu?"

Tanpa aba-aba, Seungwoo ambruk. Matanya menjadi terpejam sepenuhnya. Tak sadarkan diri. Tidur seperti anak anjing. Terlelap.

Seketika Sejeong menyesal. Menyesal membawa si kekasih minum malam ini. Sejeong tidak mungkin membiarkan Seungwoo tidur di warung kecil yang selalu buka di setiap malam. Maka, dia yang tak tahu alamat rumah Seungwoo memutuskan menggendong kekasihnya di punggung menuju toko roti tempat kerja sampingan.

Mungkin, bos toko roti bisa membantu untuk membuat Seungwoo istirahat secara layak.

Sayang, toko roti tutup. Sejeong hanya bisa menghubungi bos melalui nomor yang tertera di brosur pintu. Surat penawaran pekerjaan.

Selesai bercakap dengan bos, Seungwoo tiba-tiba mencengkram pergelangan tangan Sejeong.

"Ya~ Kwon Eunbi~! Ke mana lagi kau akan pergi Eunbi-ya?" Seungwoo menatap lurus Sejeong. Tapi bola mata berkerak tak karuan. Mungkin dia mulai berhalusinasi, "Karena aku masih mencintaimu, aku akan memaafkanmu. Makanya, jangan tinggalkan aku sendiri. Jangan tinggalkan aku lagi. Aku memohon kepadamu Eunbi-ya!"

Seketika itu Sejeong tersadar. Detik itu juga Sejeong tahu alasan Seungwoo menerima tawaran untuk mabuk hari ini. Bukan karena ibunya. Tetapi alasannya adalah..

Alasannya, Kwon Eunbi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Han River [Seungwoo x Sejeong] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang