3

568 52 6
                                    

Minimarket saat itu sedang sepi. Taeyong hanya duduk dibalik kasir sambil mengamati kotak rokok ditangannya. Bayangan gadis yang memberikan itu padanya kini memenuhi pikirannya.

Benda itu terasa familiar sekaligus asing di genggamannya. Familiar karena setiap hari dia melihat dan bahkan menjual barang itu, asing karena dia tidak pernah melihat apa isinya. Terakhir kali dia melihat isinya saat SMA, saat dia coba-coba merokok namun berakhir berhenti karna tidak menyukainya.

Baginya benda itu selalu tersegel rapat, persis seperti Seulgi.

Saat dia membuka penutupnya, masih tersisa banyak batang rokok di dalam berjejer rapi. Seulgi hanya mengambil sebatang malam itu.

Taeyong hendak membuang benda itu saat dia menyadari telah melihat sesuatu yang janggal. Ada sepucuk kertas kecil terselip di dalamnya. Taeyong pun cepat-cepat menggeledah kotak rokok itu. Dikeluarkannya semua batang rokok dari tempatnya hingga tak bersisa. Kertas kecil itu ikut keluar bersama rokok-rokok tersebut.

Baru saja dia akan membuka lipatan kertas itu, seseorang masuk ke dalam minimarket.

"Chaeyoung?"

Perhatian Chaeyoung langsung tertuju pada rokok-rokok di hadapan Taeyong. "Oppa--"

Taeyong lalu buru-buru memasukkan kembali rokok-rokok itu kedalam kotak dan kotak itu diletakkannya di laci kasir. "Tumben Chaeyoung-ah, kamu datang kesini. Ada apa?"

"Aku kebetulan lewat sini, jadi mau sekalian ngajak Oppa makan malem bareng," Jawab Chaeyoung. Cewek itu memakai kaus lengan pendek berwarna putih dan trackpants Adidas hitam. Sepertinya dia baru pulang latihan tari. Rambutnya yang panjang diikat tinggi, menunjukkan lehernya yang mulus dan langsing. Ransel kecil dengan gantungan kunci teddy bear imut menggantung malas dipunggungnya.

"Ah oppa enggak bisa ninggalin minimarket, Chaeyoung ah," jawab Taeyong.

"Kita makan disini aja Oppa. Aku kebetulan lagi pengen ramyun cup," jawab Chaeyoung dengan senyum merekah. Dia pun langsung pergi mengambil dua cup ramyun dari rak dan menyiapkan ramyun untuk mereka berdua.

Mereka duduk berdampingan di meja yang menghadap ke jalanan. Merasa canggung dengan suasana yang hening, sambil mengaduk-aduk ramyun, Taeyong mulai bertanya: "Udah gimana persiapan untuk ujian prakteknya?"

"Hmm.. Udah 80% lah kira-kira. Oppa nanti datang nonton ya," pinta Chaeyoung.

Taeyong mengangguk. "Iya. Wah kayaknya ujian kali ini bakal meriah ya panggungnya,"

"Tetep aja kurang meriah tanpa anak musik," jawab Chaeyoung cemberut, menggigit ujung sumpitnya. "Entah kenapa tahun ini ujian kita enggak digabung ya, Oppa,"

"Iya ya, Oppa juga bingung," timpal Taeyong, berbanding terbalik dengan wajahnya yang malah lebih fokus ke makanan. Chaeyoung menahan senyum melihatnya.

"Anak seni rupa juga kayaknya pameran kali ini bakal besar-besaran loh. Jisoo sampai kesusahan, dia kan ikut jadi panitia," sambung Chaeyoung.

Taeyong hanya mengangguk-angguk sambil terus menyeruput mie di hadapannya.

Chaeyoung melirik ke arah cowok di sampingnya, dengan ragu berkutat dalam batinnya tentang pertanyaan yang akan dilontarkannya. "Oppa ingat Jisoo kan?"

"Hmm.. Sahabat kamu yang pernah datang ke coffee shop itu kan?" Tanya Taeyong mengingat-ingat.

Chaeyoung mengangguk-angguk. "Iya. Dia juga adiknya Joongki daepyo,"

Tangan Taeyong berhenti, begitu juga mulutnya yang tadinya mengunyah. "Joongki daepyo?" Tanyanya, berusaha terlihat acuh tak acuh. "Siapa dia?"

"CEO PA&M Holdings itu loh, Oppa, yang beberapa bulan lalu sempat kena skandal,"

NCT ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang