19

920 46 0
                                    

Keringat mulai keluar terbawa Aisyah yang sangat panik. Aisyah mencoba menelpon abi tapi tak di angkat juga, terus di coba nya berharap akan di angkat. Namun hasil sama saja. Aisyah mencoba telepon fathimah.

Maaf no yang anda tuju sedang tidak aktif, coba lah beberapa saat lagi. Aisyah setengah putus asa. Namun ia tak ingin menyerah terus mencoba nelpon yang lain.  Aisyah mulai menitikkan air matanya, saat yang ditelepon semuanya tak ada yang mengangkat. Terutama mengingat tadi saat mendengar dokter menyebutkan nama fathimah. Namun Aisyah juga kesal, terhadap yang lain. Kenapa si bisa bisa nya lagi kaya gini gak ada yang angkat telpon dari aku.

"Aisyah kamu kenapa nangis?". Tanya Annisa. Menghampiri Aisyah dan duduk di sampingnya. Aisyah menengoknya lalu menekuk Annisa erat.

"Annisa.....".

"Kenapa? Cerita sini sama aku". Kaya Annisa sambil mengusap lembut punggung Aisyah lalu menghapus air matanya. Semua santriwati yang sedang ada di dalam kobong Aisyah sedang sibuk dengan ke sini kan nya masing masing entah itu merapihkan lemari, atau sorogan kitab dan lain lain nya. Semua mengalihkan pandangannya pada Aisyah penasaran. Kali pertama nya mereka melihat Aisyah se cengeng ini. Annisa mengisyaratkan jari telunjuk nya yang ia tempelkan ke bibir untuk diam pada yang lain. Semua hening, tangisan Aisyah sangat terdengar.

"Aku kesal aku telepon ke rumah gak ada yang aktif, sekali nya aktif gak ada yng angkat. Aku khawatir. Apa lagi tadi ada suara dokter sebut sebut nama teh fathimah".

"Udah kamu husnudzon aja dulu. Semoga bukan apa apa. Mungkin cuma lagi lahiran teteh kamu aja kan? Udah 9 bulan?".

"Kalau lagi begini aku gak bisa untuk coba husnudzon nis, aku benar-benar khawatir dan cemas. Aku bingung harus telpon siapa lagi". Seketika Aisyah ingat pada seseorang dan berharap ia akan mengangkat telponnya. Ia mengambil salah satu buku yanh tertata rapih di antara kitab nya yang lain. Dan mulai menghubungi.

"Kamu mau telepon siapa?".

"Najwa".

****

"Assalamu'alaikum,  najwa ini kamu bukan?".

"Eh iya teh ini najwa, ada apa?".

"Najwa aku mau tanya sama kamu, di rumah lagi ada masalah  apa?".

"Maksud teteh?".

"Kenapa keluarga semua gak ada yang bisa untuk di telpon? Terus juga kenapa umi lagi ada di rumah sakit. Siapa yang sakit? ". Pertanyaan Aisyah membuat najwa ragu untuk memberi tahu nya. Dengan pertanyaannya yang tergesa-gesa najwa takut jika Aisyah akan nekat pulng sendirian.

"Mmm... Yang masuk rumah sakit teh fathimah. Beliau sempat merasakan mulas teh. Terus kata dokter harus di sesar teh. Kalo gak, bayi nya gak akan selamat". Jelas najwa. Sontak Aisyah memuji dan bertambah nangiss.  Saking lemas dan tak bertenaga handphone lepas begitu saja dari genggamannya.

"Apa yang terjadi?". Anisa mengambil telponnya  lalu menanyakan yang terjadi. 

".....".

"Astaghfirullahal'adzim..  Yasudah udah dulu ya. Assalamu'alaikum". Anisa menutup teleponnya.

"Kenapa katanya?". Tanya zahra yang ikut penasaran. Annisa memberi tahu semua yang mendengar ikut istighfar dan mendoakan fathimah. Aisyah tak menyangka ini, ia berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi.

"Yang sabar ya Aisyah pasti ada hikmahnya di balik ni semua". Ucap zahra coba membantu menenangkan sambil mengusap halus pundak Aisyah.

****

"Assalamu'alaikum". Ucap aisyah mengetuk pintu rumah umi.

"Wa'alaikum salaam". Sahut umi mengubah posisi kaca mata saat sedang  memuthola'ah kitab. Umi melihat Aisyah menangis  langsung menutup kitab dan menaruh kaca matanya.

Biarkan Cinta Tersenyum Kembali ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang