Notebook

3.8K 173 10
                                    

"288"

"289"

"290.. Shin Ryujin" Setelah menemukan namanya di daftar mahasiswa yang lolos di fakultas bisnis ryujin langung melengos mencari kantin. Berbeda dengan calon mahasiswa lain yang meloncat - loncat kegirangan, iya tidak merasakan apapun. Iya hanya tidak ingin punya status pengangguran, oleh karena itu iya mengiyakan saran orang tuanya mengambil fakultas bisnis tanpa berpikir dua kali.

"itu dia yang mendapat peringkat satu" Salah seorang yang sepertinya juga mahasiswa baru sepertinya saling membicarakan orang yang tengah membayar makanan di cashier.

"ku dengar dia anak seorang dokter yang mempunyai rumah sakit Hankook Medical Centre" Mau tidak mau ryujin ikut memperhatikan lelaki yang menjadi pembicaraan gadis - gadis di sampingnya. Huh tipikal orang - orang berhidup lurus.

Ryujin cepat - cepat memasang earbud pada masing - masing telinganya. Iya tidak ingin melibatkan diri dengan percakapan itu lagi.

.

Ryujin datang 5 menit sebelum dosennya masuk. Iya langsung masuk ke ruangan kelas berbentuk theater itu dan mencari tempat duduk teraman. Iya melihat sekelilingnya. Tidak ada yang dia kenal. Ryujin berani bersumpah ini dosen yang paling membosankan. Nadanya sangat datar, mungkin dia sendiri tidak tertarik dengan apa yang iya jelaskan.

Namun iya heran, dari semua mahasiswa, ada satu yang terlihat sangat bersemangat. Lelaki itu mendengarkan dan sesekali mencatat. Ryujin dengan iseng menarik catatan lelaki itu ketika iya sibuk menulis.

"Yaa apa yang kau lakukan?!" Lelaki itu reflek berteriak hingga membuat semua orang melihat ke arahnya.

"Jweseong hamnida" Lelaki itu menunduk meminta maaf dan ryujin tertawa cekikikan.

"Maaf" Lelaki itu berkata setengah berbisik pada ryujin. Maaf? Dalam hati ryujin bertanya. Jikapun ada yang harus meminta maaf itu seharusnya ryujin, walaupun ryujin tidak akan meminta maaf.

"Untuk?" Karena berteriak padamu, aku tidak bermaksud. Ryujin memiringkan kepalanya sedikit berpikir. Niatnya mengerjai malah berakhir seperti ini.

"Kau mau melihat catatanku? Akan kuberikan seusai kelas" Ryujin menatapnya lelaki itu dengan tatapan seriously-boy? Ryujin malas menjelaskan maksudnya.

"Tidak perlu lupakan saja". Membosankan. Gerutu ryujin dalam hati.

.

"Baik sampai di sini, selamat siang". Belum selesai dosen itu mengucap salam ryujin sudah berdiri. Ryujin harus memperlambat langkahnya karena dosennya sekarang berada dua langkah di depannya. Jajengnan! Menyebalkan, lambat sekali kakek ini berjalan.

Ryujin langsung mempercepat langkahnya ketika iya sudah keluar dari kelas.

"Hey! hey! Baju merah!" Ryujin refleks menoleh. Lelaki itu berlari ke arahnya.

"Ini catatanku, kembalikan sebelum hari selasa ya, aku pulang dulu, aku sudah dijemput" Ryujin belum sempat mengatakan apapun dan masih terdiam mencerna apa yang laki - laki itu lakukan. Namun ia sudah hilang dari hadapan ryujin sebelum ryujin bisa memproses apa yang baru saja terjadi.

.

"Appa, aku ingin tinggal sendiri, boleh ya? Huh? hu?" Ryujin masih menempeli ayahnya. Ryujin suka menghampirinya ayahnya di kantor kalau ingin meminta sesuatu karena jika di rumah ibu ryujin pasti tidak akan memberikannya. Bisa dibilang ryujin lebih dekat dengan ayahnya karena ayahnya lebih sering mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu jika ryujin ingin sesuatu iya akan mendatangi ayahnya di kantor.

Ayah ryujin adalah seorang CEO dari perusahaan farmasi terkenal di Korea Selatan. Tahun kemarin ayahnya sudah membuka cabang di Jepang dan ayahnya semakin sibuk. Ryujin adalah anak tunggal.

.

"Hyung tidak ada operasi hari ini?" Yeonjun bertanya kepada hyungnya setelah memasang sabuk pengaman.

"Tidak, hanya ada satu tadi pagi, aku mau tidur, aku belum tidur sejak shift malam kemarin". Yeonjun hanya mengangguk. Kakak yeonjun bernama Taehyung, iya adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit milik ayahnya.

.

"Uri adeul sudah pulang, bagaimana kuliahmu?" Ibu yeonjun menyambut Yeonjun dan Taehyung hyung dengan hangat.

"Omma, aku tidur ya, aku tidak tidur dari kemarin!" Taehyung langsung melengos ke dapur mengambil segelas air.

"Kau tidak mau makan dulu?"

"Tidak, nanti saja"

"Uri yeonjunie, bagaimana tadi kuliahmu?"

"Hmm biasa saja, aku belum kenal banyak teman"

"Menjadi mahasiswa baru adalah kesempatan mencari pacar, jangan kau hanya belajar saja, nanti kau menyesal" Yeonjun hanya tersenyum masam setelah dinasihati hyungnya.

"Omma, aku juga ke kamar, aku makan nanti saja".

.

"Jika kau merasa dewasa, carilah uang sendiri untuk menyewa apartemen" Kata - kata ayah ryujin terngiang di kepala ryujin. Ryujin menghentak - hentakkan kakinya kesal. Ryujin langsung menyetop sebuah taksi kuning.

"Ahjussi, tolong antar aku ke sini" Ryujin menunjukkan alamat rumahnya.
.
Ryujin melempar tasnya di kasur. Dan langsung merebahkan dirinya. Iya teringat akan catatan yang laki - laki itu berikan tadi sore. Astaga. Bagaimana aku mengembalikannya.

"Wah, tulisannya rapi sekali sekali" Ryujin melihat - lihat lembaran catatan yeonjun sambil berbaring. Beberapa menit kemudian ryujin sudah terlelap dengan buku di wajahnya.

Switched Role [ Yeonjun X Ryujin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang