Your Home

1.6K 115 3
                                    

Ryujin mengetuk - ngetuk pulpennya bosan. Yang benar saja bagaimana mahasiswa lain bisa melewati jam ini tanpa sekalipun ingin berteriak bosan. Ryujin mengetuk - ngetuk pulpennya lebih keras hingga mahasiswa berkaca mata di depannya menoleh.

"Apa?" Ryujin berkata dingin sambil mengangkat dagunya. Mahasiswa itu hanya berbalik tanpa mengatakan apa - apa.

Ryujin mulai memikirkan apa yang ingin iya lakukan sepulang kampus. Iya ingin makan ramyeon di dekat sungai han. Iya, lagi - lagi sungai han. Ryujin terlalu menyukainya.

"Ah tidak, tidak, aku malas sendiri" Ryujin menggeleng - gelengkan kepalanya karena dialog di dalam kepalanya.

Tiba - tiba satu ide terpikirkan di kepala ryujin. Lelaki lurus itu. Iya langsung dengan semangat mengambil ponselnya.

Ryujin
Jam 6 di 7-eleven dekat sungai han

Send. Ryujin sudah menekan tombol send.

1 menit
2 menit
5 menit

Ryujin melihat kembali pesan yang ia kirim. Apa - apaan ini. Sudah terkirim kenapa ia tak membacanya. Ryujin permisi ke toilet. Iya mencari tempat duduk terdekat di belakang gedung dan mengeluarkan ponselnya.
.
.
Yeonjun sedang sibuk mencatat ketika ponselnya bergetar di saku celana. Ryujin? Kenapa dia menelpon? Ia permisi izin mengangkat telepon pada dosennya.

"Yeob-"

"Yaaaa!!!!! Yeonjun!!!! Kau baru mengangkat teleponku setelah hitungan ke 15, kau sengaja kan membuatku menunggu???" Suara ryujin terdengar sangat keras hingga yeonjun harus menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"A- aku sedang ada kelas ryujin, ada apa?" Yeonjun berbicara dengan berbisik sambil melihat sekelilingnya agar tidak ada yang terganggu.

"Cepat baca pesanku! Najunge bwa!"

"Pesan apa? Hallo? Hallo? Ryujin?" Ryujin ternyata sudah menutup telepon. Yeonjun memastikan dengan melihat layar ponselnya. Gadis ini. Yeonjun membuka pesan darinya sebelum masuk ke kelas.
.
Ryujin sudah di minimarket tempat iya membuat janji dengan Yeonjun. Ryujin datang lebih awal 20 menit dari seharusnya. Ah malas sekali aku harus menunggu. Ryujin mengambil ponselnya.

"The number you are calling is not active, please try again later"

"Mwo? Dia sengaja mematikan ponselnya? Apa - apaan ini? Baiklah, aku juga tidak berharap dia datang, dia pikir dia satu - satunya temanku? Sebentar, memangnya kita berteman huh" Setelah lelah mengoceh sendiri ryujin bermain game di ponselnya.

"No no, ahh sial" Ryujin menaruh ponselnya dan mengacak rambutnya frustasi ketika tau ia kalah.

"Ahh gabjagiyaaa" Ryujin hampir terjatuh dari kursinua karena terkejut bukan main ketika melihat yeonjun sudah duduk di sampingnya.

"Yaa, kenapa kau tidak bilang sudah sampai"

"Karena kau masih bermain game"

"Kau kan bisa- ah dwaesseo dwaesseo , ayo ambil ramyeon yang ingin kau makan" Mereka masing - mengambil shin ramyeon dan dua botol air mineral. Setelah microwave berbunyi mereka langsung mengambilnya.

"Aku saja yang bawa" Yeonjun mengambil ramyeon dan kantong plastik di tangan ryujin. Ini adalah hal yang paling sederhana tapi tidak tahu kenapa telinga ryujin menjadi merah. Ah meolla meolla.

"Kenapa kau sangat suka datang ke sini?" Yeonjun bertanya sambil meniup - niup ramyeon di hadapannya.

"Tidak tau, semenjak aku tinggal di Korea lagi aku jadi sering ke sini"

"Lagi? Kau pernah tinggal di mana?"

"Di singapore"

"Ahh aku juga tidak lahir di sini"

"Di mana?" Ryujin juga meniup ramyeon perlahan.

"Aku lahir di LA"

"Wow berarti kewarganegaraanmu Amerika?"

"Tidak sudah korea, sebelumnya kewarganegaraanku ganda, tapi aku sudah memilih ketika usiaku 18"

"Seperti apa rasanya tinggal di Amerika?" Ryujin bertanya penasaran.

"Hmm aku sudah tidak terlalu ingat, aku pindah setelah umur 5 tahun, sebentar akan ku perlihatkan fotoku".

"Yaa rambutmu haha" Ryujin terbahak melihat gaya rambut model coconut head yeonjun ketika kecil. Mereka menghabiskan waktu lebih dari 2 jam saling menunjukkan foto - foto masa kecil dan menertawainya.

Ryujin terpingkal - pingkal di rumput mendengarkan cerita - cerita yeonjun. Setelah lelah bercerita yeonjun memulai pembicaraan lagi.

"Kau tidak pulang? Nanti orang tuamu menunggu"

"Iya sebentar lagi, hah aku tidak suka seperti ini"

"Seperti apa?" Yeonjun tidak paham.

"Selalu ditunggu di rumah, awalnya aku ingin tinggal di apartemen sendiri, tapi ayahku tidak mengijinkan"

"Ahh begitu"

"Kau tidak ingin tinggal sendiri?"

"Hmm tidak tau, aku tidak pernah memikirnya, mungkin karena aku sudah terbiasa tinggal bersama keluargaku"

"Aku masih memikirkan cara agar aku bisa tinggal sendiri"

"Sebegitu inginnyakah kau tinggal sendiri?"

"Kalau kau jadi aku kau akan tau rasanya, aku suka berada di luar ketika malam, banyak hal yang bisa ku lakukan, bermain sepeda atau segway di sini, karaoke, ah banyak yang aku ingin lakukan di malam hari, tapi aku selalu harus pulang tepat waktu".

"Ahhh iya juga" Yeonjun mengangguk paham ketika mencoba memposisikan dirinya menjadi ryujin.

"Ayo pulang" Yeonjun sudah bangun lebih dulu dan mengulurkan tangannya agar ryujin bisa bangun. Ryujin melihat yeonjun dari bawah tanpa mengatakan apapun.

"Kenapa?"

"Aku belum ingin pulang, kau pulang saja dulu"

"Memangnya mau apa kau sendiri di sini?"

"Tidak tau, ya duduk saja"

"Pulang"

"Tidak"

"Pulang"

"Oke aku pulang tapi.."

"Tapi apa?"

"Pulang ke rumahmu"

Tbc

.
.
.
.
.
Ayoo ryujin ngapain minta ke rumah yeonjun 🙊🙊🙊

Mohon ampuni hamba kalo ada typo, I am not good at spelling.

Please help vote and comment, it means a lot, seriously, I smiled a lot read all of your commentss

Much love
Bucinnya yeonjun

Switched Role [ Yeonjun X Ryujin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang