Chapter 9

923 104 8
                                    

Warn!
Banyak Typo
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
Happy Reading^^

Soonyoung mengacak-acak rambutnya frustasi. Sungguh otaknya itu tidak mau diajak bekerja sama. Ia sudah berusaha berulang-ulang membaca tiap tulisan dari buku dan koran yang di tinggalkan oleh Doyoon.

Tapi memang otaknya itu tidak ingin bekerja terlalu keras.

"Apa aku tanya Jihoon saja ya?" gumam Soonyoung entah kepada siapa. Sedetik kemudian ia menggeleng keras.

"Tidak-tidak. Mereka bisa menganggapku gila dan kurang kerjaan."

"Kau memang terlihat seperti orang gila."

"Aishh... Aku kaget tau." Soonyoung mendengus sebal dengan perilaku Wonwoo yang selalu seperti itu.

"Jika kau ada di luar rumah, mungkin kau sudah di katai orang gila," ucap Wonwoo yang sekarang mendudukan dirinya disamping Soonyoung.

"Terserahlah! Aku tidak mau berpikir lagi. Otakku lelah! Kau saja yang berpikir." Soonyoung menghempaskan badannya ke belakang sehingga sekarang posisinya terlentang.

"Kau memang benar-benar bodoh." Wonwoo mengalihkan pandangannya ke arah tumpuk kertas yang ada di depannya.

"Ya! Kau bilang apa tadi?"

Wonwoo terlihat serius, ia mengabaikan ucapan Soonyoung tadi.

"Bisa kau katakan kesimpulan dari semua berita ini?" Wonwoo kembali menatap Soonyoung yang saat ini tengah cemberut.

Soonyoung menghembuskan nafasnya pelan sebelum menjelaskan apa yang ia tahu.

"Pada tahun 19XX tepatnya 40 tahun yang lalu terjadi pembunuhan di sekolahku. Korbannya seorang kepala sekolah. Beliau ditemukan tewas di halaman belakang karena kehabisan darah. Kejadian terjadi pada malam hari. Senjata yang digunakan merupakan sekop tanah dan juga gunting rumput. Buktinya senjata itu ditemukan di dekat tempat kejadian. Namun posisi kedua senjata itu berbeda. Gunting rumput itu disembunyikan di gudang belakang yang jarang digunakan. Sedangkan sekop tanah hanya diletakan diantara semak-semak.

"Kondisi korban, terdapat luka pukulan dibagian kepala serta pergelangan tangan sebelah kanan dipotong menggunakan gunting rumput. Dan menurut koran ini-"

Soonyoung mengambil salah satu koran didekatnya.

"-pergelangan tangan yang sudah dipotong itu belum ditemukan."

Soonyoung sedikit mengerutkan kedua alisnya, merasa ngeri dengan apa yang baru saja ia baca.

Soonyoung mengembalikan koran tadi lalu diganti oleh catatan Doyoon.

"Pelakunya seorang tukang kebun sekolah. Mereka menduga alasan tukang kebun itu membunuh kepsek adalah untuk balas dendam. Karena banyak yang mengatakan beliau sering diperlakukan semena-mena oleh kepala sekolah. Ia dijatuhi hukuman mati menggunakan kursi listrik tanpa diberi waktu untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Karena pada saat itu teknologi belum terlalu maju jadi penyelidikan hanya berakhir sampai disitu.

Still | Soonwoo/WonsoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang