"I got the mixtape."
Dalam pikiranku, aku melihat Sophie yang memandangi foto-foto itu; tersenyum atau hal sialan lainnya, menatap foto-fotoku yang setengah telanjang dan menyembunyikan kameranya dengan rapi. Sama sekali tak seperti Sophie yang kukenal. Dan, sekarang kami akan tinggal bersama dalam waktu yang lama, aku menyadari betapa takutnya aku dengan apa yang akan terjadi─padaku, dan bukan padanya.
Jadi aku mengambil mixtape di laci ketiga, yang terbenam dalam foto-foto seorang pemuda. Kupikir itu Leonardo DiCaprio. Dan di sanalah ia sekarang, selesai menyiapkan makan malam, dan seperti orang bodoh, aku hanya menatapnya.
Karena beberapa alasan, ingatan akan foto-foto itu membuatku merasa agak ketakutan. Aku mencoba menikmati steak masakan Sophie, atau kentang gorengnya, tetapi aku sulit menelan ke dalam tenggorokanku, jadi aku terus meneguk bir. Saat itu Sophie menyadari betapa ganjilnya sikapku saat ini, karena aku terus-terusan memandanginya, dengan agak terguncang.
Alunan lagu country Amerika yang menyenangkan terdengar seperti nyanyian kematian.
Ia sekilas menatap mataku saat aku mengerutkan dahi. Aku merasa malu, bukan karena tertangkap basah, tetapi karena dia mungkin sudah melihat tubuhku, hampir sepenuhnya. Terlebih ketika aku merasa gejolak mual di perutku karena merasa telah ditelanjangi oleh seorang wanita asal Texas.
Kemudian terpikir olehku mungkin ia terobsesi pada kulit tanku atau semacamnya, dan itu membuatku merasa lebih buruk dari sebelumnya. Orang Eropa tergila-gila pada kulit tan, dan aku memiliki apa yang mereka inginkan.
"Are you okay? You look mad." Dengan cemas Sophie menghancurkan lamunanku yang melibatkan orang Eropa dan kulit tan.
"Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja sedikit ... tidak enak badan."
"Kenapa kau baru bilang sekarang? Kalau begitu berbaringlah." Sophie dengan lembut menempelkan tangan di keningku, kemudian menatapku, tepat aku juga sedang memandanginya. Tiba-tiba kegelisahan menerpaku─betapa
tololnya aku."Sophie, maaf─aku sedang lelah, apakah ...."
"Aku akan menyimpannya untukmu kalau begitu. Tidak merepotkan, kok."
"Sophie, really, it's okay."
"So, what can I do for you?"
"Terima kasih, tetapi tidak perlu." Aku bangkit dari kursi dan berjalan ke kamarku. "Kupikir aku butuh istirahat."
Bukan pilihan terbaik untuk tetap tinggal bersama Sophie lebih lama, tetapi berpura-pura tolol sepertinya berhasil. Mungkin, dengan cara yang aneh, akan terasa baik-baik saja. Aku akan menunggu saat yang tepat, setengah berharap sesuatu yang tak terduga akan terjadi untuk mencegahku menanyakan soal itu padanya.
Sungjae terdengar cukup terkejut ketika aku mengatakan soal itu padanya. "Oh, ya Tuhan."
"Well, aku tahu. Bisa jadi ia terobsesi pada kulitku. Dan itu mungkin benar." Aku diam. Aku tahu aku terdengar payah. Aku bahkan tidak bisa berpikir jernih. "Apakah ia dengan sengaja memasang informasi di situs Craiglist dengan harapan seseorang akan tinggal bersamanya?"
Sungjae berkata setelah keheningan yang cukup panjang. "Dan kau melakukannya, bro."
"Yeah, I did it," aku melanjutkan dengan berat, teringat ucapan dalam kartun Dora the Explore di televisi.
"Itu hal paling mengerikan yang pernah kudengar." Sungjae dengan sengaja berdecak dan tak mengatakan apapun.
"Jadi aku harus apa, bodoh. Beri aku saran," alu berkata.
Tiba-tiba aku mendengar suara di luar. Asalnya dari pintu masuk. Aku mencoba cukup tenang ketika sebuah suara itu datang, dan bicara dengan berbisik pada Sungjae mengenai berbagai hal tak penting. "Aku akan meneleponmu nanti."
Tak ada suara lagi setelah itu. Aku membuka pintu kamarku sedikit. Ruang tengah dan koridor sudah digelapkan. Sophie berdiri di depan pintu depan. Ia terlihat baik-baik saja, hanya sedikit pucat─namun ada sesuatu yang janggal padanya yang tak kumengerti. Mungkin karena ia sangat tenang.
Biasanya, ia akan langsung masuk ke kamarnya, meski jam baru saja menunjukkan pukul sembilan malam. Namun Sophie hanya berdiri, pucat dan tenang, memainkan kunci pintu itu.
Aku juga terdiam, memikirkan apa yang dikatakan Jimin pada malam yang buruk itu ketika tinggal di Seoul, ketika seorang gadis pernah menggilainya. Tentang marabahaya. Tentang apa yang gadis sinting itu lakukan pada Jimin dan nyaris melukainya. Tetapi terutama, tentang rasa obsesi yang berlebihan.
Ketika Sophie terus membuka-tutup kunci pintu, hal itu tak bisa kupahami. Aku sama sekali tidak bisa menghubungkannya dengan obsesi pada kulit tanku. Selama lima menit hal itu berkembang dalam pikiranku dan aku sama sekali tak bisa memahaminya. Lalu, ketika aku melihat wajah Sophie, aneh, ganjil, dan sangat menyeramkan, hal itu kembali mengusikku─maksudku keanehan dari apa yang ia lakukan─dan aku mendapati bibirnya bergerak-gerak saat suara ceklek itu bergema.
"Kim Taehyung. Kim Taehyung. Kim Taehyung ...."
Aku langsung menutup pintu kamarku rapat-rapat, bersandar padanya, menarik napas, dan membuangnya.
She mumbling my name really freaked me out.[ ]
· · ·
KAMU SEDANG MEMBACA
XANNY│V
FanfictionKim Taehyung merantau ke Amerika Serikat. Ia akan menjadi mahasiswa resmi Universitas New York, dan dengan begitu ia mencari tempat tinggal yang nyaman. Bersama seorang gadis asal Texas, mereka bersepakat berbagi kamar sewa. Hanya pada malam harilah...