🌻🌻🌻
Cinta itu misterius. Entah kapan ia datang dan entah kapan ia akan pergi. Sebab itu kita harus menghargai ketika cinta itu hadir, sebelum ia benar-benar pergi🌻🌻
Happy reading readers😇😊💕💕
Andita dan Dimas pun pergi menuju ke wahana tersebut. Dalam pikiran Andita, ia merasa takut.
"Dim gue takut Dim."
"Sumpah gue gak jadi lah. Gue mau pulang" Rengek Andita kepada Dimas.
"Ini gak serem Dit! Sereman juga rumah hantu."
"Ayolah." Ajak Dimas menggandeng tangan Andita.
"Ya udah iya."
Dimas pergi membeli tiket. Lalu, mereka sedang menunggu giliran mereka naik. Setelah selesai menunggu ini dia yang ditunggu-tunggu.
Akhirnya mereka naik. Awalnya menurut Andita biasa saja. Tapi, lama-kelamaan wahana ini semakin cepat ayunannya. Yakin menurut Andita ini sangat mengerikan.
Terdengar teriakan-teriakan seseorang. Tetapi, Dimas justru sebaliknya. Ia terlihat bisa saja. Bahkan ia terlihat begitu sangat menikmati. Berbeda dengan Andita. Ia hanya diam menahan ketakutannya. Tangan kirinya memegangi pegangan yang ada dan tangan kanannya ia gunakan untuk memegangi tangan Dimas begitu erat. Karena semakin takut, kemudian ia memejamkan matanya.
Dimas melihat Andita sedang menutup matanya. "Kalo mau teriak, teriak aja Dit." Kata Dimas kepada Andita.
Andita menggeleng.
Sesekali ia membuka matanya kemudian menutupnya lagi. "Gue takut Dim! Gak bisa teriak!" Balas Andita dengan suara lemas dan bergetar seperti ingin pingsan.
Dimas melihat Andita tengah menelungkup di bahunya. "Lo nangis ya?"
"
Gak" balasnya singkat.
"Awas nanti ingusnya nempel lagi di baju gue." Ledek Dimas kepada Andita.
"Apaansi siapa juga yang nangis." Jawab Andita sambil mencubit lengan tangan Dimas.
"Sakit Andita." Kata dimas kesakitan sembari mengusap-usap cubitan dari Andita.
Akhirnya wahana mengerikan ini perlahan-lahan berhenti. Mereka berdua pun turun.
"Gimana Dit? Seruan ini kan?" Tanya Dimas kepada Andita sambil menaikan satu alisnya.
"Dim gue mau duduk Dim!! Kepala gue pusing".
"Sini naik ke pundak gue Dit."
"Ngapain?"
"Gue gendong."
Andita pun menaiki punggung Dimas. Karena kakinya benar-benar terasa lemas. Berjalan pun rasanya tak sanggup bagi Andita.
"Kita duduk di situ aja tuh." Kata Dimas sambil menjunjuk sebuah kursi panjang.
"Terserah lo Dim"
Mereka langsung menuju sebuah kursi panjang tersebut. Dimas pun menyuruh Andita duduk dan meluruskan kakinya di atas kursi panjang tersebut, sedangkan Dimas duduk di bawah.
"Segitu bencinya ya lo Dim sama gue. Sampe-sampe gue disuruh naik begituan." Kata Andita pelan sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.
Melihat Andita seperti itu, Dimas merasa bersalah.
"Sumpah!! Gue gak tau Dit kalo lo bakal kaya gini."
"Maafin gue ya." Lanjut Dimas meminta maaf kepada Andita.
"Lo tau gak jantung gue berasa kaya mau copot, naik turun gak jelas." Kata Andita dengan suara pelan.
"Tapi kalo dipikir-pikir lebai juga sih lo, Dit." Jawab Dimas dengan tawa. Karena merasa lucu melihat Andita seperti orang yang hilang harapan.
"Lo gak tau apa yang gue rasain." Balas Andita masih dengan suara pelan.
"Lo tau gak si suara lo itu kayaaaaa." Kata Dimas menggantungkan perkataannya.
"Kaya apaa?." Tanya Andita penasaran.
"Kaya tikus kejepit dua samudra." Jawab Dimas sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hahahah enggak ini beneran gak lucu Dim! Tapi, gue hargain usaha lo buat ngelawak. Gue temenin lo ketawa, ayo ketawa bareng gue."
Setelah pusing Andita hilang. Mereka pulang karena merasa suasana sudah semakin malam dan takut Andita kena marah.
#Jangan lupa vote
#Tinggalkan jejak
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Sepihak (On Going)
Teen FictionAku tau mencintai secara sepihak tak sesenang yang aku pikir Aku tau mencintai secara sepihak itu menyakitkan Dan aku tau mencintai secara sepihak itu sangat mengecewakan Tapi entah mengapa hati ini selalu memilih kamu Walaupun kamu sudah bahagia de...