Part 18

154 11 0
                                    

Andita keluar dari rumahnya, menghampiri Yoga yang sedang memakai sepatu "Kak! Gue bareng lo ya".

"Lima puluh ribu", Yoga mengulurkan tangannya meminta uang.

"Mahh itu mah!" Ucap Andita mengaduh.

"Huh tukang ngaduh, dah cepetan ambil helmnya", suruh Yoga.

Lima menit lamanya Ia mencari helm akhirnya ketemu, "KAKKK YOGAAAAAAA" teriak Andita membuat Wulan keluar.

"Kenapa sih, sayang?" Tanyanya.

"Kak Yoga! Udah dibilangin bareng, tapi Dita ditinggal", mata Andita berkaca-kaca.

Wulan merangkul bahu Andita "Udah jangan nangis. Mamah anterin pake mobil."

"Gak usah Mah aku naik angkot aja", tolaknya.

"Yaudah sana berangkat nanti terlambat!" suruh Wulan langsung diiyakan Andita. Andita mencium tangan Wulan.

***

Jam ke tiga-empat, semua guru hari ini rapat. Ada yang makan ke kantin, ribut di kelas, nyanyi-nyanyi. Di kelas Andita terlalu berisik. Pantas saja kalau guru-guru tidak suka dengan kelasnya. Bukan hanya berisik, saat guru menerangkan mereka ngobrol sendiri-sendiri, mereka tidur dan tidak memperhatikan sama sekali kecuali siswa yang benar-benar ingin sekolah. Ia keluar duduk di kursi panjang di depan kelasnya. Ia hanya sibuk membaca komiknya.

"Dit, lo liat Yuna gak?" Julian mendekati Andita dan duduk disampingnya.

"Gak tau!" Andita berdiri dari duduknya, berjalan meninggalkan Julian tapi disusulnya oleh Julian.

"Mau kemana?" Tanya Julian.

Andita membalas santai, "kantin".

"Ya udah gue ikut"

Sampai di kantin Julian mencari tempat duduk yang kosong untuk dirinya dan Andita.

"Btw, lo aja yang pesen ya" suruh Julian.

"Lo mau apa?" Tanya Andita

"Bakso sama es teh anget", balasnya.

"Oke"

Tak lama kemudian Andita kembali mebawa nampan yang berisi bakso dan es teh.

"Eh Jul! Mbak kantin tadi mukanya aneh banget pas gue bilang es teh anget. Katanya gak ada es teh anget tuh!"

"Tapi malah dia bikinin", lanjut Andita.

"Iyaaaaaaa" Julian menggantungkan ucapannya "emang gak ada", tawanya menunjukkan gigi gingsulnya. Tak bisa Dita pungkiri. Julian memang manis.

"Coba deh lo pikir, es teh anget"

"ES-TEH-ANGET", Andita mengeja kemudian ia mulai mengerti

"Ohh pantesan"

"Gimana emang gak ada kan?"

"Eh gue diketawain tau sama anak-anak kelas lain waktu gue ngomong kaya gitu ke Mbak kantin", bisiknya kecil namun terdengar oleh Julian.

"Hahaha.. Gue kira mah lo ga bakalan ngomong kaya gitu. Ehh ternyata beneran."

"Hehehe engga beneran gue gak nyerna omongan lo tadi", balas Andita.

Dari sekian banyaknya cowok ganteng
Entah kenapa gue cuma milih lo yang bermuka pas-pasan
Menurut gue lo itu beda
Setiap kali gue bareng lo, itu momen spesial bagi gue
Bersyukur banget gue ketemu lo
Usil, tukang ngelucu, yaa walaupun garing sih
Tapi gue tetep ketawa kok
Karena lo yang ngelucu
Kalo bukan lo udah pasti gue tendang
Gue mulai suka sama lo
Coba aja lo suka balik sama gue
Pasti gue bahagia banget
Berasa terbang kalo lagi digombalin lo
Duh lemah banget sih hati gue
Jantung gue berasa dek-dekan
Pingin aja gue buang jantung gue
Ribet tau gak
Kalo duduk di deket lo itu bawaannya kaki gue gemeter
Kenapa ya? Gue gak tau
Pingin aja gue buang juga nih kaki
Ribet banget dih
Keringet dingin gue langsung keluar kalo lagi sama lo
Nervesnya itu loh yang gak bisa diilangin
Gue kalo lagi bareng sama lo gak berani natep mata loh
Gue takut.

-Diary Andita Prasetyo-

"Yun, gue takut pas olimpiade nanti kita kalah", gumam Andita

Yuna membalas "Eh lo jangan pesimis gitu Dit, gue juga jadi takut nih".

Kini giliran Reina membuka bicara, "Heh! pegang nih kata-kata gue. Jika menginginkan sebuah hasil, jangan menyepelehkan sebuah proses".

"Jadi?" Tanya Yuna dan Andita yang saling bertatapan.

"Jadi... kalo kalian pengen dapet hasil dari olimpiade ini, kalian gak boleh nyepelein sebuah proses buat menangin olimpiade ini. Jadi, kalian harus belajar semaksimal mungkin buat ngedapetin hasil yang terbaik", Jelas Reina kepada Andita dan Yuna.

"Oh jadi gitu", balas Yuna mengangguk tanda mengerti.

"Jadi intinya gak boleh nyepelein proses", jelas Andita memperjelas.

"Dita" Reina memanggil, "pokoknya gak boleh pesimis. Harus optimis".

"Siap Bu", Andita mengatakan siap dengan tangan hormat kepada Reina dengan ulunan senyum dibibirnya.

"Cih Bu Bu. Lo kira gue ibu lo", kesal Reina merasa tak suka dipanggil Bu.

"Btw, lo udah cocok kok jadi ibu", ledek Yuna.

"Enak aja!".

Mereka tertawa bersama. Sekarang mereka berada di dalam kamar Reina. Sekolah dipulangkan. Karena masih pukul 10.00 WIB, Andita dan yuna berniat mampir dulu ke rumah Reina.

"Laptop lo mana Rein?" Tanya Yuna.

"Gak tau ya gue lupa naroh dimana", balas Reina.

"Cari.. cari.. cari..." suruh Yuna.

"Emang mau apa?" Bingung Andita.

Reina menemukan laptopnya "Nihh!"

"Nonton",jawab Yuna.

"Horor tapi yaa" pinta Reina

"Oke" langsung disetujui Yuna.

"Gue gak suka horor" protes Andita.

"Udah tinggal nonton aja".

"Hmmm", balas Andita pasrah.






...
...
...

Terimakasih sudah membaca😊

Mencintai Sepihak (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang