🌷🌷🌷
Bolehkah aku mengagumimu lebih dari seorang teman? Jika boleh, aku ingin dan jika tidak, setidaknya beritahu aku agar aku tak berharap kepadamu.
...
...
...
...
...
...
Silahkan benci aku sesuka hatimu. Karena kamu sudah tahu isi hatiku. Aku pun tak mau menjatuhkan hatiku kepadamu. Seseorang yang tak tahu hatinya untuk siapa. Maaf jika kamu merasa risih karena perasaanku. Dan kalau kamu tak mau membalas perasaanku aku tak apa, aku tidak akan memaksa kamu untuk membalasnya. Semoga nanti aku bisa pelan-pelan meninggalkan perasaan memilikimu hilang untukku.🌷🌷🌷
Happy reading readers😚❤
DRTTTT!!!DRTTT!!!
Andita langsung bangun dari duduknya meninggalkan Julian dan Yuna keluar menuju teras rumah. Karena terdapat telepon yang tertulis nama Dimas. Meskipun Dita menjawab teleponnya keluar, tapi tetap saja terdengar oleh Julian dan Yuna.
Via telepon
"Hmmm? Ngapa?""Dimas jangan sekarang ah! Gue lagi belajar nih."
"Ya udah nanti malem aja ke rumah gue."
"Iyaa gue tungguin."
Andita memutuskan sambungan telepon dari Dimas.
Pukul 20.00
Terdengar suara motor besar, bukan hanya motornya yang besar tetapi suara kenalpotnya juga. Dipencetnya kelakson motor tersebut yang membuat salah satu pemilik rumah bangun dari zona nyaman. Yoga yang sedang berada di zona nyaman mendengarnya. Ia langsung bangun melihat dari jendela kamarnya."Widihhh cowo adek gue nih kayaknya. Turun ahh mau jail nih, tangan sama mulut gue udah gatel!" Yoga pun langsung turun menuju teras.
Andita tentu sudah menunggu sedari tadi. Ia berada duduk disebuah ayunan di taman depan rumahnya. Entah kenapa Andita sangat menyukai sekali duduk diayunan. Sambil membaca komik. Ia memanggil seseorang tersebut.
"Dimas!" Andita memanggil Dimas. Dimas yang merasa terpanggil langsung menuju arah sumber suara Andita, kemudian Dimas pun duduk disamping Andita.
"Jadi mau cerita apa?" Kata Andita membuka pembicaraan.
"Biasa soal perasaan. Boleh ya gue cerita Dit sama lo".
"Iya gue dengerin".
Pletok!!!
Tiba-tiba sebuah kerikil mengenai kepala Andita."Aduhhhh", Andita memegangi kepalanya.
"Ini siapa si maen lempar batu-batuan", oceh Andita.
"Eh itu batu beneran kali Dit", ujar Dimas.
"Dihh gak gitu maksud gue."
Pletok!!!
Kerikil kedua sekarang mengenai kepala Dimas."Aduhh", keluh Dimas mengelus-elus kepalanya yang sedikit sakit.
"Ihh pengen gue jitak nih orang", tambah kesal Andita.
Pletok!!!
Batu ketiga hanya mengenai besi ayunan.Andita mencari-cari siapa pelaku dari semua ini. Ia melihat seseorang yang sedang mengumpat.
"(Hmmm gue tau siapa nih orangnya)", ucap dalam hati Andita.
"Keluar deh lo Kak! Apaansi pake ngelempar-lempar batu kaya gini. Gak lucu tau", kata Andita memasang wajah kesal.
"Cuma kerikil aja kok sampe lebai kaya gitu!" Yoga keluar dari tempat persembunyiannya sambil terbahak-bahak. Sedangkan Andita dan Dimas hanya diam.
"Cuma kerikil lo bilang? Nih rasain", Andita melemparkan balik kepada Yoga.
"Aduhhh!"
"Nah lo sakit kan?"
"Gak sakit cuma kaget".
Andita bangun dari duduknya kemudian Ia berlari kecil mengejar Yoga, "Sini enggak mau gue jitak pala lo!"
"Hahaha sorry! Sorry just kidding Dit", jawab Yoga meminta maaf dan masih saja terbahak-bahak.
"Selucu itu kah?" Nada suara Andita masih kesal mencoba menjitak kepala Yoga namun tak sampai.
"Eh.. ehh udah ah! Itu pacar lo kasian tuh dikacangin", Yoga menunjuk kepada Dimas. Dimas yang sedari tadi hanya Diam melihat kelakuan adik kakak ini.
"Sana buatin minumlah kasian kalo tenggorokannya kering", suruh Yoga yang masih tertawa terbahak-bahak.
"Pacar pacar sok tau lo!"
Andita baru kepikiran, kemudian Ia menuju dapur berniat membuatkan minum untuk Dimas.Yoga menghampiri Dimas, "Nama lo siapa?"
"Dimas, Bang!"
"Eitss.." Yoga menutup mulut Dimas dengan jari telunjuknya.
Dalam hati Dimas berbicara merasa ada yang aneh, "(ehh ini kakak Dita apaansi)".
"Gak usah panggil gue Bang, emang gue kang cilok? Panggil gue Yoga aja. Umur lo berapa?"
"Enam belas", jawab Dimas.
"Hahh umur gue baru aja delapan belas".
"(Demi apa gue gak nanya)" Umpat Dimas.
"Jadi intinya lo jangan panggil gue Bang. Panggil aja Yoga, oke?"
"Oke Yogggggaa", jawab Dimas berat.
Beberapa menit kemudian, Andita datang membawa membawa minum.
"Yuk lanjut!"
"Lanjut kemana?" Tanya Dimas.
"Dih", Andita terkekeh, "katanya mau curhat."
"Oh iya.. jadi giniii..."
...
...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Sepihak (On Going)
Teen FictionAku tau mencintai secara sepihak tak sesenang yang aku pikir Aku tau mencintai secara sepihak itu menyakitkan Dan aku tau mencintai secara sepihak itu sangat mengecewakan Tapi entah mengapa hati ini selalu memilih kamu Walaupun kamu sudah bahagia de...