🍀🍀🍀
Simpan saja sakitmu. Mereka tak akan tau rasanya walau dengan bagaimanapun kamu menjelaskan rasa sakitmu. Mereka hanya mendengarkan bukannya merasakan
🍀🍀🍀Happy reading readers😇😇
"Nanti sore jadi kan?" Celetuk Yuna melangkahkan kakinya mendekati Andita yang sedang duduk sendirian di depan kelas.
"Jadi" ucap Andita meyakinkan.
"Nanti lo sama Julian nyusul aja ke rumah gue yaa. Gue pulang naik angkot bareng Reina."
"Oke." Yuna membalas dengan jempolnya.
Sore sepulang sekolah Yuna dan Julian akan belajar bersama dengan Andita di rumah Andita. Haruslah Andita menyiapkan makanan ringan dan minuman segar. Setelah ia selesai menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk nanti belajar bersama, ia menunggunya di ruang tamu. Yang dikelilingi dengan warna serba hijau seperti bolu pandan.
"Mana rumahnya?" Tanya Julian.
"Itu rumah cet warna biruuuuu." Jawab Yuna menunjukkan tangannya.
Julian langsung turun dari motornya meninggalkan Yuna yang sedang berusaha melepas helmnya karena sulit sekali untuk dilepas. Kayak cinta kita yakk😁 yang sulit dilepas. Hiyaaa😄
"PERMISI!!!"
"ANDITAAA!!"
"ANDITA!!!"
"PERMISI!!!" teriak Julian dengan keras yang tak kunjung dijawab oleh tuan rumah dari rumah tersebut.
Beberapa menit kemudian, pemilik rumah tersebut keluar. Laki-laki berbadan besar, kepala botak, dan dengan kumis tebalnya.
"Cari siapa dek?" Tanya orang tersebut menampakkan wajah garangnya.
"Hehe Anditanya ada om?"
"Andita? Andita siapa?"
"Andita anak Om" jawab Julian pede.
"Saya gak punya anak perempuan. Anak saya laki-laki!" Jawabnya.
"Lah masa si Om?" Heran Julian.
"Kamu gak percaya? Mau saya panggil anak saya hah?"
"Eh ehh gak usah Om saya percaya... saya percaya."
"Oh berarti saya salah rumah Om. Maaf ya" Kata Julian meminta maaf.
"WOII JULIIDDD" teriak Yunaa berjalan cepat menyusul Julian. Jarak antara motor dan julian lumayan jauh.
"Apaan lo kali yang julid." Protes Julian tak terima dipanggil julid.
Mendengar perkataan Julian, orang tersebut langsung memarahinya "Ehhh berani ya kamu ngatain saya julid".
"Dih gak Pa! Mas! Ehhh Om. Itu saya lagi ngomong sama temen saya" umpat Julian.
"Hehe permisi Om, maaf kita salah rumah" jelas Yuna.
"Itu bukan rumah Dita!" Bisik Yuna kepada Julian.
"Lah terus rumahnya di mana? Lo bilang itu rumahnya yang warna biru. Yakan gue panggil-panggil tapi yang keluar Om ini" begitupun Julian membalasnya dengan berbisik.
"Heheh maaf ya Om." Ucap Yuna.
"Lain kali kalo main ke rumah orang ucap salam!" Tegas orang tersebut.
"Jangan teriak-teriak gak jelas!" Lanjutnya.
"Hehe iya Om" Yuna mengangguk.
"Ya udah kita permisi Om" pamit Yuna yang langsung ditinggal oleh pemilik rumah tersebut.
"Juliannnn."
"Apa?" Kepalanya menengok ke arah Yuna.
"Itu bukan rumahnyaa. Rumahnyaa ituuu."
"Tuh kan lo mah ngerjain gue. Gak asik yakan."
"Gue belum selesai ngomong yakan. Lo langsung nyelonong-nyelonong aee yakan" balas kesal Yuna menekankan suaranya.
"Rumahnya itu yang cat warna biru itu terus di sebelahnya" Jelasnya sambil menunjuk.
"Ko lo gak ngomong dari tadi si!"
"Makanya dengerin sampe selesai!" Tangan Yuna menjitak kepala Julian.
"SAKIT WOI!!!"
"Lebai. Lagian juga lo ngapain berentiin motornya sampe jauh, kenapa gak di depan rumah Dita aja Julllll." Kesal Yuna.
"Terserah gue lah. Kan gue yang bawa motor."
Ckkkkk kesal Yuna langsung berpindah tempat kepada rumah di sebelahnya tanpa membalas ucapan Julian.
Rumah besar bercat hijau bolu pandan dipadukan dengan warna putih. Yuna memencet tombol yang ada di samping pagar rumah tersebut. Dibukanya langsung pagar tersebut oleh pemiliknya.
Andita membukakan pagar rumahnya "Lama dih."
"Julian nih banyak tingkah" balas Yuna.
"Ko lo nyalahin gue!"
"Iyaa lo terus siapa lagi" jawab Yuna dengan kesal.
Andita langsung memotong perkaataan Yuna "udahh masuk!"
"Ehh bentar dulu, motor gue!" Kata Julian sambil menepuk jidat.
"Motor lu di mana Jul?" Tanya Andita.
Julian menunjuk ke arah jalan yang lumayan jauh "tuhhh."
"Gilaa! Ngapain parkir sampe jauh banget dari rumah gue." Heran Andita.
"Yaa terserah gue lah!" Julian pergi menuju motor.
"Aneh yaa temen lo!" Kata Andita menggelengkan kepalanya.
"Temen lo tuh!" Balas Yuna.
🌷🌷🌷
Maafkan aku yang selalu berharap kamu juga akan mencintaiku, padahal nyatanya tidak sama sekali.
🌷🌷🌷#jangan_lupa_votmen_okeee??
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Sepihak (On Going)
Teen FictionAku tau mencintai secara sepihak tak sesenang yang aku pikir Aku tau mencintai secara sepihak itu menyakitkan Dan aku tau mencintai secara sepihak itu sangat mengecewakan Tapi entah mengapa hati ini selalu memilih kamu Walaupun kamu sudah bahagia de...