Dahyun menatap sekelilingnya dengan bingung. Bukan café atau food court seperti yang biasa mereka datangi, kali ini Jungkook membawanya ke restoran. Meja-meja dengan taplak putih, lampu gantung besar, serta denting piano, membuat Dahyun agak canggung. Belum lagi jika Dahyun harus menyebutkan daftar harga menu yang membuatnya sangat terganggu.
Semua ini pastilah hadiah yang Jungkook janjikan. Hadiah yang akan dia berikan jika Dahyun mendapatkan nilai yang bagus seperti biasanya, namun kenyataannya tidak. Semester ini benar-benar kacau dan malam ini akan semakin buruk lagi karena Dahyun tidak tahu bagaimana harus menjelaskan pada Jungkook soal surat peringatan dekan.
"Jungkook-ah..."
"Hmm? Apa kau sudah mau memesan?"
"Tidak, bukan begitu, aku... " Dahyun merasa sulit memilin kata yang tepat untuk memadamkan ekspektasi laki-laki itu tentang kabar baik yang dia tunggu.
"Kenapa?" tanya Jungkook memastikan ketika melihat Dahyun tidak menyelesaikan ucapannya.
"Jungkook-ah... ini-" ucapannya terputus, sejenak Dahyun hanya terdiam membalas tatapan Jungkook yang terlihat bingung karena dia tidak kunjung menyelesaikan kalimatnya. Dia sendiri tengah menimbang apakah mengatakan yang sejujurnya pada Jungkook tidak akan menyakiti laki-laki itu.
"Ada apa?" ulang Jungkook mulai gelisah. "Kau tidak suka makanannya?"
"Tidak, bukan begitu. Aku bahkan belum pernah mendengar nama-nama makanan ini sebelumnya."
"Jadi, ada hal lain yang mengganggumu?"
"Jungkook-ah, ini... sedikit berlebihan." Akhirnya Dahyun memberanikan diri untuk berterus terang.
Raut wajah laki-laki itu berubah perlahan. Kekagetan dan sedikit kekecewaan terbias meskipun samar karena Jungkook masih berusaha mempertahankan senyumnya.
"Ini berlebihan, ya?"
"Maafkan aku." Dahyun bingung sendiri bagaimana caranya menjelaskan perasaannya tanpa harus menyinggung Jungkook yang sudah bersusah-payah menyiapkan semua ini. "Jungkook-ah, maafkan aku. Ini sangat indah, sungguh. Aku mungkin akan menyukainya jika semua ini ada di situasi yang tepat. Maksudku- kita bahkan tidak sedang merayakan apapun."
"Ini hadiah untuk merayakan nilaimu. Aku pikir kau akan-"
"Nilaiku buruk." Dahyun menyela ucapan laki-laki itu dan Jungkook seketika terdiam. "Seharusnya aku memberitahumu lebih awal. Maafkan aku."
Tidak lama berselang Jungkook sadar jika responnya tidak membuat perasaan Dahyun membaik. Gadis itu masih menunduk, terlihat menyesal dan malu.
"Aku yang seharusnya meminta maaf. Dahyun-ah, maafkan aku. Aku... aku... terlalu terburu-buru. Aku pikir... kupikir semua ini..." Jungkook menghela napas berat, tiba-tiba merasa sangat bodoh karena tindakannya sendiri. "Aku benar-benar bodoh, ya."
"..."
"Aku pikir semua ini akan membuatmu senang. Seharusnya aku memastikannya dan tidak berbuat sembarangan seperti ini."
"Tidak, kok. Aku benar-benar menyukai semua ini."
"Ya, tapi seharusnya tidak ku lakukan di saat hari burukmu."
Kesedihan di wajah Jungkook entah bagaimana membuat Dahyun merasa terluka. Perlahan, dia memberanikan diri untuk menggenggam tangan Jungkook. Sungguh dia tidak ingin membuat laki-laki itu menyalahkan diri sendiri dan hanya genggaman itu satu-satunya yang dapat Dahyun pikirkan.
"Jungkook-ah, gomawo." Dahyun mengulas senyum tipis dan menatap lembut laki-laki di hadapannya. "Mungkin ini bukan hari yang tepat, tapi karena semua ini, aku merasa jauh lebih baik."
YOU ARE READING
Unintentionally [END]
Fiksi PenggemarA Fanfiction of SVT's Vernon and Twice's Dahyun. Genre: Fanfiction, Romance, Young adults. Language: Bahasa