Chapter 9: Shut

252 29 5
                                    

Jika boleh memilih, Dahyun ingin untuk tidak pernah mengingat kejadian malam itu. Semuanya terasa rumit sekarang setelah Dahyun tahu kejadian yang selama ini disamarkan oleh otaknya. Mengingatnya membuat Dahyun merasa malu. Bisa-bisanya dia memprovokasi seorang laki-laki hanya karena terlalu teler. Semakin Dahyun memikirkannya semakin kepalanya terasa sakit. Dahyun merasa tidak mampu menunjukkan mukanya di hadapan Kyulkyung dan yang lain. Bagaimana dia bisa berpura-pura polos setelah kesalahan yang dia perbuat.

Dan Vernon...

Dahyun menelan ludah, merasa benar-benar gelisah. Laki-laki itu tidak pernah mengatakan apapun. Dia menyembunyikannya dengan baik hingga untuk sesaat Dahyun benar-benar yakin jika kejadian malam itu tidak lebih dari sekedar mimpi. Tapi sekarang, setelah semuanya jelas, Dahyun tidak tahu harus bagaimana menghadapi laki-laki itu.

"Dahyun-ah!"

Lamunan Dahyun buyar. Dia tersentak mendapati kehadiran Chaeyoung beserta Vernon dan Kyulkyung di mejanya. "Eo? kalian, ka— kapan kalian datang?"

"Baru saja. Ya! Aku memanggilmu berulang kali! Kau melamun? Apa ada masalah?" sambar Chayeoung lalu mengambil duduk di samping Dahyun.

"Ti— tidak." Dahyun mencoba menenangkan dirinya.

"Dahyun-ah... kenapa wajahmu pucat sekali?!" Kyulkyung menimpali dan terdengar cemas. Bersama dengan Vernon, dia mengambil duduk di sisi seberang meja.

"Tidak... aku baik-baik saja." Dahyun tidak bisa mengendalikan dirinya untuk tidak melirik laki-laki itu. Rautnya terlihat tenang begitu juga gerak tubuhnya sekalipun dia tahu jika suatu kesalahan pernah terjadi di antara mereka.

"Kau yakin tidak sakit?" Vernon ikut memastikan.

Membalas tatapan laki-laki itu membuat dada Dahyun berdebar kuat. "Y— ya... aku baik-baik saja. Aku hanya tidak bisa tidur semalam."

"Kenapa? Apa sesuatu yang menyenangkan terjadi bersama Jungkook semalam?" Kyulkyung membalas dengan godaan disambut Chayoung yang juga mengikuti.

"Omo! Apa kalian melewati malam yang panjang?"

Godaan itu membuat pipi Dahyun merona merah. "Mworae... tidak ada yang terjadi 'kok." Gumamnya menyangkal kemudian melirik Vernon lagi yang tampak tidak terlalu menggubris.

"Kalau terjadi sesuatu tidak apa-apa juga 'kok."

"Benar. Dahyun kita 'kan sudah besar sekarang. Tapi kau harus hati-hati ya, Dahyun-i. Kau harus bermain aman, mengerti?" Kyulkyung kembali menyerang dengan blak-blakan dan membuat wajah Dahyun semakin memerah.

"Y— ya... tidak terjadi apa-apa 'kok." Sangkal Dahyun kemudian bergegas membereskan barang-barangnya. "Umm... aku duluan ya. Aku harus mencari Jungkook. Dah..."

Sikap tergesa-gesa Dahyun membuat Chaeyoung dan Kyulkyung saling bertukar pandang. Kedua gadis itu semakin berkesimpulan jika sesuatu telah terjadi pada Dahyun khususnya menyangkut soal hubungannya dengan Jungkook.

"Aku rasa kita sudah keterlaluan." Tukas Kyulkyung masih bingung melihat punggung Dahyun yang menjauh. "Kurasa mereka benar-benar melakukannya."

Chaeyoung mengangguk setuju. "Sepertinya begitu."

***

Hari itu, Dahyun bergegas pulang setelah semua perkuliahan selesai. Dia merasa ingin sendiri. Pesan masuk dari Jungkook pun belum dibacanya sama sekali. Rasanya dia hanya ingin membenarkan pikirannya yang berkecamuk. Beberapa kali dia mencoba menyangkal dan menenangkan dirinya sendiri bahwa kejadian itu terjadi di luar kehendaknya, dia sedang mabuk dan tidak memiliki kendali atas dirinya untuk sesaat. Tapi semakin Dahyun berpikir demikian, semakin Dahyun sadar jika dia hanya sedang beralasan agar tidak merasa bersalah. Sayangnya, dia memang bersalah.

Unintentionally [END]Where stories live. Discover now