Setelah membawa pakaian untuk tidur dan besok pagi. Aku ke rumah Aji, dia masih tiduran di sofa ternyata.
"Ayo gua bantuin," gumam ku mengulurkan tangan, ia menerima nya lalu berupaya bangun. Aku pun berusaha untuk membantunya, sungguh ini berat. Kurus kurus tapi berat juga ini anak, ku papah ia sampai kamarnya. Setelah ia tiduran, aku kembali ke ruang tv.
Karena sudah sore, aku memilih mandi dan memakai baju tidur biasaku. Setelah itu aku menghangatkan makanan yang ku masak tadi siang.
Sepertinya Aji belum bangun, aku pun ke kamarnya dan benar saja. Dia tertidur pulas tanpa sadar selimutnya pun entah kemana.
"Beru, bangun. Ayo mandi dulu, terus makan" ku tepuk pipi nya pelan
"Beru, ayo bangun." Matanya bergerak, tak lama ia membuka nya
"Ayo bangun, mandi dulu terus kita makan ya."
"Mandiin dong,"
"Lu gila ha! Masih mimpi nih anak kayanya, bangun woy sadar!" Ku pukul kepalanya
"Aww! Sakit pea! Lu kira gua masih mimpi apa!"
"Lah lu ngomong ngawur,"
"Kan gua cuma becandaan doang, yaudah bantuin gua buka baju"
"Mata lu tuh bantuin buka baju, buka sendiri. Enak aja lu," sengitku
"Gua kan nggak bisa, nih luka gua nanti nempel di baju malah nggak kering."
"Ih, lu tuh yaa!" Dengan terpaksa aku membuka kan baju nya saja, perlu di garis bawahi hanya baju ya. Bukan yang lain
"Sana mandi, gua tunggu di dapur." Ku tinggalkan Aji menuju dapur, sepertinya membuat puding enak juga. Sambil menunggu Aji, aku pun membuat puding dahulu.
Saat ku tuangkan ke dalam cetakan puding, Aji muncul dengan rambut basahnya. Sepertinya harus ku obati lagi lukanya, karena terlihat sekali luka nya belum kering.
"Makan gih, abis itu gua obatin lagi." Gumamku menaruh pudingnya di atas meja
"Ambilin, kan lu tau tangan gua sakit"
"Terus gua harus suapin lu lagi gitu?"
"Lu tau jawabannya pasti," dengan geram ku ambil makannya asal, lebih baik ia tak sakit jika merepotkan seperti ini
"Yang bener dong, gua manusia bukan kambing" tegur Aji
Ku suapi ia makan dan aku juga memakan makanan ku sendiri, wajahnya penuh dengan pandangan kemenangan. Awas saja kalau sudah sembuh, ku suruh suruh ia.
"Sana ke ruang tv, gua cuci piring dulu baru ngobatin lu." Aji hanya mengangguk dan jalan santai menuju ruang TV.
Untung aku sabar, kalau tidak ku pastikan pisau yang ada di meja sudah melayang ke kepalanya.
Setelah selesai, ku bawa p3k nya menuju ruang tv. Aji tampak fokus dengan tontonannya.
"Sini tangan lu," ia pun mengulurkan tangannya, ku beri obat merah ke lukanya dan mengompres bengkaknya dengan air es.
"Besok lu boleh kerja, tapi jangan sampe lukanya kena gesek meja atau apapun. Nanti nggak sembuh, untuk sementara besok gua tutup aja biar aman. Siang nya nanti gua bawain makanan, nggak usah beranjak dari kursi. Gua nggak mau lu tambah parah," gumamku sambil membersihkan lukanya
"Iya iya gua tau,"
"Besok gua udah mulai sibuk lagi, kalo gua telat Dateng maaf. Gua nggak pernah lihat jam pas sibuk banget,"
"Kalo nggak bisa Dateng mending hubungin gua aja,"
"Iya gua tau kok, nanti gua kirim makanannya ke perusahaan lu. Jadi nggak perlu lu jalan jalan lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best FriEND
Teen FictionKehidupan yang menipu pandangan orang lain atau pandangan diri sendiri ini membuat orang lain merasa bahwa hidup orang lain jauh lebih dari kata "bahagia" Pertemanan adalah awal dari persahabatan atau awal dari kisah yang lebih dari itu. -Mohammad A...