Bab 8 Sebuah Pertarungan

18 15 0
                                    

"Kakak! Tolong aku!!!"

Suara teriakan yang sangat keras membuatku ingin secepatnya untuk menolongnya. Aku berlari sekencang mungkin untuk mencari keberadaannya. Akhirnya, aku menemukannya tepat di depan mataku. Kulihat, dia diikat di bawah pohon besar.

Air mataku langsung keluar ketika melihat kalau adikku, Dellie masih hidup. Perasaan bahagia dan sedih menjadi campur aduk, saat aku lari menuju ke arahnya. Tetapi, saat hendak menolongnya, aku melihat ada yang aneh dengan Dellie. Dia terlihat diam dan wujudnya berubah menjadi debu.

Sontak, diriku langsung kaget dan bingung ketika mengetahui Dellie pergi dan menghilang begitu saja.

"Tidak.............!!!"

***
"Tidak.............!!!"

Tanpa disadari, aku mengigau dan berteriak dengan nyaring hingga membuat teman-temanku di dalam tenda perkemahan menjadi terbangun. Saat itu, aku melihat langit masih gelap dan perkiraanku waktu masih menunjukkan pukul tiga subuh. Melihat itu, aku langsung terbangun dan segera bergegas mempersiapkan diri di pagi hari untuk melanjutkan perjalanannya.

"Alice, santai saja. Kembali tidurlah...." kata Millie yang langsung melanjutkan tidurnya.

"Tidak bisa.... Perjalanan kita masih jauh...." balasku sambil membereskan barang-barangku kedalam tas punggungku.

"Masa harus bangun jam segini sih.... Masih ngantuk tahu!" bentak Johnny yang langsung menutup wajahnya dengan selimut.

"Okay. Kalau kalian masih ngantuk, silahkan kembali tidur. Dan biarkan aku saja yang melanjutkan perjalanan ya...." kataku.

"Baiklah, daripada bertengkar, lebih baik kita semua kasih voting bahwa siapa yang mau lanjut tidur atau siapa yang mau lanjut perjalanan." kata Rick yang memberikan saran bijaksana.

Hasilnya adalah yang masih mau lanjut tidur yaitu Millie dan Johnny sedangkan yang mau lanjut perjalanan yaitu sisa kami bertiga. Jadi, keputusannya adalah harus melanjutkan perjalanan. Maka, mau tak mau Millie dan Johnny harus mengikuti keputusan kami bertiga supaya adil.

Sebelumnya, perjalanan kami harusnya bertambah menjadi enam orang. Tetapi, karena Fista tidak mau bertemu dengan orang tuanya untuk sementara waktu maka hanya kami berlima yang pergi. Bukan hanya itu, Fista juga mengatakan kalau dia lebih baik menjaga kami pintu ruang rahasianya karena takutnya akan bermasalah jika tidak ada yang menjaganya.

Di pagi hari yang buta, kami mulai melanjutkan perjalanan kami. Selama perjalanan menuju kesana, kami harus berjalan melewati berbagai rintangan. Mulai dari memanjat tebing yang curam, melewati semak-semak yang penuh duri dan berjalan menuju hutan yang berkabut. Untunglah, kami bisa melewatinya, yang membuat aku, Millie dan lainnya menjadi lega. Tetapi, ada satu rintangan lagi yang harus kami lewati yaitu istana besar sangat menyeramkan. Istana tersebut sangat besar dibanding rumah istana milik Fista. Kulihat, banyak pengawal yang berjaga disana, jadi kami harus berpikir bagaimana caranya kesana tanpa membuat keributan.

"Kalau begini, susah menerobos nih! Banyak sekali mereka, apalagi yang bersenjata...." kata Johnny yang sangat panik.

"Jangan panik, Johnny. Percayalah, kalau kita bekerja sama pasti berhasil." kataku.

"Baiklah, sebelum kita menerobos ke dalam istana itu. Ada baiknya, kita harus lihat denah peta yang diberikan oleh Fista. Kita lihat, istananya terdiri tiga lantai. Lantai ketiga adalah tempat tinggal orang tua Fista sekaligus sekelompok para berjubah hitam. Lantai kedua adalah tempat yang dimana Nova, Dellie dan lainnya dikurung. Lantai pertama adalah tempat para pengawal yang menjaga di dalam istana. Jadi, diantara kita berlima harus dibagi menjadi dua kelompok." kataku sambil menunjukkan lokasi denah peta dengan jari telunjukku.

Alice Moona (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang