1

3K 149 16
                                    

Bola di kaki seorang cowok berpostur tinggi 169 cm itu melesat dengan cepat sehingga masuk ke dalam gawang.

Gol!

Suara teriakan para kaum hawa terdengar menggema di pinggir lapangan membuat cowok itu berlari sambil melakukan selebrasi adu tos bersama keempat kawan-nya. Cowok itu adalah Zico, hal yang biasa ia lakukan bersama keempat kawan-nya adalah bermain bola di lapangan futsal di saat jam istirahat.

Peluh membasahi baju putih seragam sekolahnya tidak akan bisa menghentikan ia untuk bermain bola. Karna bermain bola adalah salah satu hobby yang sudah mendarah daging bagi dia dan keempat kawan-nya itu. Sudah hampir setengah jam ia bermain, setelah merasa lelah bermain. Akhirnya ia bersama kawan-nya menutuskan untuk mengakhiri permainan bola-nya. Cowok itu mengambil bola yang tergeletak di dalam gawang, lalu ia memilih duduk di pinggir lapangan.

"Minggir!" Perintah Amanar kepada cewek-cewek yang sedang duduk di pinggir lapangan sambil memakan cemilan. Tanpa aba-aba cewek-cewek itu pun langsung pergi. Mereka takut jika berurusan dengan geng yang kembali berulah setelah sekian lama insyaf.

Zico duduk dengan kaki bersila dan di susul oleh keempat kawan-nya. Bola yang sedang di peluk dalam genggamanya itu pun ia jadikan sebagai tumpuan, menopang dagu sambil menatap tatapan kosong ke arah lapangan yang panas terik.

"Bosen ah sekolah! Bolos yuk!" Rendy nampak kesal. Cowok itu mencabuti rerumputan yang tumbuh di pinggir lapangan, emang dasar kurang kerjaan wkwk.

"Bolos kemana? Base camp?" Sahut Zico sambil meletakan bola di sisi kirinya.

Rendy menggeleng "Ogah ah!"

"Terus kemana?"

"Bilyard!" Sahut Bry.

Amanar menoleh ke arah Rendy "Ke Bilyard mau gak lo?"

Lagi-lagi Rendy menggeleng.
"Lah terus mau kemana, bosen juga gue sekolah. Otak gue udah mau pecah ngeliat papan tulis yang isinya tumpukan tugas" Sungut Amanar.

"Bro," Zico memberikan aba-aba ke arah koridor yang sudah nampak sepi "Ada mangsa!" Ucapnya sambil tersenyum licik.

Sontak Rendy, Brylian, Amanar dan Andre langsung menoleh ke arah koridor "Apaan?" Kata mereka serempak.

"Itu" Zico mengarahkan jari telunjuk-nya ke arah seorang cowok yang sedang berjalan seorang diri sambil membawa tumpukan buku.

"Gak ah! Kalo Ocha liat bisa mati berdiri kita, iya gak bro?," Tolak Rendy dan di setujui oleh yang lainya.

"Udah tenang aja, Ocha dah masuk kelas. Lagi pula bel udah bunyi dari tadi," Zico mencoba meyakinkan kawan-kawanya.

"Lo yakin?" Andre terlihat ragu "Secara yang bakalan jadi korban kita ini Supriadi lho. Lo gak takut?"

"Akhhh udah jan banyak bacot. Lo semua gak mau ikut gue gapapa" Kata Zico. Cowok itu bangkit dari duduknya dan berlari kecil menghampiri Supriadi yang sedang berjalan dengan langkah pelan sambil membawa tumpukan buku cetak.

Melihat Zico sudah bergerak seorang diri. Mau tidak mau kawan-kawanya pun ikut bangkit dan mengejar Zico yang sedang menghadang jalan Supriadi.

"Supri" Goda Zico sambil menghentikan langkah Supriadi.

"Aku mau ke Perpus. Aku gak ada waktu buat ngeladenin kamu co" Ucap Supriadi tak mau panjang urusan cowok itu kembali berjalan dan tidak menghiraukan Zico.

Tak mau pantang menyerah, Zico kembali menghadang jalan Supriadi sehingga membuat tumpukan buku cetak itu terjatuh dan berserakan di lantai.

"Tuh kan jatoh" Supri berjongkok dan memungut buku-buku tersebut. Tiba-tiba Amanar dan Andre menarik kerah baju Supriadi sehingga membuat cowok itu terangkat.

"Lo kok songong sih, di panggil malah jalan," Kata Amanar.

"Ma-af, Nar. Aku sudah di tunggu sama Bu Tri,"

"Tunggu dulu! Gue butuh bantuan lo!"

"Bantuin apa, Co?" Tanya Supriadi dengan wajah menunduk.

"Beliin gue sama temen-temen gue makanan di kantin" Perintah cowok itu sambil memberikan uang 50rb.

"Ta-pi aku.."

"Gue gak mau denger alesan lo! Udah sana buruan beli" Celetuk Zico tangan-nya sambil mendorong bahu Supriadi.

"Agaknya ada yang mau jadi preman lagi nih," suara cewek yang tiba-tiba datang sontak membuat Zico dan kawan-kawanya terdiam.

Zico menepuk dahi ketika mengenali suara itu.

Dengan berat hati ia menoleh dan membalikan tubuhnya 190° ke arah sumber suara.

"Eh, Rossayang," Zico hanya cengar-cengir tak berdosa ketika melihat sosok Ocha sedang berdiri sambil berdecak pinggang.

"Hebat ya" Ocha berdecak sambil menarik kuping Zico sehingga membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Ampun, sayang. Awww!" Ringis cowok itu kesakitan.

"Siapa yang suruh kalian gangguin Supri?!" Tanya Ocha kepada kawan-kawan Zico, mata cewek itu mengarah kepada Amanar "Siapa, Nar?"

Amanar diam sambil melirik ke arah Zico.

"Siapa nar" Ocha kembali bertanya sambil mengganti mencubit perut Zico sampai cowok itu teriak kesakitan.

"KASIH TAU AJA, NAR!" Teriak Zico saat Ocha memperkuat cubitan-nya.

"Iya-iya"

"Iya apa?!"

"Iya, Zico yang nyuruh kita gangguin si Supri" pengakuan Amanar membuat Ocha kesal dan semakin memperkuat cubitanya.

"Sa--sakit say..."

"Keterlaluan ya kamu! Gak ada kapoknya gangguin Supri. Kalo dia sampe telat ngembaliin buku-buku itu, bisa-bisa dia kena marah sama Bu Tri!"

"Aampun sayang ampun!"

"Gak ada kata ampun! Kamu udah buat mood aku hancur, pulang nanti aku gak mau di bonceng sama kamu," Ucap Ocha sambil melepas cubitanya. Lalu cewek itu menghampiri Supri dan membantu membereskan buku-buku yang tengah berserakan di lantai.

"Gak bisa gitu. Kamu berangkat sama aku, pulang juga harus sama aku!"

"Terserah kamu, aku capek!." Ucap Ocha sambil bangkit dari posisi jongkoknya. Kemudian cewek itu menarik tangan Supriadi meninggalkan Zico dan keempat kawan-nya "Ayo, pri,"

Tanpa membuang banyak waktu, Zico berlari menghadang langkah Ocha dan Supriadi.

"Zico!"

"Kamu jangan kaya gitu dong, berangkat sama aku pulang juga harus sama aku. Semua ini gara-gara lo-cupu!" Zico menatap Supriadi dengan tatapan kesal.

"Hebat ya kamu, sudah berani nyalah-nyalahin orang. Jelas-jelas kamu yang salah bukanya minta maaf."

"Maaf, sayang" kelakar-nya dengan wajah penuh bersalah.

"Jangan minta maaf sama aku, minta maaf sama Supriadi. Gara-gara ulah kamu sama temen-temen kamu, Supri telat balikin buku-buku ini,"

**

TBC

A/N kali ini aku buat Ocha jadi cewek bawel dan galak. Btw pada suka gak? Mau lanjut?

Zico The Perfect BAD BOY [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang