7

1.1K 119 16
                                    


Sepulang dari Sidoarjo, aku memilih untuk tetap diam. Aku tidak menjawab pertanyaan dari orang-orang yang ingin memberikan perhatian padaku. Setelah pesawat kami landing sampai berada di dalam taxi, aku masih setia pada keterdiamanku. Hatiku masih terasa hancur oleh kekecewaan yang ku dapat. Ketika mobil taxi itu berhenti tepat di depan rumah, aku langsung turun sambil menenteng sebuah tas di punggungku. Ku lihat Zico ikut turun dan menarik lenganku erat.

"Lepasin"  bentaku sambil menghempaskan tanganya supaya terlepas dari lenganku.

Zico masih setia mengikutiku sampai masuk ke dalam rumah. "Pergi! Ngapain sih ikut-ikut!." Aku menatap Zico jengkel.

"...suka-suka aku dong," balasnya tanpa beban membuatku semakin kesal.

"Pergi gak!" Aku melempar vas bunga ke arahnya. Dan dengan sigap Zico langsung menghindar.

"Bisa dengerin penjelasan aku sebentar nggak?"

"Nggak!" Tolak-ku.

Zico diam, cowok itu memandangku dan memperhatikan sesuatu. "Kalau di luar sana ada perempuan jauh lebih sempurna dari kamu. Mungkin sudah dari dulu aku ninggalin kamu. Tapi nyatanya, Aku gak butuh semua itu,Cha. Aku gak butuh!" Ulangnya lagi dengan intonasi suara di perjelas.

Aku membuang wajahku ke samping, menyembunyikan air mata yang terus menerus mengalir dengan deras hingga membasahi pipi.

Zico berjalan pelan menghampiri ku. Dia menarik tanganku untuk duduk di Soffa.

Dia menghapus air mata yang jatuh di pipiku menggunakan Ibu jarinya.
"Udah jangan nangis"

Aku menepis tanganya.
"Nggak nangis kok"

Aku mengusap air mata yang mengalir di pipiku menggunakan lengan baju, lalu aku berdiri mau masuk ke dalam kamar.
"Lebih baik kamu pulang, Aku mau istirahat." Ucapku sambil berjalan menaiki tangga dan meninggalkan Zico yang masih diam di tempat.

**

3 Bulan berlalu,

Semua murid mulai di sibukan dengan berbagai aktivitas menyambut Ujian Nasional. Seperti, Tryout, Bimbel, Les. Aku menjalani Rutinitasku berbeda dengan yang biasanya. Biasanya setelah bel pertanda jam istirahat berbunyi, Zico selalu menemuiku walaupun hanya sebentar. Aku dan dia bertingkah layaknya orang asing, padahal di antara kami masih terpasang status berpacaran. Semenjak kejadian di Sidoarjo silam, membuat hubunganku dengan Zico semakin jauh. Dan sekarang Zico semakin dekat dengan Bella. Suatu ketika tanpa sengaja aku bertemu denganya di kantin, Zico duduk bersebrangan bersama Amanar cs. Aku sengaja membuang muka dan berpura-pura tidak melihat kehadiran sejoli itu, rupanya reaksi aku sama sekali tidak berbuah efek apa-apa. Zico malah tidak mau melihat ke arahku, Cowok itu malah fokus tertawa dan bercanda bersama teman-temannya. Walaupun sesekali mata Amanar menangkap kehadiranku, Cowok itu memanggilku dan menyuruhku bergabung dengan mereka. Namun aku hanya membalas dengan gelengan kepala.

Dihari itu, tepat 3 Bulan sudah aku menjauh dari Zico dan Zico pun sebaliknya ikut menjauhiku. Sebentar lagi hari ulang tahunku tiba. Sepertinya tidak akan ada yang special deh. Hehe.

Waktu itu, Zico sempat menelponku. Cowok itu bertanya tentang bagaimana dengan kelanjutan hubungan kami, Lalu aku jawab:

Jangan pernah hubungi aku lagi,

Mungkin sekarang Zico benar-benar menepati janjinya untuk tidak pernah menghubungiku lagi.

Semenjak itu, aku merasa ada banyak hal yang hilang dari hidupku. Semenjak Bella hadir, cewek itu sukses membuat hubunganku dengan Zico renggang tanpa kejelasan seperti ini 

"Selamat Bel. Lo menang!"

***

Zico melenggang masuk begitu saja ke dalam butik Ibu sambungnya, Mamah Lusi. Tak lupa cowok itu melemparkan senyuman manisnya pada para pegawai yang sedang melayani para pembeli. Butik Ibunya hari ini lumayan ramai, banyak sekali para kaum hawa yang datang kesini hanya untuk melihat baju-baju hasil rancangan hasil tangan ajaib Ibunya.

"Hai, Mah." Sapa Zico pada Ibunya yang tengah sibuk melayani pembeli.

"Wah, Hai.Son!" Sapa Ibunya sambil tersenyum.

"Sini duduk" Zico duduk di kursi.

"Kamu mau makan apa, Biar mamah pesenin lewat Grab"

"Zico mau es krim aja deh, Mah"

"Oh oke tunggu sebentar yah"

Zico mengangguk seraya menyenderkan tubuhnya di kursi. Tak lama kemudian Ibunya datang.

"Oia, tadi Om Budi ke butik Mamah lho."

Zico membuka matanya terkejut.
"Ngapain, Mah?"

"Dia nyari baju dress buat Ocha. Katanya sih buat kado ulang tahun"

Zico menepuk jidatnya ketika mengingat bahwa sebentar lagi Ocha berulang tahun.

"Nak,"

"Apa mah?"

"Hubungan kamu sama Ocha baik-baik aja kan?"

Zico hanya diam.

"Mamah pehatiin sekarang kamu jarang banget bawa Ocha kerumah. Padahal Mamah mau ajak dia bikin Cake."

**

Sepulang sekolah, Ocha di ajak oleh Supriadi untuk makan bubur ayam yang berada di jalan Manggis. Jalan Manggis berada tak jauh dari jalan menuju sekolah. Awalnya Ocha sempat menolak karna hari ini ia harus cepat-cepat pulang. Karna ia harus mempersiapkan bahan-bahan untuk pesta barbeque di halaman rumahnya.

"Duh pri, Besok aja ya. Soalnya gue mau beres-beres rumah dulu" Ucapnya mencoba mengelak dari ajakan Supriadi.

"Kali ini aja Cha. Pokoknya kamu harus cobain bubur ayam yang ada di Jalan Manggis"

"Seriusan enak?"

"Serius!"

"Awas aja kalo gak enak!"

Sesampainya di warung bubur ayam, aku terkejut ketika melihat Zico bersama Bella. Cowok itu masih memakai seragam sekolah dan tertawa bercanda bersama Bella di atas motor.

Hati Ocha seketika ter-iris oleh ribuan pisau berkarat. Tanpa di sangka air matanya pun menetes begitu saja dari pelupuk matanya. Padahal nanti malam Ocha berulang tahun, ia berharap bahwa Zico akan memberikan sebuah kejutan untuknya. Namun kali ini, harapan itu hancur lebur seperti serpihan kaca yang pecah berserakan di lantai.

"Gue mau pulang aja, Pri. Gue udah kenyang" Ocha berlalu pergi meninggalkan Supriadi yang sedang memesan bubur ayam.

"Lho lagi di pesan cha."

"Lo makan aja sendiri." Kata cewek itu lagi sambil membawa sepedanya.

--

Di sepanjang jalanan aku menangis tiada henti. Oh tuhan, karma apalagi yang kau berikan padaku. Ini sakit, sungguh ini sangatlah sakit. Dulu, ku kira setelah aku menyuruh Zico untuk tidak menemuiku ku kira dia akan tetap terus mengejarku. Namun kini, ku rasa posisi ku telah tergantikan oleh dia yang telah berhasil menjadi pemenangnya.

Dengan perasaan remuk, Ocha berusaha untuk tetap kuat. Cewek itu menghapus air matanya walaupun hasil nya tetap sama, air mata itu akan tetap terus jatuh. Ocha mencoba untuk terus bisa tersenyum, walaupun ia tahu ini sangatlah menyakitkan.

Ia menghentikan kayuhan sepedanya. Dan merogoh ponsel di saku bajunya.

Kok semakin kesini, kamu semakin gak nganggep aku. Kita ini apa? Kalo sudah gak bisa di lanjutin, tolong jangan sakitin aku seperti ini.

Pesan itu Ocha kirimkan pada Zico.

**

☡☡☡☡

Sumpah emosi aku bener-bener terkuras nulis ini gais. Nyesek sampe ke ulu hati😣

Teruntuk kalian yang pernah berada di posisi ini, unjuk jari ya wkwk.

Zico The Perfect BAD BOY [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang