22.
Ocha! Zico menang nak!
Tadi dia jadi penendang pertama lho, sumpah jantung Tante berasa mau copot.Aku mendengarkan celotehan dari Tante Lusi di seberang telpon. Wanita paruh baya itu harus kembali ke Jakarta karna ada banyak sekali urusan yang harus dia selesaikan di sana. Jadi, ia menitipkan Zico disini padaku. Setelah keluar dari stadion Tante Lusi langsung menelponku. Dia mulai bercerita bagaimana perasaan dia selama menonton di balik layar televisi. Rupanya apa yang di rasakan Tante Lusi sama dengan apa yang kami rasakan di stadion menyaksikan secara langsung pertandingan penuh drama menguras air mata dan emosi.
Iya Tante, Ocha aja sampe gak mau lihat. Takut kalau mereka gagal, ehh taunya mereka bisa. Subhanallah, Ocha senang banget.
Takut? Iya, aku sangat-sangat takut kalau tadi mereka gagal. Aku belum siap melihat mereka menangis atas kekalahan.
*
Setelah menutup telpon dari Tante Lusi. Aku dan Sylva bergegas menuju lobby hotel untuk menunggu kedatangan mereka. Aku sudah tidak sabar menunggu kedatangan Zico dan teman-temanya untuk mendengar sedikit cerita bahagia yang tercipta di lapangan tadi. Suasana hotel tempat mereka menginap sudah ramai oleh orang-orang yang ingin menyambut atas kedatangan mereka sebagai sang juara.
Tak lama kemudian bis yang mereka tumpangi pun datang. Dari mereka sebelum turun dari bis pun sudah banyak orang-orang yang menunggu dan memanggil nama satu per satu nama pemain, termasuk Bagus Kahfi karna dia adalah top scorer. Hebatkan Bagus? Aku saja sangat kagum denganya. Aku dan Sylva masih setia menunggu mereka yang sedang sabar melayani para pendukung hanya untuk berfoto bersama. Ku lihat pancaran wajah mereka semua. Ada sebuah senyum kebahagiaan di dalam diri mereka. Aku mengucap rasa syukur atas pencapaian mereka hingga saat ini, mereka tatap rendah hati walaupun sekarang mereka sudah menjadi sang juara!
Kulihat Zico berjalan ke arahku bersama David. Dia tersenyum bahagia sambil merentangkan tanganya menyambutku, aku berjalan dan langsung memeluk dia erat, "Selamat ya" kataku sambil menahan tangis. Aku menangis haru karna sudah menjadi saksi atas perjuangan mereka selama di Sidoarjo.
Zico mengelus pundaku lembut, "Udah dong jangan nangis, kan aku menang bukan kalah." Aku melepaskan pelukanku dan menatao wajahnya kesal.
"Kamu tuh ya, emangnya salah kalau aku nangis karna bangga sama kalian," cibirku kesal, dia mengacak puncak kepalaku gemas. "Ish marah-marahnya gak ilang-ilang lho." Aku tertawa dan dia ikut tertawa.
"Dasar nyebelin!" Aku memukul dadanya kesal.
"Selamat ya Vid," kata Sylva pada David, "Kamu main bola-nya hebat lho" puji Sylva membuat David tersipu malu.
"Ahh kamu bisa aja, btw makasih ya kamu sama Ocha sudah mau nemenin kita selama kita disini," Ucap David.
"Iya sama-sama" Balas Sylva. "Hm, oia gimana perasaanya jadi juara, senang?"
David tertawa,"Happy bener-bener Happy Syl, lo tau gak gue tadi sampe gak sadar kalau ini kenyataan. Gue kira ini cuma mimpi." Sylva tersenyum bahagia ketika melihat David bisa tertawa lepas seperti ini.
"Selamat ya Vid, apa yang lo capai saat ini adalah buah dari hasil kesabaran lo selama ini." David mengangguk sambil tersenyum senang.
"Makasih ya Syl, gue seneng banget karna disini ada lo yang udah support gue." Ucap David.
Sylva mengangguk.
"Sama-sama Vid.""Hm,oia gu-gue boleh..." David menggantungkan kalimatnya ragu. Sylva mengangkat alis sebelah kiri-nya bingung.
"Boleh apa Vid?" Tanya Sylva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zico The Perfect BAD BOY [2]
Fiksi RemajaSequel dari ZTPB [1] Kalau kamu melihat bagaimana wujud dari kasih sayang, cobalah lihat dari bagaimana dia memperlakukan mu di saat kamu tengah berada di tengah kesulitan. Inilah kisah cinta dua sejoli di Masa SMA, masa yang katanya indah dan gak...