--
-
Sepi membawa Ocha untuk duduk di sebuah kursi panjang yang menunjulur di sepanjang taman sekolah. Luka lebam di pipi dan di ujung bibirnya dia biarkan sembuh dengan sendirinya.
Dalam keheningan, Ocha menarik senyum sumir di bibirnya yang tipis. "Kuat Cha!" Pinta-nya pada dirinya sendiri. Dia mencoba untuk terlihat kuat di hadapan orang-orang. Mengingat semua perlakuan Bella kemarin, rasanya sulit sekali untuk memaafkan.
"Dor!" Ocha terkesiap kaget kala David tiba-tiba mengagetkan-nya dari belakang.
"Ish elo!"
David menyengir, lalu cowok itu duduk di sisi kiri Ocha.
"Ngelamun aja, lo!Ocha menoleh dan menatap David.
"Emangnya gue kenapa?."David mengangkat kedua bahunya.
"Kok nanya gue, Yaa mana gue tau lah" Katanya sambil tertawa. "Emangnya lo kenapa sih, sini cerita sama gue."Ocha menghela nafasnya berat, lalu cewek itu menatap tatapan kosong ke arah depan
"Ada masalah?" Tanya David, kala melihat wajah Ocha terlihat sedih.
Ocha hanya diam.
"Gara-gara kejadian kemarin?"
Ocha mengangguk pelan.
"Jadi lo beneran putus sama Zico,?" Ocha mengangguk pelan kala David menanyakan hal itu padanya.
"Gara-gara Bella ya?"
Ocha mengambil nafas lalu ia hembuskan ketika hendak berbicara pada David.
"Semua ini kesalahan dari kita bedua, jadi adanya Bella hanya sebagai media pembelajaran buat gue. Ini semua salah gue, karna gue sudah memberikan celah pada orang ketiga sampe dia dengan mudahnya masuk dan ngerusak hubungan gue sama Zico. Gue gak mungkin gak mencintai dia, sedangkan kita udah lama sama-sama. Cuman----,""...mempertahankan apa yang sudah gue jaga dari dulu. Gue sudah terlanjur kecewa. Gue sakit, sakit banget, sesakkkk banget!" Ocha memukul-mukul dadanya terasa sesak.
"Cha, begini. Bukanya gue mau ikut campur atau mau nge belain Zico. Saat kalian lebih membesarkan ego dan lo berlindung di balik kata cemburu, kenapa lo gak coba buat dengerin semua penjelasan dari dia? Kalo kalian masih ingin bersama, kenapa kalian gak milih jalan keluar dulu sebelum membuat keputusan?"
Ocha hanya diam dan menundukan kepala-nya. Cewek itu kembali menangis.
"Cha.." David memegang pundak Ocha. "Maafin gue, kata-kata gue tadi udah buat lo tersinggung,Ya?"
Ocha mengangkat wajahnya dan menggeleng. "Engga kok, Thanks ya udah mau ngasih gue masukan, gue gapapa kok." Ucapnya sambil menghapus air matanya dengan kasar.
"...Cha, gue tau gimana rasanya di posisi lo. Tapi, lo gak boleh terus-terusan seperti ini. Lo berhak bahagia, dengan atau pun tanpa dia" ujar David. Lalu cowok itu bangkit dari duduknya. "Gue pamit ke kelas duluan ya, atau lo--,"
"Gue disini aja,Vid." Potong cewek itu kala David hendak ingin menawarkan untuk ke kelas bersama.
David mengangkat bahunya tidak masalah, "Oke, gue duluan ya. Bye."
Ocha mengangguk seraya melihat punggung David kini sedang berjalan menuju kelas.
Ocha menghela nafasnya
"Lupain,Cha!" Pinta Ocha pada dirinya sendiri. Sebenarnya dia sudah lelah menghadapi semua ini, tapi mengapa mengingat betapa sakitnya beban yang saat ini ia jalani membuat-nya ingin sekali menyerah. Ocha ingin melupakan, sungguh dia tidak sanggup berada di dalam situasi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zico The Perfect BAD BOY [2]
Teen FictionSequel dari ZTPB [1] Kalau kamu melihat bagaimana wujud dari kasih sayang, cobalah lihat dari bagaimana dia memperlakukan mu di saat kamu tengah berada di tengah kesulitan. Inilah kisah cinta dua sejoli di Masa SMA, masa yang katanya indah dan gak...