02. Kebetulan

72 16 5
                                    

Tuhan selalu punya cara untuk mempertemukan seseorang dengan pasangan hidupnya. Tidak peduli sejauh apapun mereka terpisah, tetap saja mereka akan di pertemukan di suatu tempat yang tak terduga. Tapi, apakah ini pantas di sebut pertemuan dengan pasangan hidup?

.
.
.

Berkendara beberapa menit dari apartemennya menuju ke tempat perjanjian mereka, ia dan Brandon akhirnya tiba pada salah satu kedai makan sederhana di kota Daeng itu. Frand memandangi sekitarnya yang nampak sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang memenuhi beberapa meja di sana. Begitu langkahnya semakin masuk ke dalam, ia melihat salah seorang pengunjung yang begitu familier. Netra hazel miliknya masih tak henti-hentinya menatap pengunjung itu. Mulai dari memperhatikan tingkah si pengunjung yang menjambak rambut, mengerucutkan bibirnya beberapa centi, hingga mengeluarkan ponselnya dari dalam tas —semua tindakan pengunjung itu tak luput dari pengelihatan sang kapten muda, membuat sang kapten muda diam-diam tersenyum.

Kebetulan sekali.

Padahal, sudah tiga tahun terlewatkan.

"Kap, apa anda tidak keberatan jika kita makan di tempat seperti ini?" Brandon bertanya membuka percakapan. Takut-takut, pria itu menengadahkan kepalanya menatap Frand. Wajahnya terlihat gundah gulana, takut jika Frand yang terkenal memiliki pola hidup sehat dan pola makan sehat, kurang menyukai tempat makan seperti ini.

Lalu, seakan sadar akan kegundahan pria di sebelahnya yang memiliki tinggi badan hanya mencapai bahunya, sang kapten muda mengangguk. "Tidak apa." Katanya hingga membuat gurat kegundahan di wajah pria itu berganti menjadi senyum secerah cahaya mentari pagi "Ku rasa teman-teman mu sudah menunggu di sana."

Begitu membalikan badannya, segerombolan pemuda memakai seragam pilot tengah melambai ke arah mereka, ada juga pramugari dan pramugara yang bergabung di sana. Beberapa di antara mereka mulai meneriakan namanya dan sang kapten muda, seraya menepuk dua kursi kosong yang telah mereka siapkan. Dalam hitungan detik kedai itu terlihat seperti markas perkumpulan para aircrew.

Brandon mengulum senyum, mengangkat tinggi-tinggi tangannya lalu membalas lambaian itu dengan wajah riang. Kakinya melangkah mendekati gerombolan itu bersamaan dengan tangannya yang menarik lengan sang kapten muda.

~00~

Duduk di tengah-tengah para kumpulan aircrew dengan tampilan paling mencolok —mengenakan kaos oblong putih polos dan trening, tidak membuat semua rekan Brandon memandangnya dengan tatapan aneh. Nyatanya mereka telah tahu jati dirinya yang sebenarnya —seorang kapten muda yang sedang dalam masa istirahat.

"Kap, mie ayam dan bakso di sini terkenal dengan kelezatannya. Anda pasti tidak akan menyesal setelah mencoba salah satu dari makanan itu." Saran Sulaiman, atau yang lebih sering akrab di panggil Sulei oleh Brandon dan semua yang ada di sana.

Frand tersenyum ramah menanggapinya. Hanya dalam hitungan menit, Frand mendapatkan teman baru di kota ini. Mereka cukup ramah, memperlakukannya dengan baik, namun terkesan berlebihan. Maksud berlebihan disini, mereka menganggapnya sebagai seorang senior. Jujur, bagi Frand tingkatan pangkat tidak penting dalam pertemanan. Akan tetapi karena ia kurang suka banyak berbicara, ia hanya membiarkan saja tanpa meluruskan apapun.

"Tapi, kalau anda tidak cocok. Kita bisa memesan steak, kap. Di sebelah kedai ini ada restaurant daging, kalau anda berkenan, mungkin aku bisa menemani anda kesana."  Tiba-tiba salah satu pramugari cantik yang sedari tadi kedapatan mencuri-curi pandang ke arahnya, ikut menimpali.

SEELENVERWANDTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang