Hanya dua minggu. Pemuda itu mengatakan lebih dari dua minggu ia harus kembali bekerja dan membuat Vira mati-matian memutar otaknya. Akankah ayahnya merestui hubungan mereka?
Tiba-tiba, Vira merasa pesimis. Gadis itu memijat pelipisnya seraya menatap jalanan kota yang sedang macet-macetnya. Ngomong-ngomong, Ia sudah duduk manis di dalam mobil milik Frand sejak sepuluh menit yang lalu —Tindakan yang cukup berani bagi seorang gadis sepertinya. Tetapi, tak masalah, toh —walau cepat menilai— baginya Frand adalah pemuda yang baik. Terbukti dari sikap dan prilaku pemuda itu. Bahkan, seandainya pemuda itu berniat buruk, sudah sejak tadi ia di apa-apakan, di tinggal di jalan atau mungkin paling buruk .... —oh Tuhan jangan sampai, itu mengerikan— dan nyatanya, pikiran buruk itu berhasil ia tepis ketika sebelum memasuki mobil, pemuda itu membekalinya dengan sebuah semprotan lada —yang entah di dapatkan pemuda itu dari mana— selain semprotan lada, ia juga di bekali dengan ponsel pemuda itu. Katanya, pemuda itu sengaja menitipkan ponsel itu padanya, agar jika ia merasa kurang nyaman atau ada alaram berbahaya yang berbunyi —dari dalam dirinya— ia bisa menghubungi polisi menggunakan ponsel itu.
"Frand.."
Masih fokus menyetir, sang pemilik nama hanya berdehem menanggapi panggilan sang gadis.
"Aku haus."
Si pemuda menunjuk menggunakan tangan kanannya ke bagian belakang kursi penumpang. Ada satu dus penuh air mineral di sana. Vira segera mengambil satu botol air mineral 600ml itu, membukanya dan menyodorkan botol itu pada Frand. Sekilas, terlihat seperti gadis itu memberi perhatian pada pasangannya —memberikan minum untuk pasangannya yang sedang menyetir— namun nyatanya, tidak seperti itu. "Minumlah lebih dulu." Katanya.
Begitu mobilnya berhenti karena lampu merah, Frand menoleh menatap gadis itu dan botol yang disodorkan untuknya secara bergantian. Seolah bertanya; mengapa ia harus meminumnya?
"Untuk memastikan kau tidak memberi racun di minuman ini!" Seru si gadis dengan wajah polos tanpa dosa.
Tidak merasa tersinggung maupun marah —namun tetap dengan wajah datar— pemuda itu mengambil minuman dari tangan si gadis.
"Eits! Jangan sampai menempel!" Seru Vira. "Seperti ini, paham kan?" Ia melanjutkan seraya memperagakan cara minum yang benar —menurutnya— agar pemuda itu meneguk minumannya tanpa melalui ujung botol.
"Henh." Hanya sebuah deheman sebagai jawaban, sebelum pemuda itu menegak minuman pemberian si gadis. Sesudahnya, sisa air itu ia berikan pada si gadis.
"Kalau air ini ada racunnya, kau dan aku akan mati bersama-sama." Cicit gadis itu seraya meninum airnya dengan tatapan horor. "Kalau aku jadi hantu, aku akan menghantui mu! Akan ku cekik diri mu sampai menyusul ku menjadi hantu!" Cercanya dengan cercaan no sense hingga membuat pemuda itu tersenyum geli. "Apa? Kenapa kau tersenyum?"
"Yang lebih dulu meminum air itu adalah aku."
"Oh, benar juga. Artinya, Kau yang mati duluan." Balas si gadis dengan senyum lucu dan selanjutnya suasana menjadi hening. Hanya beberapa kali pemuda itu mengeluarkan suara untuk sekedar bertanya jalan mana yang harus mereka lalui untuk tiba di rumah si gadis.
Tantangan hidup bersama orang pendiam, di mulai dari sekarang. Sepertinya Vira harus banyak-banyak bersabar.
~00~
"Haruskah aku memakainya?"
Vira menoleh mengikuti arah pandangan Frand menuju ke arah bagian belakang mobil, dimana pemuda itu menggantung semua atribut seragam kerjanya. Kalau di pikir-pikir, Vira baru sadar, mobil milik calon suaminya tertata sangat rapi dan bersih. Bahkan secuil debu pun tidak ada yang melekat di sana, ada sebuah tempat sampah kecil yang juga di letakan di mobil itu, menambahkan kesan bahwa calon suaminya adalah lelaki pecinta kebersihan.
![](https://img.wattpad.com/cover/183209606-288-k383173.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEELENVERWANDTE
Fiksi PenggemarDari orang asing, menjadi soulmate! Kedengarannya memang gila, namun nyatanya dua orang asing yang baru saling bertemu itu kini telah menikah. Story by. Momochan11 Art & cover design by. Nuralalolin