3; Kebosanan dan Kehampaan

290 28 0
                                    

Normal POV

Di Mukurotoride terlihat sosok perempuan berambut silver dengan baju putih dan juga coatch yang senada itu duduk disalah satu kursi diantara empat kursi yang mengelilingi meja bundar yang dihiasi dengan satu kotak apel yang diatasnya ada sebuah kepala tengkorak. Salah satu apel itu tertusuk sebuah pisau.

Tidak jauh dari sana ada Dazai yang berdiri melihat keluar dinding kaca berornamen itu, dan apel lainya kembali tertusuk pisau yang sama. Lalu sosok berambut putih panjang datang dan buah apel yang ditusuk pisau menjadi tiga.

"Dazai-kun, apa kau tidak bosan melihatnya?" serunya sedangkan Dazai tidak menoleh.

"Bosan?" seru Dazai.

"Yah, membosankan. Lautan putih dan kehampaan. Dunia yang tidak mencolok."

"Malam ini, semua kemampuan khusus di Yokohama akan menjadi milikku. Sekali lagi, takkan ada yang melebihi kecerdasanku, yang akan merusak ekspetasiku. Membosankan," lanjutnya.

"Aku dulu juga bosan, sama sepertimu," sahut Dazai.

"Bagaimana caramu mengatasinya?" tanya sosok itu—Shibusawa Tatsuhiko.

"Lebih cepat menunjukkannya daripada memberi tahu," seru Dazai seraya berjalan menuju kursi dan duduk disebelah perempuan yang sedari tadi diam mendengarkan.

"Lihat? Kau tidak tahu apa tujuanku yang sebenarnya. Apa aku menolongmu? Apa aku memanfaatkanmu dan mengkhianatimu?" lanjut Dazai.

"Kau satu-satunya yang merasa tidak bisa dibaca ya."

"Sepertinya kau memang butuh penolong."

"Siapa orang yang menurutmu bisa menolongku?" tanya Shibusawa.

"Entahlah. Malaikat? Atau iblis?"

Kini total buah apel yang tertusuk pisau ada empat. Lalu datanglah sosok lain dari arah pintu masuk.

"Kalau kau tanya padaku, ketiga tujuan kalian sudah jelas," serunya.

"Nanti penonton pada pergi lo. Majin Fyodor-kun," sahut Shibusawa.

"Sebagai kolaboratorku, aku ingin kau juga menari."

"Kolaborator? Kurasa dialah yang akan berkhiranat padamu. Bagaimana menurutmu Fuyu-chan?" seru Dazai.

"Kau memang benar. Selama ini belum ada yang bisa melampauin ekspetasiku," sahut Shibusawa seraya duduk disalah satu kursi yang belum ditempat.

"Entahlah, karena tidak ada yang tahu, bukankah malah akan sedikit menghibur," sahut Fuyu seraya menatap Fyodor yang berada didepannya.

"Hahaha...kau benar Fuyumi, dan keberadaanmu disini juga sedikit menghibur," sahut Fyodor seraya tersenyum.

"Tapi tetap saja, siapa dari kita berempat yang akan menang, mereka akan tetap musnah," lanjut Fyodor.

Fuyu tersenyum,"Mereka ya? Haha."

"Ada apa Fuyumi-san?" seru Shibusawa.

"Iie, bukan hanya mereka saja. Tapi mungkin kita juga akan mati, bukan?" sahut Fuyu seraya memejamkan matanya.

"Kau benar, Ratu Pencipta Bayangan. Atau boleh kupanggil Ratu Kegelapan?" Fyodor menyeringai memandang Fuyu, sedangkan Fuyu hanya tersenyum seraya memejamkan mata dan tidak berniat membalas perkataan Fyodor.

***

"Apa yang harus kulakukan kalau aku tidak pernah mendapatkan kemampuanku lagi?" seru Atsushi yang duduk di kursi penumpang disebelah Kyouka yang sedang menyetir menuju Mukurotoride. Tepat setelah itu Kyouka langsung berbelok tajam dan membuat Atsushi kaget dan takut.

Memorize; The Dead Apple [Dazai Osamu x OC]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang