Sekarang Eunra sedang diperiksa oleh dokter. Seluruh keluarganya sangat khawatir sekarang. Ayahnya sedang menenangkan ibunya yang terus menangis sejak tadi. Sedangkan bang Jin terus saja mondar-mandir menunggu dokter selesai memeriksa keadaan adiknya. Sehun sedari tadi hanya duduk sambil terus menunggu pintu ruang pemeriksaan terbuka.
Tak lama kemudian, pintu didepan mereka terbuka. Mereka pun bergegas menghampiri sang dokter.
"Dok, bagaimana keadaan putri saya?" tanya ibunya Eunra dengan nada khawatir.
"Kepala putri ibu terbentur cukup keras, tetapi untungnya tidak menimbulkan luka yang cukup serius. Hanya saja patah di tangan kirinya yang cukup serius, kecil kemungkinan tangannya akan sembuh seperti semula. Dan kita harus bersyukur sekarang karena putri ibu sudah melewati masa kritisnya." jelas sang dokter.
Sang Ibu hanya bisa menangis mendengarnya. Sudah 2 kali tangan Eunra mengalami cedera seperti ini. Dan mungkin kali ini dapat membuat impian Eunra sebagai violist hancur lenyap begitu saja.
"Saya akan melihat perkembangannya lagi setelah pasien bangun. Tetapi saya tidak bisa memprediksi kapan pasien akan bangun. Kita hanya bisa menunggu sekarang." kata sang dokter.
Setelah itu sang dokter pun pergi meninggalkan mereka.
~~~~
Sudah 3 hari Eunra masih terbaring tak sadarkan diri. Dia masih betah memejamkan matanya. Keluarganya hanya bisa berdoa agar dia cepat siuman.
Teman-temannya sudah beberapa kali datang menjenguk. Tetapi Eunra masih tidak mau membuka matanya.
"Hun, lo makan dulu sana. Biar abang yang nunggu disini." kata bang Jin.
"Gausah, bang, Sehun gak nafsu." jawab Sehun.
"Lo harus makan, Hun. Jangan sampe lo sakit sekarang."
"Hhh, yaudah, nanti Sehun kesini lagi." Sehun pun pergi ke kafetaria yang berada di lantai bawah.
Sekarang hanya tinggal bang Jin sendiri disini. Orangtuanya sedang pergi menemui dokter. Dia pun menghampiri adiknya yang masih terbaring di depannya.
"Ra, lo gak bosen apa merem mulu?" Bang Jin menggenggam tangan Eunra yang tidak dipasang gips.
Meski Eunra masih belum bangun setidaknya bang Jin tau kalau Eunra masih bisa mendengarnya.
"Bangun napa, Ra. Lo gak liat apa kita khawatir disini? Kasian tuh Sohyun nangis terus dirumahnya. Temen-temen lo juga terus nanyain ke abang tentang lo." kata bang Jin.
Hening. Tidak ada jawaban sama sekali.
Bang Jin hanya menghela nafas. Dia mengingat kejadian itu lalu merutuki dirinya sendiri yang dengan bodohnya setuju saja membiarkan ibunya sendirian menemui Eunra. Padahal dia tau kalau Eunra masih tidak dalam kondisi bagus saat itu.
"Ra, lo boleh istirahat, tapi jangan lama-lama. Sepi tau, gak ada yang ngerecokin abang sekarang, gak ada yang ngomel-ngomel lagi. Cepet bangun ya." bang Jin menghapus air matanya yang mulai jatuh.
'Ceklek'
"Ma, pa, apa kata dokter?" tanya bang Jin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory°KTH ✔
FanfictionPertemuannya dengan seorang pemuda telah mendatangkan ingatan asing yang telah lama terkubur. Ingatan yang entah memang benar adanya atau hanya sekedar ilusi. Sebenarnya ingatan apa itu?