Braakk!!
Suara pintu yang terbuka dengan kasar itu membuat seluruh penghuni kelas mengalihkan fokusnya pada satu orang yang berdiri didepan pintu dengan napas tersengal.
"Indah! Lo kenapa sih?! Lari-lari kayak orang dikejar setan. Capek gue ngejar lo. Lo pengen banget sih dikejar" seorang gadis yang baru saja muncul dibelakang Indah itu mengomel sambil mengatur napasnya.
"Kayla, cerewet banget sih lo! Gue capek nih" Indah merapikan rambut lurusnya yang berantakan sebelum berjalan menuju kursinya.
"Gue juga capek. Kambing lo!" Kayla mengumpat kesal pada sahabatnya yang duduk disamping kursinya.
"Kayla, tau nggak?!" Indah memutar tubuhnya hingga menghadap Kayla yang sedang menguncir rambut.
"Enggak" sahut Kayla santai.
"Lo tau kenapa gue lari kayak tadi?" tanya Indah.
"Enggak"
"Gue tadi liat dia, Kay. Terus tadi gue gak sengaja jatuh gara-gara liatin dia. Terus dia liat juga pas gue lagi jatuh. Kan gue malu" Indah mengusap wajahnya kasar.
Kayla mengernyit bingung, "dia?"
"Aduh, Kay. Si dia yang sering gue ceritain ke lo" Indah mempertegas kalimatnya.
"Oohh, dia si B—"
Kayla tidak melanjutkan kalimatnya karena mulutnya sudah dibekap oleh Indah yang kini menatapnya tajam.
"Lo jangan bocorin rahasia negara dengan suara cempreng lo yang kayak toa masjid itu, monyet!" Indah menatap sekeliling dan memberi cengiran lebar pada teman-teman kelasnya yang menatapnya bingung.
"Mmmpph...mmmpph" sedangkan Kayla berusaha berbicara dengan mulutnya yang dibekap oleh Indah.
Indah yang sadar sahabatnya mulai megap-megap itu segera melepas bekapan tangannya. Membuat Kayla bernapas lega.
"Gak usah pake acara bekap mulut gue juga, kingkong. Sesak nih" sungut Kayla.
"Lo kalo gak digituin, pasti bocor" sahut Indah.
Kayla memberi cengiran singkat, "jadi, lo tadi jatuh didepan dia gitu? Kok bisa?"
"Jadi gue ta—"
"Selamat pagi, semuanya" belum sempat Indah bercerita, dosen yang sedang mengisi mata kuliah hari ini sudah masuk. Alhasil, itu membuat Indah bungkam dan memberi isyarat pada Kayla bahwa ia akan bercerita nanti.
***
Sambil menunggu Indah menyelesaikan kelasnya, mari berkenalan dengannya.
Namanya adalah Arinda Senja Maharani. Dia suka dipanggil Indah atau Senja. Tapi dia lebih memilih dipanggil Indah. Seorang mahasiswi di salah satu universitas ternama di Surabaya dengan jurusan sastra Indonesia. Jika kalian bertanya mengapa ia memilih sastra, maka ia akan menjawab, "karena gue gak suka dunia lain selain sastra. Kedokteran emang keren, tapi sastrawan bisa melegenda"
Gadis yang baru berumur 19 tahun ini memiliki wajah yang cukup cantik dengan rambut hitam panjang dan lurus yang sering ia gerai. Dia dikenal dengan mahasiswi yang super baik di kampusnya. Dia memang baik dan murah senyum seperti malaikat. Tapi, dia bisa menjadi iblis yang kejam jika sedang marah atau ada yang mengganggunya.
Dia adalah putri kedua di keluarganya. Ayah dan Bundanya seorang pengusaha. Kakak perempuannya yang berbeda usia 4 tahun dengannya adalah seorang dokter. Namanya Arinka Mega Maharani. Kakaknya sudah menikah dan ikut sang suami. Dan adik laki-lakinya yang begitu manja padanya berbeda usia dengannya 2 tahun juga. Namanya Langit Fajar Raldifan. Meski adik laki-lakinya itu sering membuatnya sebal, ia sangat menyayangi adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Takdir
General FictionKetika takdir telah tertulis dan garis tangan telah tergambar sebelum manusia dilahirkan, manusia bisa apa selain menerimanya?! *** Indah menyukai Bayu sejak umurnya masih 9 tahun. Mereka terpisah saat memasuki sekolah menengah pertama. Kemudian, me...