6th

1.3K 91 3
                                    

Insting Ryujin mengatakan bergaul dengan orang seperti Hwang Hyunjin bukanlah ide yang bagus. Dia tahu dia sudah keluar jalur setiap kali Hyunjin menatapnya dengan sinar misterius dari mata arang kelamnya. Bukankah bahkan Hyunjin pernah memperingatkannya dengan cara yang halus bahwa dia berbahaya?

Sekarang semuanya terbukti: bak primata sapiens hampir dua ratus pon, nafsu pria itu terbangkitkan dan menekannya ke dinding. Dia ingin menyantapnya seperti dia adalah makanan terakhirnya.

Hyunjin meremas-remas dada Ryujin dengan tangannya, membawa dadanya ke mulutnya. Hyunjin menarik-narik lagi putingnya, menyebabkan rasa manis, hisapannya kuat. Ryujin tersentak, kepalanya membentur dinding ketika tikaman gairah muncul di organnya, reaksi yang kuat tidak pernah terjadi sebelumnya. Tangan Hyunjin berada di puncak paha atasnya, meredakan sakitnya─mengganjalnya.

"Hyunjin─" ujar Ryujin dengan suara gemetar.

Hyunjin mengangkat kepalanya yang gelap beberapa inci dan menatap pada payudara gadis itu. Puting yang berkilau memerah, puncaknya memanjang dan kaku berada di mulutnya yang lapar dan lidahnya yang menghukum. Tubuh Hyunjin menegang, ereksinya berada di perut Ryujin. Dia memberi geraman kasar kepuasan pria itu saat melihatnya.

"Aku akan menjadi mesin bercinta sialan dan kau tidak menginginkannya, Shin Ryujin," ancamnya dengan suara rendah dan bernada kejam.

Ryujin merengek dalam gairah liar dan keputusaaan. Ekspresinya sedikit menghilang bercampur dengan tatapan penuh perhitungan dikarenakan sesuatu yang bangkit jauh di dalam jiwanya. Siapa pria ini? Dia benci peperangan yang dia rasakan pada dirinya. Ryujin meletakkan tangannya di belakang kepala Hyunjin, meluncurkan jari-jarinya membelai rambut Hyunjin. Setiap helai rambutnya terasa halus dan tebal seperi kelihatannya. Hyunjin menatapnya. Ryujin mendorong kepala Hyunjin ke dadanya.

"Tidak apa-apa, Hyunjin."

Hidungnya mengembang, "Ini bukan apa-apa. Kau tidak tau yang kau katakan."

"Aku tahu apa yang aku rasakan," Ryujin berbisik, "Ingin bertaruh siapa yang lebih baik?"

Hyunjin memejamkan mata sebentar, tiba-tiba, Ryujin merasa ketegangannya pecah dan Hyunjin mencium mulutnya lagi, merenggangkan pinggang, menekan ereksinya ke dalam dengan lembut, menunjukkan gairahnya. Ryujin mencengkram kepalanya, merasakan dirinya hanyut dalam sensasi Hyunjin. Gairah yang timbul terasa memabukkan, dia mendengar langkah kaki dari jauh.

"Oh, kalian berdua di sana. Maafkan aku," Langkah kaki itu mundur.

Hyunjin mengangkat kepalanya, dan Ryujin terkunci oleh tatapannya. Hyunjin menggeser tubuhnya, membuat payudara Ryujin terhalang dari tontonan sebelum menarik kerudung kepalanya menutupi tubuhnya yang terbuka.

"Qu'est-ce que c'es—(Ada apa)?" Hyunjin berkata tajam. Ryujin memandang sekeliling, bingung dengan pertanyaan dalam bahasa Perancis, yang bahkan dia tidak mengerti.

Langkah kaki itu berhenti, "Je suis desole—(Maafkan aku). Ponsel Anda berdering tanpa henti di ruang ganti. Apapun itu Yeji ingin berbicara dengan Anda tentang sesuatu yang penting."

Ryujin mengenali Changbin dari logat Prancisnya. Suaranya teredam, seperti berbicara dengan punggung menghadap pada mereka. Hyunjin memandang bosan ke arahnya. Dia merasa saat ini Hyunjin menarik diri. Tubuhnya masih menekannya, keras dan menggetarkan, tapi gairah di matanya seolah terbanting turun.

"Aku seharusnya menghubunginya lebih awal. Ini adalah kesalahanku. Lalai," ujar Hyunjin, tatapannya tidak pernah meninggalkan wajah Ryujin.

Langkah kaki itu berjalan lagi, dan dia mendengar pintu ditutup. Hyunjin menjauhkan dirinya dari Ryujin.

ECLIPSE | hhj ft. srjWhere stories live. Discover now