8th

1.6K 93 9
                                    

Haechan mengemudikan mobil Daehwi dengan pasti pada Sabtu malam di tengah lalu lintas Wicker Park yang sibuk. Daehwi agak sedikit mabuk setelah mendengarkan Run Around Band selama dua jam di McGill’s. Jadi bagi Chenle dan Ryujin, itu tidak masalah meskipun begitu mereka jadi gila.

“Ayolah, Ryujin,” Zhong Chenle mendorong dari kursi belakang, “Kita semua akan mendapatkan satu.”

“Kau juga, Haechan?” tanya Ryujin dari tempatnya di kursi penumpang.

Haechan mengangkat bahu, “Aku selalu ingin punya tato di lengan kananku dengan model kuno seperti jangkar atau yang lainnya,” ujarnya, berkedip dan menyeringai pada Ryujin sambil berbelok ke North Avenue.

“Dia berpikir akan menjadi bajak laut,” tanggap Daehwi bercanda.

“Baiklah, aku tidak akan ikut membuatnya sampai aku punya waktu untuk menggambar desainnya untukku sendiri,” tegas Ryujin.

“Dasar perusak kesenangan!” Daehwi menuduh dengan keras, “Di mana letak kesenangannya kalau tato direncanakan dulu? Kau harusnya bangun dengan kaget keesokan harinya karena tidak ingat kapan kau mendapatkan tatomu.”

“Apakah kau bicara tentang tato atau wanita yang kau bawa pulang?” tanya Chenle.

Ryujin tertawa. Dia nyaris tidak mendengar dering ponsel di dalam tasnya berkat teman-temannya yang ramai dan bertengkar. Dia mengamati ponselnya, tidak mengenal nomornya.

“Halo?” gadis itu menjawab, memaksa dirinya untuk berhenti tertawa.

“Ryujin?”

Kegembiraan pun seketika hilang dari parasnya.

“Hyunjin?”  tebak Ryujin heran.

“Ya.”

Daehwi berbicara keras dari kursi belakang dan Chenle terbahak-bahak.

“Apakah aku menggangu?” tanya Hyunjin dengan nada kaku. Aksen Inggris dalam suaranya yang dingin sangat berbeda dengan lelucon teman-temannya yang gaduh.

“Tidak. Aku hanya sedang keluar bersama teman-temanku. Kenapa kau menelpon?” tanya Ryujin heran dengan suaranya yang rendah tidak sesuai dengan yang diinginkannya.

Chenle menggangu dan Haechan ikut bergabung dengannya, “Kalian─hentikan!” Ryujin mendesis dan dengan cepat mengabaikannya.

“Aku sedang memikirkan sesuatu,” balas Hyunjin.

“Tidak! Belok kiri,” Daehwi berteriak keras, “Heenim’s Dragon Signs ada di North Paulina.”

Ryujin mengembuskan napas ketika Haechan memutar arah dan dia mendorong sabuk pengaman.

“Kau bilang apa, Hyunjin?” Ryujin bertanya di telepon, lebih menaruh atensi pada fakta tentang kenapa Hyunjin menelponnya daripada otaknya yang terdorong di seluruh tulangnya karena Haechan tiba-tiba mengubah arah dengan kasar. Ada jeda lama satu sama lain di telpon.

“Ryujin, kau mabuk?”

“Tidak,” balas gadis itu dingin. Siapa Hwang Hyunjin bagi Shin Ryujin? Kenapa seenaknya bertanya dan menghakimi?

“Kau tidak menyetir kan?”

“Tidak. Haechan yang menyetir dan dia juga tidak mabuk.”

“Siapa itu, Shin?” Daehwi memanggil dari kursi belakang, “Ayahmu?”

Tawa meledak dari tenggorokan Ryujin. Gadis Shin itu tidak bisa menghentikannya. Pertanyaan Daehwi tepat pada sasaran karena ucapan Hyunjin yang terkesan sok suci.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 29, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ECLIPSE | hhj ft. srjWhere stories live. Discover now