3rd

1K 92 1
                                    

warning!
sexual content.

Hyunjin mengatur pikirannya agar gadis bernama Shin Ryujin itu keluar dari otaknya selama sepuluh hari penuh. Dia pergi ke New York selama dua hari dan menyelesaikan akuisisi atas program komputer yang memungkinkan dia untuk memulai jaringan baru yang dikombinasikan dengan aspek sosial dan aplikasi permainan unik. Dia dijadwalkan setiap bulan untuk mengunjungi kondominiumnya di London. Ketika berada di Chicago, pekerjaan dan pertemuan-pertemuan itu menahannya di kantor hingga lewat tengah malam. Ketika sampai di tempat tinggalnya, suasana bangunan itu begitu suram dan sepi.

Secara keseluruhan, sulit untuk dikatakan bahwa Shin Ryujin tidak memenuhi pikirannya.

Sejujurnya, Hyunjin mengakui ketertarikannya pada gadis itu ketika dia naik lift menuju tempat tinggalnya pada Rabu malam. Dia tahu bahwa Ryujin akan datang ke dunianya, entah itu dalam waktu cepat atau lambat. Pengurus rumah tangganya, Mrs. Jeongyeon, tanpa dosa memberinya kabar tentang senda guraunya yang khas pada saat proyek mingguan di rumahnya.

Hyunjin senang mengetahui bahwa wanita Korea-Inggris tua itu bisa berteman dengan Ryujin, sesekali mengundangnya ke dapur untuk minum teh bersama. Pemuda itu senang mendengar bahwa gadis Shin itu merasa nyaman di rumahnya, dan bertanya pada dirinya sendiri apa ini juga urusannya. Lukisan itulah satu-satunya hal yang gadis itu inginkan, dan tentu saja kondisi tempat kerja yang memadai untuk itu.

Sekali lagi, Hwang Hyunjin mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia telah berbuat kasar pada Shin Ryujin dengan mengabaikannya. Tentu saja penghindaran dirinya membawa tekanan berlebihan padanya, membuat situasi lebih terjamin. Kamis malam lalu, lelaki Hwang itu pergi ke studio, bermaksud untuk bertanya apakah gadis bersurai sebahu itu ingin bergabung dengannya untuk minum di dapur.

Pintu sedikit terbuka dan Hyunjin masuk tanpa mengetuk pintu. Selama beberapa detik, dia berdiri dan melihat gadis itu bekerja tanpa sepengetahuannya. Shin Ryujin berdiri di atas tangga pendek, memusatkan fokusnya pada pojok kanan paling atas kanvas, benar-benar asyik dengan dunianya sendiri.

Meskipun Hyunjin diam tanpa mengeluarkan suara, Ryujin tiba-tiba berbalik dan membeku, memandang terkejut padanya dengan mata cokelatnya, kuasnya tetap berada di atas kanvas. Surai lurus sebahunya jatuh dari jepitan di belakang kepalanya. Terdapat goresan arang di pipi lembutnya, dan bibir merah muda gelapnya terpisah saat terkejut memandangnya.

Hyunjin bertanya dengan sopan mengenai kemajuannya dan mencoba untuk tidak memperhatikan denyutan pada tenggorokan atau di sekitar payudara gadis itu. Saat bekerja tadi gadis itu melepas jaket dan memakai tank top ketat. Dadanya lebih penuh dibanding perkiraannya, ukuran dadanya berbanding erotis dengan pinggang dan pinggulnya yang sempit juga kaki jenjangnya.

Setelah tiga puluh detik percakapan yang kaku, Hyunjin pergi seperti pengecut.

Hyunjin mengatakan pada dirinya sendiri akan kesadarannya bahwa Ryujin sangat natural. Selain itu, dia benar-benar cantik. Faktanya Hyunjin seolah lupa akan sisi sensualitas diri gadis itu yang membuatnya terpesona. Apakah dia tumbuh di dalam lubang?

Tentu saja Shin Ryujin bisa saja membuat para pria meneteskan air liur ketika dia berjalan ke kamar, ketika para pria melihat bias rambut sebahu sewarna arang yang lembut, mata cokelat yang lembut, dan tubuhnya yang mungil nan ramping. Namun anehnya, bagaimana mungkin Shin Ryujin tidak mengetahui bahwa dirinya─di usianya yang kedua puluh tiga tahun, kulit mulusnya memabukkan, bibir merah gelap dan tipis, tubuh yang lentur─dapat memberikan pengaruh yang kuat pada seorang pria jantan seperti Hwang Hyunjin?

Ryujin terlihat mempesona ketika pandangannya tertuju pada karyanya, ketika dia melihat keluar jendela pada langit, atau ketika Hyunjin mencuri pandang padanya saat dia menggambar malam, tersesat sepenuhnya dalam karyanya. Kecantikannya terpancar sangat kuat.

ECLIPSE | hhj ft. srjWhere stories live. Discover now