mawar merah

129 1 0
                                    

Namaku Gladis Armaza. Saat ini, aku masih kuliah dan berumur 21 tahun. Aku adalah orang yang sangat ceria dan suka hujan. Aku memiliki sahabat yang bernama Rania. Dia orang yang ceria dan dia juga yang selalu menguatkanku. Kami berdua sudah bersahabat dari pertama kali masuk kuliah.

Gladis kembali menengadahakan tangannya yang sudah basah sejak tadi. Senyum manis tak kunjung luntur dibalik niqab merah yang dipakainya. Musim hujan adalah musim yang ditunggunya karena banyak tersimpan kenangan bersamanya.

Memilih diam sejenak, menatap lurus ke arah rintik yang menemani hari ini. Musim hujan kembali hadir diKota ini. Kota yang telah lama ia tinggali untuk menuntut ilmu, jauh dari keluarga tercinta dengan tujuan yang telah terangkai nyata.

" Mau sampai kapan sih Ra ngeliatin hujan sampai segitunya dan ditangan kananmu itu ada setangkai bunga mawar merah yang sudah layu." Dan suara itu yang memecahkan lamunan Gladis sejak tadi.

Perempuan itu menoleh ke arah pintu ruangannya. Decakan kecil lahir ketika menemukan seringai jahil dari sahabat karibnya. Perempuan yang lebih tua satu tahun itu tentu sangat mengenal siapa dirinya. Seorang perempuan yang sangat menyukai hujan sebagai waktu yang membahagiakan.

Flasback of

" Hujan!" Kata itu yang mampu ia ucapkan untuk mengingatkan kembali tentang sosok itu. Dirinya yang sejak tadi bermain hujan, tepat di ujung kursi koridor sana ada sosok yang menatapnya tajam yaitu laki-laki yang kini menoleh kearahnya.

Senyum laki-laki itu meruntuhkan dunianya. Yang membuat Gladis langsung mengalihkan tatapannya.
" sebaiknya jangan hujan-hujanan, nanti sakit. Hujan memang rahmat yang membawa berkah tapi tidak harus mandi hujan segalakan!"omel laki-laki itu yang disambut tawa oleh Gladis yang berada di depannya.

" Jika tidak sakit, nanti tidak kak beri mawar merah lagi!" Ucap Gladis kesal.

Ketika Gladis sakit maka laki-laki itu selalu memberinya seikat bunga mawar merah.

" Oh begitu ya gadis nakal!"ucap laki-laki itu. Sambil memukul kepala Gladis dengan pulpen yang berada ditangannya. " sehat itu rezeki. Oke nanti setiap hujan tiba akan kak kasih setangkai bunga mawar merah untuk kamu bagaimana, mau?" Tapi dengan satu syarat kamu jangan mandi hujan atau bahkan main hujan lagi bagaimana!"ucap
laki-laki itu.

"Mau kak janji, seorang perempuan yang bernama Gladis Aurora tidak akan main hujan bahkan mandi hujan lagi kak!" Ucap Gladis sambil menautkan jarinya dua.

"Kamu ini"

" Ehh tapi kak, hujan itu membahagiakan tau kak dibawah hujan kita bisa tersenyum bahkan menangis sekalipun!"ucap Gladis sambil berlalu pergi menikmati hujan yang turun dengan derasnya.

Laki-laki itupun tersenyum manis mendengar penuturan tentang hujan yang menurutnya aneh itu. Dan laki-laki itu masih menatap punggung perempuan yang bernama Gladis Aurora.

Laki-laki itu bernama Arga saputra hanif. Laki-laki yang selalu menatap hujan dan perempuan yang bernama Gladis. Arga panggilannya, ia berjanji mulai hari ini akan memberikan mawar merah setiap hujan datang mendera. Kepada sosok perempuan hujannya. Hujan memang rahmat yang membawa berkah tapi tidak harus mandi hujan segalakan!"omel laki-laki itu yang disambut tawa oleh Gladis yang berada di depannya.

" Jika tidak sakit, nanti tidak kak beri mawar merah lagi!" Ucap Gladis kesal.

Ketika Gladis sakit maka laki-laki itu selalu memberinya seikat bunga mawar merah.

" Oh begitu ya gadis nakal!"ucap laki-laki itu. Sambil memukul kepala Gladis dengan pulpen yang berada ditangannya. " sehat itu rezeki. Oke nanti setiap hujan tiba akan kak kasih setangkai bunga mawar merah untuk kamu bagaimana, mau?" Tapi dengan satu syarat kamu jangan mandi hujan atau bahkan main hujan lagi."ucap
laki-laki itu.

[Book 6] kepergian-Mu✔ [on Going ]    Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang